CHAPTER [4]

542 17 0
                                    

Hari ini merupakan hari yang sakral bagi Revina dan Alvinska. Setelah diputuskan satu minggu yang lalu, kini mereka akan menggelar pernikahan yang hanya dihadiri beberapa kerabat dan sahabat mereka juga beberapa kolega dari papa dan kakek Alvinska. Keluarga Alvinska sengaja memilih hari libur agar Revina dan Alvinska tidak perlu repot - repot membolos. 

Revina sedari tadi mondar - mandir dengan kebayanya yang terlihat sangat pas ditubuhnya. Ia terlihat sangat cantik hari ini. Jihan dan Venya yang baru datang langsung menghampiri sahabatnya itu. 

"OMG lo cantik banget Re, serius gila gila!" heboh Jihan melihat penampilan Revina pagi ini. Tapi yang dipuji malah merubah ekspresinya seperti ingin menangis. 

"Eh eh jangan nangis, nanti luntur make up nya." panik Venya yang malah membuat Revina semakin ingin menangis. 

"Gue gamau nikah, ayo bawa gue kabur dari sini." mohon gadis itu kepada sahabatnya. Jihan dan Venya melongo mendengarnya. Mereka memang tahu Revina sangat terpaksa menerima perjodohan ini demi mendiang papinya. 

"Re, jangan aneh - aneh ya! Lo harus bisa terima, gue yakin kok pasti nanti Alvinska jadi suami yang baik buat lo." ujar Jihan menenangkan Revina. 

Sungguh hari ini adalah hari yang ingin Revina hindari. Masa mudanya akan lenyap hari ini karena statusnya yang akan berubah menjadi istri Alvinska. 

"Lo tau? Tadi Alvinska ganteng banget jadi pengen gue nikahin. Beruntung banget lo Re dapet suami modelan Al." Revina mendengus mendengar apa yang Jihan katakan. 

"Beruntung? Sial gue yang ada." Gadis itu duduk dipinggir ranjang sambil menatap kedua sahabatnya frustasi. Ingin sekali melarikan diri dari keadaan ini, tapi ia juga tidak ingin mengecewakan mendiang papi dan kakeknya. 

Pintu terbuka menampakkan Lina dengan balutan kebaya putihnya. Wanita paruh baya itu juga sangat cantik pagi ini. Ia mendekati putrinya, menatapnya sendu. Revina sontak berdiri memeluk maminya. Sangat tidak rela melakukan semua ini.

"Anak mami cantik banget." ujarnya menahan tangis. Hari ini ia akan melepaskan putri semata wayangnya itu. Ia menangis mengingat putri kecilnya yang menangis karena cokelatnya meleleh, sekarang akan menjadi istri seseorang. 

"Mami, Revina gamau hiks." akhirnya air mata gadis itu tumpah. Rasanya sangat sesak. 

"Anak mami jangan nangis dong, mau nikah masa nangis sih. Mami percaya sama Al, maafin mami ya sayang ini demi masa depan kamu." 

Revina menggelengkan kepalanya. Jihan dan Venya ikut meneteskan air mata mendengar percakapan ibu dan anak itu.

"Mami yakin kamu bisa jadi istri yang baik buat Al. Jangan kecewakan mami ya nak." ujar maminta yang semakin membuat Revina melemah. Dengan terpaksa gadis itu menganggukan kepalanya. 

"Ayo kita turun. Yang lain udah nungguin kamu." 

Disini lah sekarang, Revina duduk disamping Alvinska yang sangat tampan dengan tuxedo hitamnya menghadap sang penghulu. Lelaki itu tampak sangat tenang. Alvinska sempat terpana dengan Revina saat ia datang tadi, juga teman - temannya yang duduk dibagian belakang.

Lelaki itu mengulurkan tangannya membalas jabatan sang penghulu. Ia akan mengucapkan ijab kabul yang dimana untaian kalimat itu akan mengubah status dan kehidupannya. Begitu juga dengan Revina. 

ALVINSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang