17

136 27 4
                                    

DOR!

Suara tembakan senapan tersebut membuat telinga Hoseok berdenging. Belum lagi tubuhnya yang terjerembab ke tanah karena ia buru-buru menghindarkan tembakan tersebut. Dibantu oleh beberapa cahaya kilat yang datang kapan saja, ia bisa memastikan bahwa tidak ada yang terkena tembakan senapan.

"Ck! Tikus-tikus yang cepat," umpat Jada seraya mengokang lagi senapan yang hampir saja membunuh mereka berdua. Kali ini mulut senapan terarah pada Seulgi yang merayap di lantai setelah tubuhnya Hoseok tolak dengan kuat demi keselamatan mereka. Ia terlihat berusaha untuk merayap tanpa suara, namun apa daya karena keterbatasan penglihatan membuat gerakannya terbatas. Jika saja Seulgi memiliki penglihatannya seperti dahulu, mungkin Jada akan ketar-ketir dibuatnya.

Hoseok yang menyaksikan eksekusi berdarah dingin tersebut pun mulai panik. Ia yang sebagian tubuhnya berada di luar pintu berusaha menggapai benda apapun yang ada di atas tanah. Keberuntungan nampaknya berada di pihak mereka untuk sesaat karena ia menemukan batu yang lumayan besar yang bisa ia lempar pada Jada.

Tanpa memikirkan lengannya yang bergetar hebat karena ketakutan atau lemparan yang meleset akibat gelap, Hoseok melayangkan batu tersebut pada Jada. Jika tidak tepat sasaran, setidaknya itu akan mengalihkan perhatian Jada padanya.

Tang!

Dor!

Dewi fortuna nampaknya belum berpaling dari mereka karena batu tersebut berhasil mengenai badan senapan sesaat Jada menekan pelatuk sehingga membuat senjata tersebut bergerak dan menembak pada atap pondok. Hanya kali ini giliran dirinya yang menjadi sasaran kemarahan Jada.

"Baik, jika kau yang meminta untuk dihabisi lebih dulu," kata wanita itu geram.

Tak sempat berdiri, mulut senapa sudah berpaling padanya dan mulai menembaki dengan ganas. Entah karena gelap atau memang ia belum terlalu handal dalam bersenjata, tembakan Jada meleset bahkan ada yang meleset lumayan jauh. Akan tetapi tetap saja orang yang memegang senjata lebih berbahaya daripada dirinya yang bertangan kosong.

Hoseok tidak membual jika mengatakan bahwa nyawanya serasa keluar dari tubuh ketika salah satu tembakan tersebut hampir saja mengenai selangkangannya. Asetnya yang berharga!

Lelaki itu memanfaatkan kesempatan ketika Jada mengisi peluru dengan memaksakan kedua kakinya yang lemas untuk berdiri. Ia hendak melarikan diri namun ia tidak bisa meninggalkan Seulgi bersama Jada. Jalan satu-satunya adalah dengan memancing Jada untuk mengejarnya, sedangkan Seulgi bisa meminta pertolongan atau menyelamatkan dirinya sendiri, bagaimanapun caranya. Setidaknya itu yang Hoseok percayai dari wanita itu.

"Hei, bukankah kau harus berlatih menembak terlebih dahulu untuk bisa membunuh kami?" provokasinya.

Jada tersenyum mendengar hal tersebut. "Bukankah kau harus berlatih lari untuk bisa melarikan diri?" balasnya lalu menegakkan mulut senapan pada Hoseok lagi.

Panik melihat Jada yang tak segan untuk menembakinya, Hoseok berusaha untuk tenang. "Tunggu! Mari berbicara dengan baik-baik!"

"Bicaralah. Aku akan mendengarkanmu," ucap Jada namun tidak menurunkan senapannya. Bahkan kali ini telunjuknya memasuki lubang pelatuk.

Hoseok menelan ludahnya. "Kalian membutuhkan organ kami, kan? Kalau kau menembak kami maka organ-organ kami akan rusak dan tidak ada gunanya lagi bagi kalian," ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Kehilangan satu dua organ tidak masalah daripada membiarkan kalian berdua hidup."

"Bagaimana jika aku berjanji untuk tidak mengatakan pada siapapun? Kujamin rahasia kalian aman ditanganku. Kau hanya perlu membiarkanku hidup, itu saja."

JADED - Wild Liar IIITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang