Epilog

2.1K 315 102
                                    

[Name] merasakan nyeri pada dadanya. Bilah pedang telah menusuk tepat di jantungnya. Meski begitu, [Name] tidak langsung kehilangan nyawa ataupun kesadarannya.

[Name] menatap Liana; sosok yang telah melukainya. Liana menangis, menahan teriakan dengan cara menggertakkan giginya kuat-kuat.

[Name] tersenyum dan dengan lembut membelai kepala adiknya, "Anak baik."

Tangan [Name] terkulai lemas. Sinar di matanya meredup, pertanda bahwa nyawanya sudah pergi dari raganya.

[Name] mati di tangan adiknya sendiri. Di hadapan puluhan tetua dan ratusan anggota mafia tingkat tinggi yang memang berhak untuk melihat upacara pemilihan penerus.

Suara tepuk tangan menggema. Namun, Liana sama sekali tidak merasakan euforia. Tidak ada kebahagiaan, hanya rasa sakit yang kemudian membuat perasaannya sebagai manusia lenyap.

Memang itu tujuan upacara mereka, yaitu untuk membuat para penerus tidak lagi memiliki emosi. Toh, menurut mereka emosi hanyalah sebuah kelemahan.

Tidak lama kemudian, suara tembakan tiba-tiba terdengar. Orang-orang panik, ada pula yang berusaha melarikan diri.

Lapangan itu berada di sebuah bangunan besar. Pintu yang menjadi akses masuk semuanya telah terkunci.

Beberapa sosok bertopeng yang berada di tribun menembaki orang-orang di sekitar mereka. Puluhan orang bertopeng lainnya muncul dari atas. Mereka membobol atap dan turun dengan menggunakan tali.

Baku tembak tak terhindarkan.

Di tengah-tengah lapangan, Liana memeluk mayat kakaknya yang masih terasa hangat. Dengan lembut Liana mengelus puncak kepala [Name] dan berkali-kali ia mengatakan permintaan maaf.

Dua orang bertudung turun dari tribun dan melompat masuk ke lapangan. Liana memandangi kedua sosok itu dengan tatapan kosong.

Kedua sosok itu membuka tudung, memperlihatkan sosok mereka yang mana merupakan dua orang gadis berparas cantik.

"Karina, mereka orang-orang yang kamu ceritakan itu?"

"Ahahaha ... benar sekali, Estella! Akhirnya dendam keluargaku dapat terbalaskan," jawab Karina dengan riang gembira.

Estella tersenyum tipis dan dengan lembut memukul-mukul bahu Karina, "Cepatlah selesaikan urusanmu. Setelah ini berakhir, ayo kerjakan PR kita. Bisa-bisa kita dihukum jika tidak mengerjakannya."

Estella membalikkan badan, enggan melihat pembunuhan yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu. Karina bilang bahwa keluarga merekalah yang telah membunuh kakak tersayangnya. Oleh karena itu, Estella tidak akan menghakimi perbuatan Karina.

Karina mengarahkan pistolnya ke arah Liana. Sembari tersenyum lebar ia berkata, "Beristirahatlah dengan tenang. Akan kubawa seluruh keluarga dan seluruh anggotamu masuk ke liang lahat."

Dor!

Pada hari itu, salah satu kelompok mafia ternama telah terhapus dari dunia. Tidak ada yang selamat, baik pemimpin ataupun anak buah kelompok mereka.

======

[Name] mengerjapkan mata. Setelah kematian, anehnya dia berada di sebuah ruang hampa.

Jadi, apakah ini yang namanya akhirat?

"Bukan bodoh," ucap pemuda bersurai ungu yang tiba-tiba muncul di depannya.

[Name] terhenyak, membuat pemuda itu tertawa terbahak-bahak. Pemuda itu dengan bebas melayang di udara, tidak menapak seperti halnya [Name].

"Aku Andra, kamu mengingatku, 'kan?"

[Name] menelan saliva, "Mengapa aku ada di sini? Apa yang kau inginkan?"

Andra berhenti tertawa. Andra mendekati [Name] hingga wajah mereka hanya terpaut beberapa sentimeter.

Dengan seringai, ia mengatakan kalimat yang penuh dengan teka-teki, "Apa yang aku inginkan ... ya?"


[End]

A/N : Komen dong. Buat penilaian tentang fanfiction ini. Gak asik kalau kalian diam saja 🗿👍

I Want To Touch You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang