CHAPTER [1]

1.2K 29 2
                                    

KRING!!!!!!

Bel berbunyi pertanda kegiatan belajar mengajar di SMA Garuda akan segera dimulai. Para siswa sibuk berlarian untuk menggapai pagar sekolah yang hampir ditutup. Matahari sepertinya sangat bersemangat menampakkan dirinya pagi ini.

Para anggota osis sibuk mengecek para siswa yang datang terlambat maupun seragam yang dipakai sesuai dengan peraturan atau tidak. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap hari Selasa dan Kamis, agar siswa siswi SMA Garuda tidak menentang kedisiplinan.

Seorang lelaki yang memakai jas almamater kebanggaan sekolahnya menghela napas saat matanya menangkap seorang gadis yang baru saja datang dengan napas tersengal - sengal di samping pos satpam.

Ia berjalan mendekati siswi yang sudah menjadi langganan hukumannya itu.

"Telat 20 menit. Ga ada toleransi, ikut gue."

Sontak saja gadis itu membulatkan matanya, baru saja ia menapakkan kaki di halaman sekolah langsung di todong dengan hukuman. Ia menatap laki laki itu sambil membenarkan rambutnya yang terkuncir kuda.

"Masih pagi engga usah cari gara - gara, minggir!" Ia melangkahkan kakinya menjauh memasuki gedung sekolah.

"Revina Starla Arthaya. Dua belas IPA 3, 50 poin."

Perkataan lelaki tersebut membuat Revina membalikkan badannya. Wajahnya yang sangat tidak bersahabat menunjukan betapa muak  dirinya berhadapan dengan lelaki yang sangat songong dimatanya.

Ia berjalan mendekati laki - laki yang sibuk dengan buku laporannya. "Lo gila ya?! Bisa di DO gue asal lo tau, bisa ga sih gausah banyak bacot?!"

"Ga bakalan di DO kalo lo nurut sama peraturan sekolah. Jadi tinggal pilih, hukuman atau poin berkurang?"

Rasanya Revina ingin mencakar wajah laki - laki yang berstatus sebagai tunangannya. Kalau saja bukan karena paksaan maminya, ia tak akan sudi dijodohkan dengan lelaki menyebalkan itu.

Alvinska Mahardika. Wakil ketua osis SMA Garuda yang sangat dipuja karena wajahnya yang rupawan. Bukan hanya wajahnya, ia sangat di segani karena perilakunya yang sangat sopan. Ia juga dikenal sebagai salah satu penyumbang piala terbanyak di SMA Garuda. Pintar? Jelas. Tidak hanya pintar, namun sangat cakap dan aktif dalam berbagai bidan. Maka tidak heran ia menjadi incaran para kaum wanita mulai dari teman seangkatannya sampai adik kelas.

Mereka memang sudah dijodohkan sejak dalam kandungan. Sesuai dengan janji yang dibuat oleh kedua kakek mereka yang bersahabat. Saat kelas sepuluh dulu mereka bertukar cincin sebagai sepasang tunangan. Hanya keluarga dan teman teman terdekat mereka yang mengetahui tentang perjodohan ini.

"Terserah! Muak gue berurusan sama orang gila kaya lo. Ga bosen apa lo hukum gue hampir tiap hari?!"

Gadis itu sudah tidak tahan lagi. Moodnya sudah benar benar diujung tanduk. Alvinska selalu saja membuat dirinya berurusan dengan segala hukuman. Padahal ia tunangannya, bisa bisanya lelaki itu tetap memberi dirinya hukuman.

Tunangan?

Baru saja ia mengakui dirinya sebagai tunangan Alvinska. Gadis itu menggelengkan kepalanya saat menyadari apa yang ia pikirkan.

Alvinska memasukan tangan kiri yang dibalut jam tangan hitam ke dalam saku menunduk menyamakan tingginya dengan gadis itu.

"Bukannya gue yang harusnya tanya? Ga bosen lo gue hukum tiap hari, kurang jera?"

Revina memutar malas kedua bola matanya.

"Bodo! Udah cepetan buang buang waktu aja!" protes Revina.

Lelaki itu mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah lekungan.

ALVINSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang