4

1K 119 28
                                    

Kesibukan Jimin semakin menggila ketika lelaki itu mengatakan akan menginap di rumah Jungkook selama semalam, lalu beralih pada dua malam dan diperpanjang sampai empat malam dengan alasan lebih dekat dengan kantor. Dan yang lebih gila lagi Seulgi terpaksa mempersilahkan Jada untuk menginap dirumah sampai Jimin kembali. Memang Jada gadis yang baik, namun Seulgi bukan tipikal orang yang mudah membukakan pintu pada orang lain dan membiarkan untuk melihat kehidupannya, walaupun Jada bukan orang asing lagi karena gadis itu sudah sukses menjabat sebagai orang kepercayaan Park Fucking Jimin.

"Setiap hari aku harus terjebak dengan Jada. Apa yang sebenarnya Park Jimin pikirkan sih?!" Kalimat pertama yang Seulgi ucapkan begitu ia bangun dari tidur. Hari ini akan selalu sama, bangun, makan, menghadiri pertemuan komunitas, makan malam, pulang dan tidur. Bayangkan betapa bosannya Seulgi.

"Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?" sapa ramah Jada yang sudah Seulgi dengar sejak empat hari terakhir. Alih-alih membalas sapaan tersebut, Seulgi justru menyerukan ultimatum, "Jika kau akan membawaku ke pertemuan sialan itu, maka aku akan kembali ke kamar dan tidak akan keluar sampai besok!" Seulgi mengucapkan kalimat tersebut dengan tegas, tapi wajahnya justru mengarah pada televisi. Hal itu membuat Jada terkikik geli. "Baiklah jika itu maumu."

Tidak seperti yang Seulgi perkirakan, ternyata Jada menyetujui ultimatumnya. Berbeda dengan Jimin yang justru akan balik memberi ultimatum hanya karena dia merasa mendominasi. Lelaki sialan.

"Lalu kau ingin melakukan apa?" lanjut Jada.

Agak bingung juga Seulgi ketika ditanya demikian. "Hmm... aku tidak tahu juga. Yang jelas aku bosan terus hidup seperti ini," akunya.

"Bagaimana jika menonton konser? Kebetulan sekali band temanku malam ini akan tampil. Mereka mengundangku tapi aku tidak tahu apakah bisa datang. Kalau mau, kita bisa pergi bersama," cetus Jada bersemangat. Selalu menyebarkan energi positif.

Konser? Jelas Seulgi tertarik. Tanpa berpikir dua kali, ia menyuarakan 'ya'.

"Tapi mungkin kau harus ikut aku ke kampus dulu karena aku harus bertemu dengan professor hari ini. Ingat tempo hari kuceritakan tentang proyek besar beliau? Ternyata dipercepat hingga minggu ini."

"Terserah."

###

Seulgi tahu bahwa ia sedang berada di kawasan kampus Jada karena hampir setiap menit ia mendengar sapaan "Hai Jada", "Apa kabar Jada?" dan "Kau datang ke pesta ulang tahun Gio, kan?" Apa ini? Mengapa Jada sangat populer?

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Mengapa semua orang mengenalmu?" Seulgi tidak tahan lagi untuk tidak bertanya. Hatinya sedikit dengki ketika Jada ternyata populer, padahal dulu pun ia populer namun sebagai buronan, bukan sebagai manusia.

Jada hanya tersenyum malu. "Mungkin aku banyak dikenal karena sering mengikuti kegiatan kampus." Jawaban paling down to earth yang pernah Seulgi dengar. Jada tahu dia populer namun tidak mau mengakuinya. Kalau Seulgi adalah Jada, pasti gadis itu akan menyombongkan diri pada siapapun yang bertanya.

Kursi roda Seulgi berhenti di depan ruang professor. Jada mengetuk dengan sopan pintu tersebut hingga terdengar seruan dari dalam, "Tunggu sebentar!" Tak lama kemudian pintu digeser. "Jada, masuklah," panggil suara berat. Sepertinya orang ini perokok berat, batin Seulgi.

"Maaf membuatmu menunggu, Profesor..." ucap Jada sambil mendorong kursi roda ke dalam ruangan. "Perkenalkan ini Seulgi, teman yang harus kujaga beberapa hari ini."

Seulgi mendengus geli. Sejak kapan mereka berteman?

Professor tidak menoleh dan hanya berdehem dengan mata yang fokus pada lembaran dokumen di atas meja. Cukup lama mereka terdiam, entah mungkin karena Jada yang segan untuk mengganggu konsentrasi Professor atau Professor yang terlalu fokus pada dokumennya atau juga Seulgi yang terlalu malas untuk memulai permbicaraan.

JADED - Wild Liar IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang