Chapter 14

1.4K 281 50
                                    

"Jadi, kamu akan mati hari ini, [Name]?"

Khun Edahn menggertakkan gigi. Dengan erat ia menggenggam gelas kaca di tangannya hingga hancur. Pecahan-pecahan beling berserakan di lantai.

[Name] menundukkan kepalanya. Ekspresi wajahnya datar, tidak memperlihatkan emosi apapun. [Name] menatap lantai dengan tatapan kosong.

"Terakhir kali kau bilang waktumu masih tersisa satu bulan lagi. Seharusnya masih ada beberapa hari lagi yang tersisa, 'kan?"

[Name] menggeleng, "Upacara dipercepat. Maafkan aku, Edahn."

Khun Edahn memijat keningnya sendiri, menengadahkan kepala ke langit-langit ruangan. Kepalanya terasa nyeri dan ... dadanya terasa sesak.

Khun Edahn mungkin seorang playboy, seorang casanova yang pastilah mudah dalam mendapatkan hati wanita. Namun, [Name] sepertinya berbeda.

Harta Khun Edahn? [Name] sepertinya tidak tertarik dengan itu sejak awal.

Kekuasaan Khun Edahn? [Name] tidak peduli tentang itu.

Ketampanan Khun Edahn? [Name] justru terpikat dengan ketampanan anaknya, bukan dirinya.

Sungguh menyedihkan.

[Name] sudah memantapkan hati untuk memberitahukan hal ini pada Khun Edahn. [Name] tidak ingin pergi tanpa berpamitan. Jadi, saat ini, [Name] menyunggingkan senyum terlebar yang bisa ia keluarkan.

"Edahn, terima kasih ... untuk semua yang telah kau lakukan."

Khun Edahn berkata dengan suara serak, "Tidak bisakah kau menang? Tidak bisakah kau mengalahkan adikmu sendiri? Aku yakin tidak seperti kau, adikmu berniat menghabisimu!"

[Name] lagi-lagi menggeleng. [Name] yang tengah duduk di bingkai jendela dengan santai mengayun-ayunkan kakinya.

[Name] sudah memantapkan hati untuk menyerah. Meski begitu, perasaan takut masih menyelimuti dirinya.

Bagaimanakah rasa kematian itu?

Jelas, [Name] masih ingin hidup lebih lama. Ia ingin merasakan kehidupan hingga masa tuanya. Namun, sayang takdirnya buruk. Ia dilahirkan di keluarga mafia yang terkenal dengan praktik pemilihan penerus yang terkenal sadis dan gila.

Sejak kematian kakak tertuanya, [Name] tahu bahwa hidupnya tidak akan lama. Sama seperti kakak tertuanya, [Name] juga akan mati di usia yang begitu muda.

[Name] belum pernah bersekolah seperti yang dirasakan anak-anak pada umumnya. Ia hanya menerima pendidikan dari guru privat-nya.

Ingin sekali [Name] merasakan diberikan pekerjaan rumah oleh para guru, lalu dihukum berdiri di depan lorong karena lupa mengerjakan ataupun membawanya.

[Name] tidak memiliki satupun teman. Keluarganya sangatlah tertutup. Anak sebaya yang pernah ditemuinya pun mencoba membunuhnya di awal pertemuan mereka.

Bagaimana kabar Karina saat ini, ya?

[Name] sebenarnya begitu menyayangi Liana. Seb*ngs*at apapun adiknya itu, Liana tetaplah keluarganya. [Name] tentu tidak bisa membencinya, 'kan?

Lagipula ... [Name] tahu bahwa Liana sendiri juga menyayanginya. Namun, adik nakalnya itu tentu tidak ingin mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada [Name].

[Name] ingin merasakan menuntut ilmu di sebuah universitas. [Name] pernah mencari informasi mengenai universitas terbaik yang ada di negaranya melalui internet dan ... universitas itu terlihat begitu keren.

Apa [Name] bisa masuk ke universitas tersebut jika ia terlahir di keluarga yang normal?

[Name] pernah sekali membaca novel romansa. Setelah itu, [Name] tidak pernah membaca novel bergenre romansa lagi. Ia merasa iri dengan pemeran utama yang bisa menemukan cintanya. Toh, [Name] yakin bahwa dirinya tidak akan bertemu dengan cintanya.

I Want To Touch You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang