47. Far Apart

350 58 28
                                    

Chaeyoung membuka matanya perlahan. la berbaring ke samping, menatap wajah tenang sekaligus lelah Jennie. Bibirnya terangkat sedikit sambil menarik helaian selimut di dekatnya, menyelimuti Jennie hingga bahu.

Tubuh keduanya masih terekspos tanpa batas di bawah selimut, tapi tidak masalah selama Jennie merasa hangat. Jari-jari Chaeyoung menyentuh pipi Jennie, terlepas dari kulitnya yang amat bagus, Chaeyoung bertanya-tanya sudah berapa kali ia membuat Jennie menangis. la bukanlah kekasih yang baik, banyak sekali hal yang ia ingin lakukan bersama gadis kecil itu ㅡhanya saja.. Ia harus pulang.

Chaeyoung harus pulang. la tidak bisa berdiam disini dan membuat semuanya menjadi lebih sulit bagi Jennie.

Chaeyoung tidak bermaksud untuk meninggalkan Jennie disaat gadis kecil itu masih tertidur dengan lelap seperti ini ㅡbenar-benar tidak ingin. Tapi membayangkan sosok Jennie yang menatapnya nanar ketika ia menutup pintu apartemen juga bukan sesuatu yang bisa ia tahan.

Jennie akan ada disana membuatnya tertahan, tidak bisa terlepas dan pada akhirnya tubuhnya akan kembali memeluk gadis itu. dan itu adalah hal terakhir yang ingin Chaeyoung lakukan.

Jadi dengan jari-jari bergetar dan bibir bawah yang tergigit, Chaeyoung perlahan melepaskan cengkraman Jennie pada tubuhnya ㅡBahkan dalam tidur pun, Jennie seolah melarangnya untuk pergi.

Chaeyoung berhasil turun dari ranjang, membungkuk untuk memunguti satu persatu pakaiannya dan pakaian Jennie yang tersebar di lantai. la memutuskan untuk memakai kembali pakaiannya sendiri sebelum memasukan semua pakaian Jennie ke dalam keranjang pakaian kotor.

Chaeyoung terpaku beberapa saat, memandangi kekasihnya yang masih tertidur tenang sekali, tanpa suara... damai. Dan pria itu bersyukur wajah seperti itulah yang ia lihat sebelum pergi ㅡkarena jika tidak, ia mungkin akan jatuh di tanah sebelum bisa melangkah keluar gedung.

Jennie sudah memasukkan semua pakaian Chaeyoung ke koper, fakta itu membuatnya tersenyum miris.

Jennie, mungkin aku bukanlah aku lagi disana nanti. Tapi setelah itu semua berakhir, aku janji akan kembali pulang ke pelukanmu. Menjadi milikmu seutuhnya ㅡdan sampai saat itu tiba, kumohon jaga dirimu baik-baik, jangan biarkan satu milimeter pun kulitmu tergores atau terluka. Jangan menangis. Jangan lupakan aku.

Chaeyoung kembali mendekat ke arah Jennie setelah mengancingkan jaketnya, menyingkirkan helaian rambut Jennie yang menutupi wajah cantiknya. Mengamati sosok damai Jennie sekali lagi. Sekali lagi..

Chaeyoung tidak menghapus airmatanya yang jatuh, karena ia yakin dirinya akan kembali. la merunduk untuk mengecup dahi Jennie lama, lama sekali, tidak mau cepat-cepat berpisah dengan kehangatan di bawahnya sebelum akhirnya Chaeyoung menarik diri dari Jennie dan menatap gadis itu hangat.

Setelah itu Chaeyoung benar-benar berdiri tegap dan berbalik, tidak lagi melirik Jennie. Jari-jarinya meremas pegangan koper, menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka kenop pintu apartemen.

Sampai jumpa lagi, Jennie.

~

Pagi itu, Jennie membuka kedua matanya perlahan-lahan. Jarinya berkedut di bawah kepala, lalu ia memicingkan matanya lantaran sinar matahari yang dengan ganas menyerang pupilnya.

Gadis kecil itu terbangun, merasa kedinginan. Ketika ia duduk, selimut di badannya meleset turun, dan saat itulah ia menyadari kalau badannya belum terbalut apapun. Namun begitu, Jennie tersenyum kecil, mulai menggosok kedua lengannya untuk menghangatkan tubuh.

Tapi, senyuman kecil itu luntur beberapa detik setelahnya, karena ia tersadar, kalau ia sedang kedinginan.

Jennie tidak pernah merasa kedinginan. Tidak bahkan ketika Chaeyoung berada di dapur. Tidak bahkan ketika Chaeyoung pergi ke minimarket untuk membeli bahan sarapan. Tidak bahkan ketika Chaeyoung sudah pergi ke sekolah... ㅡAkan selalu ada kehangatan yang tersisa.

ConvivenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang