Chapter 12

1.6K 310 37
                                    

[Name] membuka mata. Di sisinya, seorang pria berjas putih tersenyum ketika melihat gadis itu akhirnya tersadar. [Name] hendak berdiri, tetapi kepalanya terasa sakit dan gadis itu pada akhirnya memutuskan untuk tetap berbaring.

Dokter itu berkata dengan ramah, "Saya tahu bahwa hidup di keluarga ini tidaklah mudah. Namun, bukan berarti percobaan bunuh diri itu dibenarkan, Nona [Name]."

"Percobaan... bunuh diri?"

"Anda meminum obat tidur melebihi dosis," jawab sang dokter. "Mungkinkah Anda hanya tidak sengaja meminum lebih banyak obat?"

[Name] tidak menjawab. Tatapan matanya terlihat kosong. [Name] menatap lurus ke arah langit-langit ruangan.

Dokter menghela napas, lalu segera memulai sesi tanya jawab sembari memeriksa denyut nadi dan juga detak jantung [Name]. Dokter pun keluar dari ruangan setelah meresepkan obat dan membungkuk sebagai salam perpisahan.

[Name] memejamkan mata rapat-rapat. Apa yang salah sehingga Khun Edahn bertindak buas seperti itu? [Name] benar-benar tak habis pikir dengan sikap dan pribadi Khun Edahn yang tiba-tiba saja tidak bisa ditebak.

Tok! Tok! Tok!

Pintu diketuk dengan tempo menyenangkan. Ketika pintu terbuka, [Name] memaksakan duduk hingga bisa melihat sosok adik perempuannya yang tengah tersenyum lebar sembari melambaikan tangan kanannya.

"Kakak, bagaimana perasaanmu? Apakah kau sudah lebih baik?"

[Name] menggertakkan gigi. Ia sama sekali tidak terlihat senang dengan kedatangan saudara perempuannya. Bisa saja Liana hanya ingin mengejeknya sekarang ini.

"Apa yang kau inginkan?"

"Aduh, aduh! Kakak, aku datang ke sini untuk menjengukmu, loh! Tidak ada salahnya bukan bagi seorang adik untuk mengkhawatirkan kakaknya?"

"Itupun jika kau benar-benar mengkhawatirkan aku. Kau pasti merasa kecewa karena aku tidak mati, 'kan?"

Liana terdiam. Ekspresi wajahnya menggelap, tapi tak lama ia kembali tersenyum. Tatapan matanya menyiratkan kesedihan, meski begitu [Name] yakin itu hanya salah satu dari sekian banyak aktingnya.

"Kalau begitu, aku akan keluar. Beristirahatlah dengan baik, Kakak." Liana berbalik, tapi sebelum menutup pintu, ia memberikan pesan yang membuat [Name] seketika menahan napasnya. "Upacara dipercepat. Sekitar 2 minggu lagi, kita akan saling bertarung. Aku yakin Kakak sudah siap, 'kan?"

Pintu kamar kembali tertutup. [Name] mencengkeram tangannya sendiri dengan erat hingga cairan merah kental mengalir keluar.

Gadis itu ingin berteriak. Kepalanya berdenyut nyeri. Jika saja dia memiliki keberanian... [Name] tidak akan segan-segan untuk keluar, mengambil senjata, lalu membantai seluruh orang yang tinggal di rumah ini!

"Sungguh gadis menyedihkan..."

[Name] tersentak kaget. Ia membuka mata lebar-lebar, mencari asal suara. Namun, tidak ada seorangpun yang bisa ia temukan.

"Aku kira darimana asal energi aneh ini... ah, ternyata kau..."

[Name] setengah berteriak, "Siapa kau?!"

Suara itu diam, tidak menjawab selama beberapa saat. Sampai tiba-tiba suara tawa terdengar, tapi tidak ada rasa humor dalam suaranya itu.

"Siapa aku? Memangnya apa pedulimu, hm?"

"Kalau begitu, lebih baik kau pergi dan diam saja! Apakah kau itu hantu?"

Suara itu terkikik geli, "Hantu? Tentu saja bukan-- eh, mungkin benar kalau aku hantu. Entahlah, aku juga tidak tahu~"

I Want To Touch You [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang