08. Takut Kembali

2.2K 340 51
                                    

Semalam keadaan Abim tak bisa dibilang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semalam keadaan Abim tak bisa dibilang baik. Pagi ini Ratih maupun Sandy sama sekali tidak mengizinkan putra bungsunya pergi ke sekolah, padahal Abim sudah siap dengan seragamnya.

"Enggak bisa, Bu, Yah. Abim baru sekolah satu hari loh. Masa udah izin enggak masuk lagi?" Abim tak mendengar perintah orang tuanya untuk berdiam diri di rumah. Masih sibuk memasukkan buku ke dalam tasnya.

"Tadi malam kamu demam, loh. Ibu takut nanti kamu kenapa-napa di sekolah." Wanita itu meraih tangan Abim yang dingin. "Muka kamu juga pucat."

Abim terdiam lalu menoleh ke kanan, tepat pada dinding yang terdapat cermin. Ibunya tidak berbohong, wajahnya memang pucat. Namun, ia tidak mau jika harus menuruti perintah untuk tak masuk. "Kan tadi malam, Bu. Sekarang aku udah baik-baik aja."

Abim memakai tasnya, bersikeras untuk tetap pergi. Abai pada tubuhnya yang sejujurnya terasa lemas.

Ratih tak lagi bisa membujuk, pun Sandy yang pasrah mengantar Abim untuk pergi ke sekolah. Bintang yang sedari tadi menunggu akhirnya menghela napas lega. Pasalnya, jika kedua orang tuanya juga Abim terus berdebat ia bisa telat.

Di perjalanan, Sandy tak henti-hentinya melihat Abim yang menyandarkan kepalanya pada kaca mobil, memejamkan matanya—tertidur. "Bintang," panggil Sandy, membuat yang disebut segera mengalihkan perhatiannya dari ponsel. "Jagain Abim, ya."

Bintang terdiam sejenak, lalu menoleh pada Abim. "Tanpa Ayah minta pun Bintang selalu jagain. Jangan khawatir, tiap jam pelajaran ganti, Bintang bakal cek ke kelasnya."

Sandy membuang napas pelan. "Enggak tahu kenapa, perasaan Ayah sama Ibu enggak enak dari semalam. Semoga aja nggak ada hal buruk yang bakal terjadi. Ayah takut Abim kenapa-napa."

Bintang tersenyum tipis. "Abim bakalan baik-baik aja. Ada aku, Yah, pelindung Abim. Dari dulu juga begitu, kan? Kalau Ayah ataupun Kak Juna nggak ada, aku penggantinya."

Pria tua tersebut mengulas senyum. "Makasih, Bintang. Abim emang perlu dijaga, dia yang paling berharga buat Ayah sama Ibu."

***

Kelas Abim beralih ke pelajaran olahraga, membuat toilet dipenuhi siswa yang berganti baju. Butuh waktu lima belas menit untuk menyelesaikan antrean. Abim sengaja mengalah untuk yang lain membuat dirinya menjadi siswa terakhir yang memasuki toilet.

Beberapa menit terlewati untuk Abim seorang, masih belum keluar dari dalam toilet. Hal itu mengundang kecemasan bagi Tera dan Alwi yang menunggu di luar. "Bim, belum selesai? Pelajarannya udah dimulai, tuh, kita telat," ujar Tera sembari mengetuk pintu.

Sementara itu, di dalam Abim sudah berganti baju, tetapi tiba-tiba saja tubuhnya lemas bukan main. Posisinya jongkok, tangannya bergerak mengusap peluh dingin yang keluar. Ia tidak merasa baik sejak semalam.

Melankolia [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang