39. Making Up

1.1K 94 4
                                    

Chaeyoung tidak menyangka ketika ia bangun di pagi hari dan hendak berbelanja untuk membeli keperluan sarapan, ia dihempaskan sebuah surat oleh teman sekelasnya yang tiba-tiba datang ke depan pintu apartementnya dengan raut wajah sebal.

"Jika kau ingin namamu masih tertera di daftar nama siswa, datanglah besok. Kita harus menghadapi ujian."

Itu adalah kata-kata yang temannya ucapkan sebelum pergi tanpa menerima pertanyaan apapun dari Chaeyoung.

Itu juga yang membuat pria tinggi itu termenung di meja makan dengan wajah lesu dan surat yang terbentang lebar di depannya.

Chaeyoung menghela nafas, tentu saja, ia masih sekolah. Bagaimana bisa ia melupakan status utamanya sekarang?

Sampiran tangan di bahunya membuat Chaeyoung menoleh, senyuman layu Jennie adalah hal pertama yang dilihatnya.

Chaeyoung mengambil tangan Jennie lalu mengecup jarinya satu persatu tanpa memutuskan tatapannya dengan Jennie sebelum menuntun Jennie agar duduk di depannya.

"Surat dari sekolah?"

Chaeyoung mengangguk pelan. "Besok aku harus datang menjalani ujian."

Jennie tersentak, menatap Chaeyoung lekat. "Ujian?"

"Ya," Chaeyoung tersenyum lalu menghela nafas. "Aku masih seorang murid, ingat?"

Jennie memainkan kuku-kukunya sambil terdiam. Ia tidak tahu mengapa hal ini malah merusak moodnya seakan sesuatu memberatkan hatinya.

Mungkin memang benar, ialah yang membuat Chaeyoung jarang datang ke sekolah dan bahkan meminta Chaeyoung untuk berlibur ke Busan.

Well, meskipun menurut orang tuanya, Chaeyoung memang jarang datang ke sekolah dan hanya datang saat ujian (lalu mendapat nilai hampir sempurna dengan sangat menyebalkan) tetap saja ia merasa seperti merusak pandangan orang-orang pada Chaeyoung.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, Jennie." Chaeyoung menepuk-nepuk punggung tangan Jennie. "Aku juga ingin kau tahu kalau aku sama sekali tidak menyesal ikut berlibur bersamamu ke Busan. Itu adalah pilihanku dan disana kita melewati banyak hal penting. Lima hari sekolahku tidak bahkan cukup untuk membayarnya."

"Maaf," Jennie meringis. "Berlibur seharusnya kuatur setelah memastikan jadwal sekolahmu. Kau akan menghadapi ujian besok.. apa kau ingin kutemani belajar seharian? Aku tahu dimana ada perpustakaan umum terbesar di kota, kau ingin kita kesana?"

Chaeyoung tampak berfikir sejenak, "bagaimana kalau kau pergi ke kantor saja? Aku yakin ada banyak hal yang harus kau urus dibandingkan ujianku. Aku akan mengurusnya, Jen. Kau pergilah ke kantor setelah bersiap-siap, oke? Akan kusiapkan sarapan untukmu."

"Chaeyoung-ah.."

Chaeyoung menaikkan alisnya.

"Maafkan aku dan terima kasih."

Chaeyoung tersenyum tipis.

~

Joohyun menatap datar sebuah undangan yang terlempar tepat di depan matanya ketika ia sedang mengetik sebuah proposal mengenai proyek terbaru Jennie. Ia mengadah sekilas, lalu kembali fokus ke layar komputer setelah melihat wajah bangga-sekaligus-pamer-Limario-Manoban.

"Katakan sesuatu, bagaimana menurutmu?"

"Undangannya bagus. Jisoo yang memilih?" Ucap Joohyun datar dan itu membuat senyuman lebar Rio luntur.

"Kau serius?" Rio berdecak. "Kau akan datang, bukan?"

"Belum tentu.. mungkin tidak, ada banyak proyek yang harus kukerjakan."

ConvivenciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang