¤¤
Malam ini Zeva berniat begadang untuk maraton drakor yang ditontonnya. Lumayan, besok hari libur. Lupakan sejenak pelajaran, mari kita 'refreshing' dengan melihat ahjussi ahjussi ganteng favoritnya.
Suara mobil di depan rumah menarik perhatiannya, Alfan dan Ranya sudah kembali dari kantor. Zeva yang berniat untuk menyambut segera melompat dari kasur dan keluar kamar.
Brakkk..
Pintu yang dibanting membuat langkah Zeva terhenti. Apa lagi ini?
"Mas, kamu kenapa sih? Kalau Zeva bangun gimana?"
"Kamu yang kenapa? Tinggal penuhi permintaan mama aja susah. Apa susahnya sih daftarkan Zeva buat les vokal."
"Kamu gak kasian apa sama Zeva? Kamu tau kan cita citanya apa. Bukan mau jadi penyanyi kayak aku. Memangnya sepenting itu mempertahankan reputasi, menarik perhatian orang orang dengan mencapai 3 generasi berturut turut?" Ranya menarik tangan Alfan yang berjalan cepat hendak menuju kamar.
Zeva yang memperhatikan berusaha bersandar ke pintu kamarnya agar tidak terlihat dari bawah.
"Gini kalau kamu selalu manjain Zeva. Lihat kan, dia jadi gak mau nurut sama orang tuanya. Sudah berapa kali aku bilang, jangan terlalu di manja. Meskipun dia anak tunggal ataupun dia perempuan."
Bentakan Alfan yang sering Zeva dengar. Karena ini dia benci dengan sang papa. Tidak pernah memberinya perhatian, selalu memaksakan kehendaknya. Benar benar membuatnya muak."Kamu masih belum berubah ya mas. Bisa gak sih sedikit aja kasih perhatian buat Zeva."
"Memangnya selama ini aku kurang perhatian gimana? Semuanya aku penuhi, masa depannya terjamin aku jaga, Zevanya aja yang bebal gak pernah dengar apa mau ku. Kamu juga!"
Ranya menahan marahnya, selalu saja begini. Ia menarik nafas pelan, pertengkaran ini harus selesai. Ranya tidak mau Zeva sampai mendengar semua ini.
"Udah mas, terserah kamu. Malam ini aku tidur di kamar tamu." Ranya pergi meninggalkan Alfan yang sedang berusaha meredam emosinya.
Zeva segera masuk ke dalam kamar perlahan, ia tidak mau sampai ketahuan papa nya.
Zeva menatap langit langit kamarnya yang gelap, hanya sinar lampu tidur yang memberikan cahaya di kamarnya.
"Kapan ya papa bener bener ngertiin gua?"
▪︎▪︎▪︎▪︎
Suasana sekarang terasa mencekam, tiga orang yang sedang menunggu kepastian. Kepastian tentang kedatangan sesorang. Akankah dia datang? Sungguh membuat mereka gelisah.
"Ini nihh, raja lapangan. Sini sini duduk." Kak doy mempersilakan razaan duduk disampingnya.
Razaan melihat sekeliling, merasa ada yang kurang juga memastikan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZAAN [ON GOING]
Roman pour AdolescentsRazaan Kei Agnibrata, anak bungsu dari pemilik sekolah terfavorit di kotanya plus anak dari pebisnis handal yang memiliki saham dimana mana. Hal itu membuatnya sangat dikenal oleh orang orang di sekitarnya. Namun semua yang terlihat baik dan nyaman...