CHAPTER [10]

530 22 2
                                    

Malam ini kedua pasangan sejoli itu tampak serasi menggunakan pakaian formal karena mereka menghadiri acara kantor milik keluarga Alvinska. Lelaki itu tampak sangat gagah dan tampan dengan jas hitam, begitu juga Revina yang sangat anggun dengan gaun merah miliknya. Sedari tadi banyak pasang mata yang menatap gadis itu terang-terangan. Acara malam ini adalah malam perayaan ulang tahun perusahaan Mahardika. 

Alvinska menghampiri istrinya yang sedang berbincang dengan ibunya dan juga beberapa istri kolega keluarga mereka. Ibunya itu sangat bersemangat memperkenalkan Revina sebagai menantunya. Revina sedari tadi hanya terdiam sesekali menjawab pertanyaan dari teman-teman mertuanya. 

"Sayang, sini." titah mama Alvinska yang melihat putranya mendekat. 

"Ini anak kamu? Wah ganteng banget." ujar salah satu temannya. Alvinska hanya membalas dengan senyuman kemudian melirik ke arah Revina yang terdiam. Tangannya melingkar posesif di pinggang istrinya saat dirasa banyak mata yang tengah menatap haus istrinya. 

Revina menoleh merasakan tangan suaminya memeluknya erat. 

"Banyak yang liatin kamu, aku nggak suka," ujarnya terang-terangan. Revina menoleh kaget saat mendengar bahasa Alvinska sedikit berbeda. Kamu?

Tetapi lelaki itu malah mengalihkan pandangannya seolah tidak melakukan hal apapun. Revina merasa jantungnya kali ini benar-benar copot. 

"Para hadirin yang terhormat, kali ini adalah acara yang sangat ditungu-tunggu. Silahkan kalian mencari pasangan masing-masing karena kita akan melakukan dansa setelah ini." ujar sang mc.

Dansa?  Tidak-tidak, Revina sangat tidak menyukai hal itu ia juga tidak bisa melakukanya. Tapi Alvinska malah menariknya ke tengah-tengah dimana para pasangan tengah berkumpul untuk melakukan dansa. 

"Gue nggak bisa," ujarnya pada sang suami. 

"Ada aku," Alvinska menaruh kedua tangan istrinya di lehernya lalu memeluk pinggang ramping Revina. 

Langkah gadis itu terus mengikuti gerakan Alvinska. Keduannya menjadi pusat perhatian, hal itu semakin membuat Revina menundukan kepalanya malu. 

"Malu" ujarnya lagi dengan kepala semakin menunduk. Alvinska terkekeh melihat tingkah istrinya yang sangat menggemaskan baginya. Ingin sekali meraup bibir mungil milik Revina, tapi ia sadar ini bukan saatnya. 

"Mau keluar?" tanyanya. Revina mengangguk menyetujui. Gadis itu juga sudah mengantuk. 

Alvinska melepas pelukannya pada pinggang sang istri lalu menggenggam tangan Revina menarik gadis itu keluar dari ballroom hotel. Revina terus mengikuti Alvinska yang terus menggenggam tangannya. 

Langkah lelaki itu membawa Revina menuju salah satu kamar dihotel. Hotel itu adalah milik keluarga Mahardika, jadi ia tidak perlu repot-repot memesan kamar. 

"Kok ke kamar?" tanya Revina sambil menatap Alvinska was-was. Pikiranya sudah memikirkan hal yang tidak-tidak. Alvinska membuka pintu kamar itu.

"Ngantuk kan? Acaranya masih sampe malem, kamu tunggu disini. Aku harus nemenin kolega papa, nggak pa-pa?" tanyanya. 

Revina hanya mengangukan kepalanya mengerti. Alvinska mengulurkan tangannya mengusap surai istrinya.

"Jangan kemana-mana, tunggu disini," ujarnya lalu meninggalkan Revina sendiri. 

Gadis itu menutup pintu sedikit kasar lalu memegang dadanya yang bergemuruh. 

"Alvinska setan! Bisa gila gue anjir," monolognya. Ia merebahkan dirinya diranjang empuk itu lalu memejamkan matanya membukanya lagi.

ALVINSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang