15. Couples

1K 120 3
                                    

Please enjoy and happy reading :)

-

Ternyata, dugaan Jisoo sangat salah. Tak ia sangka dirinya tertidur lelap dua menit setelah ia mencoba memejamkan mata. Dan ketika ia bangun, seluruh tubuhnya meriang selama beberapa detik sebelum akhirnya benar-benar sadar. Jisoo merentangkan tubuhnya kuat, memuji matras empuk yang menyambut keadaan sadarnya pertama kali.

Hal kedua yang Jisoo rasakan adalah aroma cokelat manis yang merebak ke hidungnya. Ia membuka mata, merasa cukup dengan tidur lelapnya. Jisoo pun teringat pada seseorang yang membuatnya seketika terkejut. Ia mendudukkan diri terlampau cepat, lalu mengerang setelahnya.

Tak ada sosok Rio di manapun. Kamar itu kosong, tidak ada siapapun selain dirinya. Jisoo menoleh ke nakas dimana terletak sebuah cangkir cokelat manis dan sebuah note yang tertempel di badan cangkir.

Kuharap tidurmu baik. Maaf, aku harus pergi bekerja. Jika kau sudah bangun, turunlah ke bawah untuk memakan sesuatu. Joy sudah mempersiapkan sesuatu untukmu -Rio.

Pipi Jisoo memanas mengetahui fakta bahwa Rio bahkan menyiapkan sesuatu untuknya. Meski pun bukan ia sendiri yang turun tangan. Jisoo juga terfokus selama beberapa detik untuk mengamati tulisan tangan Rio, yang baginya sangat indah.

Jisoo mengusir imajinasi di otaknya sebelum itu berjalan lebih jauh. Ia menyibak selimut yang menutupi setengah badannya sambil berusaha keras untuk tidak mengingat bahwa Rio lah yang memasangkan selimut itu ke badannya. Lalu ia berjalan dengan pelan menuju lantai bawah.

Jisoo tidak menemukan siapapun di lantai bawah selain seorang gadis tinggi berambut merah yang asik berkutat dengan gelas-gelas di balik minibar. Gadis itu menyadari kehadiran Jisoo lalu melambai ke arahnya. Mempersilahkan Jisoo untuk duduk di salah satu kursi.

"Park Sooyoung, kau bisa memanggilku Joy." Gadis tinggi itu tersenyum. "Siapa namamu manis?"

Jisoo nyaris menjatuhkan rahangnya. Gadis tinggi di depannya bahkan jauh lebih manis dibandingkan dirinya. "Jisoo. Kim Jisoo."

"Kelinci." Joy tersenyum manis menampakkan giginya. "Rupanya ada seorang kelinci yang sedang kelaparan. Kau ingin kubuatkan sesuatu?"

"Uh.. kupikir kau sudah mempersiapkannya? Itu tertulis di note." Jisoo kembali memeriksa note dari Rio, dan itu membuat Joy tertawa.

"Kudengar dari Rio, kau adalah orang yang penuh kecurigaan. Jadi aku tidak berani memasak apapun, atau menyiapkan apapun. Aku ingin mempersiapkannya di depanmu secara langsung, karena aku ingin kau percaya pada kami."

Perkataan Joy membuat Jisoo tersenyum miris. Entah mengapa ia merasa sedikit menyesal karena bertingkah terlalu tegas dan ketat. Padahal, sejauh ini tidak ada hal membahayakan yang Rio lakukan.

"Kalau begitu, aku ingin sandwich." Jisoo tersenyum tipis. "Jangan ada acar."

Joy mengangguk pelan dan merunduk dalam, mungkin mengambil peralatan. Dalam beberapa menit, semua bahan sudah terjajar rapi di atas meja dan Joy mulai menggulung bajunya sebatas siku.

Jisoo mengamati gerakan Joy yang entah bagaimana terlihat teratur dan admirable, apalagi ketika Joy mengoleskan margarin dengan manisnya ke seluruh permukaan panci datar.

"Kau pasti orang yang sangat penting bagi Rio." Ujar Joy tiba-tiba

"Y-ya? Ah.. kupikir tidak begitu."

"Ia bahkan tidak pernah membawa Jennie ke kamar pribadinya. Atau lebih tepatnya, kamar yang kau tiduri dengannya semalam." Joy berkata datar seolah itu bukan hal yang salah. Ia mulai memanggang daging, membuat bunyi ribut karena perpaduan antara daging dan margarin di atas loyang yang panas.

ConvivenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang