14

126 33 14
                                    

"Ha-han... tu..."

"Maaf mengecewakanmu, tapi aku bukan hantu."

Mengintip sedikit lewat matanya yang tertutup, Hoseok masih tidak percaya. "Apa bukti bahwa kau bukan hantu?"

Wanita tersebut menghela nafas panjang. "Aku tidak punya. Namun aku ini manusia. Delapan puluh persen manusia."

"Apa yang terjadi dengan dua puluh persennya?" tanya Hoseok ketakutan. Yang lebih menakutkan lagi bahwa faktanya ia berbincang dengan hantu dengan santai. Sudah gila memang.

"Yah..." Wanita tersebut terlihat sedikit ragu untuk membicarakannya. "Kupikir aku memiliki keturunan penyihir...."

Dengusan tawa seakan berkata I knew it keluar dari mulut Hoseok. "Itu artinya kau bukan hantu melainkan penyihir yang sudah hidup ratusan tahun dan haus akan tumbal!" seru lelaki itu dengan wajah yang berseri-seri seakan berhasil memecahkan kasus rumit. Namun Hoseok langsung terkejut seakan ia lupa bahwa barusan ia ketakutan setengah mati. Wanita yang disebutnya sebagai hantu hanya bisa menatap dengan malas.

"Kau bukan hantu? Atau penyihir ratusan tahun?" tanya Hoseok lagi, mencoba untuk mengonfirmasi karena begitu ia membuka matanya dan melihat sosok wanita tersebut dari dekat sama sekali tidak menakutkan seperti hantu yang pernah ia lihat di film.

"Aku manusia sama sepertimu." Kemudian sosok tersebut balas bertanya, "Apa yang kau lakukan disini pada tengah malam seperti ini?"

Mendengar pertanyaan itu akhirnya mengembalikan Hoseok ke pemandangan mengerikan yang ia lihat di ruang bawah tanah. Kembali rasa mual berlomba-lomba untuk mengeluarkan isi perutnya. Perlahan keringat dingin mengucur dari pelipisnya. "Ah..." Hanya itu jawaban yang bisa Hoseok berikan atas pertanyaan tersebut.

Melihat reaksi tidak biasa Hoseok, wanita tersebut bisa menebak apa yang lelaki itu alami. "Apa kau melihat mereka?"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Wanita itu diam. Rambut panjangnya yang tergerai mulai berterbangan karena angin yang berhembus lewat lubang-lubang di dinding, menunjukkan sebagian wajahnya yang tertutup rambut. Hoseok menyaksikan hal tersebut seperti potongan film. Wanita itu... sangat cantik. Kedua mata besarnya menatap dengan polos, hidungnya tinggi mancung dengan bibir ranum tipis yang jika tersenyum mungkin akan terlihat semakin indah. Kulit putih pucat yang terkesan seperti tidak ada darah mengalir. Namun Hoseok menyayangkan tubuhnya yang begitu kurus sehingga menonjolkan tulang-tulangnya.

"Aku Kyulkyung," ucap wanita itu, mengabaikan pertanyaan Hoseok. "Aku penghuni pulau ini."

"Oh... aku Hoseok. Aku datang bersama dengan—"

"Relawan. Aku tahu kalian," potong Kyulkyung. Wajahnya nampak tidak senang ketika mengatakan 'relawan'. Jemari kurusnya menyentuh roda kursi dan menjauhkan dirinya dari Hoseok, memasuki ruangan di ujung lorong yang dimana ia muncul sebelumnya. Sesaat pintu ruangan tersebut hendak menutup, Kyulkyung berucap, "Segera tinggalkan pulau ini jika ingin selamat, Hoseok."













###

Seulgi merasakan langkah kaki samar mendekatinya. Ia, yang belum tertidur, merasa awas karena sendirian di kamar. Dibalik bantalnya ia simpan pisau lipat yang Jimin berikan untuk melindungi diri. Perlahan tangannya menyusup ke bawah bantal begitu langkah tersebut berada sangat dekat dengannya. Ia menyadari bahwa sebuah tangan hendak meraihnya, maka dengan cepat ia ayunkan pisau tersebut.

Nahasnya, tangan tersebut lebih cepat daripada ayunannya. Lengannya dibekukan dan pisau lipatnya terjatuh.

"Itu tadi sangat berbahaya."

JADED - Wild Liar IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang