Pagi ini terasa seperti mimpi bagi fisya.
Entah ada angin apa bundanya tiba-tiba datang ke kamarnya dan membawakan segelas susu dan roti. Sejak tadi matanya menatap tak percaya pada bundanya. Mbak Nani yg tadi akan membangunkan fisya tak kalah terkejut saat melihat sang nyonya sedang tersenyum tulus kepada fisya. Hampir saja ia ketakutan karena ia pikir nyonya nya akan menyakiti fisya. Namun semua itu buyar saat mendengar ucapan nyonya Mira." Fisya nak. Kok malah diam. Ini bunda bawain susu sama roti loh. Fisya gk pernah bunda lihat sarapan bersama di meja makan" kata bunda lembut sambil meletakkan nampan di atas nakas dengan hati-hati karena perutnya yg buncit.
Air mata yg sejak tadi fisya tahan tiba- tiba mengalir begitu saja setelah mendengar ucapan bundanya."Bu-bundaa. I-ni beneran bunda kan? Fisya gak lagi mimpi kan?" Tanya fisya tidak percaya. Saking tak percayanya ia sampai menepuk pipinya sendiri hingga meninggalkan bekas kemerahan.
Plak
' ini bukan mimpi' batinnya.
Mira yg melihat itu tak kuasa menahan tangisnya. Mbak Nani yg tak ingin mengganggu momen bahagia itu memilih keluar kamar dengan perasaan haru.
' ya Allah. Terimakasih telah mengabulkan permintaan non fisya' batinnya.
" Fisya. Nak. Kamu gak mimpi. Ini benar-benar bunda sayang" ucap Mira memeluk putrinya. ' ya tuhan. Kemana saja saku selama ini hingga mengabaikan putri ku sendiri' batinnya menangis .
" Udah. Sekarang mandi, habis itu sarapan ,terus siap-siap kesekolah ya? Bunda siapin seragam sekolah fisya!" Kata Mira. Fisya seketika menggeleng, membuat sang bunda menatapnya heran.
" Ada apa nak?"
" hiks Gak mau bunda. hiks hiks Fisya mau begini Saja dipeluk bunda. hiks hiks Fisya gk mau kalau ini hanya mimpi. Fisya takut kalau nanti fisya pulang sekolah. Bunda gak mau peluk fisya lagi. Gak mau bundaaaa hiks hiks " tangis fisya pilu. Mira tak kuasa mendengar itu .
"Enggak nak. Enggak. Bunda janji mulai saat ini bunda akan selalu peluk kamu. Bunda gak akan pernah mengabaikan kamu lagi. Maafin bunda selama ini udah banyak nyakitin fisya. Maafin bunda nak" tangis Mira memeluk fisya erat.
" Hiks hiks benar bunda? " Tanya fisya menatap bundanya.
" Iya sayang. Bunda janji. Sebentar pulang sekolah bunda yg jemput fisya?" Ucap bundanya mengangkat jari kelingkingnya yg dibalas oleh fisya.
"Janji?" Kata fisya. Tersenyum bahagia.
Rasanya ia tak ingin melewatkan hari ini.****
Di SD KENCANA.tempat fisya bersekolah. Ia duduk di bangku kelas 2 SD. Hari ini tampak terlihat senyum bahagia di bawahnya. Senyumnya tak pernah pudar sejak pagi tadi .
"DOR"
"AAKKH"
"Hahahaha"
Fisya menatap kesal kepada sahabatnya yg menyebalkan itu. Siapa lagi kalau bukan rara gadis kecil berjilbab putih itu menatap fisya dengan wajah polosnya. Seolah merasa tidak bersalah apapun. Abi yg sejak tadi berdiri dibelakang Rara menatap keduanya jengah. Lalu kembali menatap fisya. Ada yg aneh dengan fisya. Ia memang kesal. Tapi tak lama ia tersenyum bahagia. Abi mengeluarkan kedua tangannya dari saku celananya lalu memegang kedua bahu fisya dan menatap fisya tajam. Fisya kebingungan dengan tingkah Abi. Sedangkan Rara melihat itu biasa.
" Ada apa?" Tanya Abi tegas. Fisya tetap tersenyum lalu memeluk Abi dan Rara begitu saja.
" Fisya senang. Fisya bahagia" ucapnya sembari melompat-lompat,mengguncang tubuh Abi dan Rara yg ada di pelukannya.
"FISYAA" teriak keduanya yg masi heran dengan sikap fisya. Fisya hanya cengengesan ditatap begitu.
" Rara. Abi fisya bahagiaaa sekali. Bunda tadi pagi baik ke fisya. Bunda meluk fisya. Fisya bahagiaaa sekali" jelas fisya dengan bahagia dan air matanya yg menetes. Rara sangat bahagia mendengar itu. Sedangkan Abi hanya diam dan tersenyum tipis. Seperti biasa wajahnya selalu terlihat dingin.
" Alhamdulillah. Kamu harus bersyukur fisya. Berarti bundamu dapat hidayah dari Allah SWT " jelas Rara dengan bijak.
"Tapi ayaah..." Tiba-tiba fisya sendu saat mengingat ayahnya.
" Gak papa asya. Tetap berdoa semoga ayahmu akan baik padamu" kata Abi bijak,dengan memanggil fisya menggunakan nama kesayangannya untuk fisya.
Fisya tersenyum mendengar itu."Terimakasih. Kalian berdua adalah sahabat terbaikku" ucapnya lalu memeluk Rara dan Abi.
****
Pulang sekolah dengan bahagianya fisya menunggu bundanya di gerbang sekolah. Ia tidak sabar menunggu bundanya. Karena ini pertama kalinya bundanya akan menjemputnya.
Dengan bersenandung pelan ia duduk di bangku dekat pos satpam sambil mengayunkan kaki kecilnya.Satu jam ia menunggu. Senyuman itu masi ada di wajahnya .
Satu jam setengah. Dengan perasaan sedikit sedih namun senyuman itu Masi ia pertahankan. Ia yakin bundanya tidak akan berbohong.
Satpam yg melihatnya sejak tadi menuggu jemputan akhirnya mendekatinya.
" Dek kenapa belum pulang? Belum dijemput ya?" Tanya satpam itu.
" Belum pak. Mungkin sebentar lagi. Bunda yg akan jemput fisya. Fisya senaaang sekali'' jelas fisya. Namun tidak dapat menyembunyikan kesedihan dimatanya .
Satpam yg mendengar itu tersenyum tulus.Tidak lama ada mobil hitam milik yg dikendarai oleh supir almarhum opanya yg ditugaskan untuk selalu mengantar jemputnya .
" Pak Bobi. Dimana bunda? " Tanyanya penuh harap. Pak Bobi yg melihat itu segera mendekati anak majikannya itu.
" Non fisya yg kuat ya non" kata pak Bobi membingungkan.
" Maksud pak Bobi apa? Dimana bunda? Kenapa gak jemput fisya? Bunda udah janji sama fisya bakalan jemput fisya. Dimana bunda pak Bobi?" Tanya fisya dengan mata berkaca-kaca. Pak Bobi tak kuasa melihat itu.
" Non ayo kita pulang. Semuanya sudah menunggu non fisya dirumah" kata pak berusaha tegar.
" Gak mau. Fisya maunya sama bunda. Bunda udah janji tadi pagi mau jemput fisya pulang sekolah. Pak bobi telfon bunda. Bilang fisya nungguin bundaa hiks hiks " tangis fisya.
Pak Bobi yg melihat anak majikannya menangis langsung menggendong fisya dan memasukkannya ke dalam mobil. Mengabaikan rontaan fisya yg tetap ingin menunggu bundanya.****
Ini nih si Rara cantik
Dan Abi ganteng
KAMU SEDANG MEMBACA
ayah sayangi aku
Non-Fictionayah adalah pahlawan bagi anak perempuannya. ayah adalah cinta pertama yg tak kan tergantikan. pada ayahlah pertama kalinya kita mendengar suara adzan. pada ayahlah pertama kalinya kita merasakan hangatnya pelukannya. ayah memang bukan ibu yg bisa m...