¤¤
Yang sebelumnya hanya pemandangan kota yang zeva amati selama perjalanan, kini berubah menjadi hutan. Pohon pohon dengan daun yang lebat, udara yang segar membuat badan Zeva menjadi fresh.Zeva benar benar menikmati perjalanan ini. Tangannya masih memeluk razaan yang fokus menyetir motor. Sesekali razaan mengajaknya mengobrol, apa pun itu. Segala sesuatu yang ada di kepala razaan. Serandom itu lah razaan.
"Hampir sampai nih." Razaan membelokkan setirnya memasuki sebuah gang yang jalannya begitu menanjak.
"Hati hati." Zeva menepuk perut Razaan pelan.
"Gatau gua aja lo zev." Razaan tersenyum merasakan tangan zeva yang semakin erat memeluknya. Iya zeva takut.
"Udah tenang aja, asal lo pegangan yang erat." Razaan terkekeh.
"Iya deh terserah lo."
15 menit mereka menyusuri gang tersebut, kini terpapar bukit hijau di depan mereka. Ada ayunan kayu disana. Razaan memarkirkan motornya.
"Yuk turun." Zeva segera turun dari motor.
"Masyaallah. Indah banget ya zaan." Zeva menghirup udara segar disini, benar benar mendinginkan kepalanya.
"Iya, gua sering tau main ke sini. Apalagi kalau gua lagi punya banyak masalah, rasanya tenang banget." Razaan berjalan menaiki bukit, menuju pohon besar yang dibawahnya terdapat bangku kayu yang bersebelahan dengan ayunan tadi. Zeva membuntuti Razaan seperti anak kecil.
"Coba liat sana, bagus kan?"
"OMG! Ini kota kita. Baguss bangett." Zeva yang heboh berlari mendekati pemandangan yang indah itu. Terpampang kota malang yang luas nan indah, gedung gedung yang tinggi pun terlihat semua dari sini.
"Awas hati hati ga usah lari." Razaan menyusul Zeva.
"Iyaa razaan." Zeva tersenyum lalu kembali berbalik badan, menikmati pemandangan indah. Jarang jarang Zeva bisa healing seperti ini.
"Mau foto ga? Gua fotoin sini. Bagus loh pemandangannya." Razaan menawarkan.
"Eh boleh tuh." Zeva mundur sedikit lalu berpose. Razaan mulai memfokuskan kamera hp nya pada gadis manis didepannya. Sekejap razaan terpesona dengan senyum manis Zeva, sungguh menawan.
'Cantik.' Razaan bergumam, tanpa ia sadar senyum kecil terlukis di wajahnya.
"Nah, bagus ga?" Razaan menyodorkan handphonenya.
"Wah, bakat juga lo ya." Wajah zeva berseri seri bahagia melihat hasil jepretan Razaan.
"Oke, sini. Ntar gua kirim. Makan dulu yuk, laper gua." Razaan cemberut sambil memegang perutnya lalu mengelusnya, merengek bak anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZAAN [ON GOING]
Teen FictionRazaan Kei Agnibrata, anak bungsu dari pemilik sekolah terfavorit di kotanya plus anak dari pebisnis handal yang memiliki saham dimana mana. Hal itu membuatnya sangat dikenal oleh orang orang di sekitarnya. Namun semua yang terlihat baik dan nyaman...