Kalian bingung? Mungkin gue sedikit banyaknya bisa jelasin. Sekarang posisi gue dikeadaan yang terpaksa mungkin? Salah satu dari teman gue yang paling jenius secara tiba-tiba mengumumkan hal yang ga pernah gue bayangkan sebelumnya akan keluar dari mulut dia.
"Jer, kita kudu enroll tahun ini!"
"Lo bangun bangun ngomongin enroll, itu bekas iler lo bersihin dulu."
"Serius, firasat gue tahun ini kita harus masuk ke kampus yang ada dimimpi gue."
"Huh? Kampus mana?"
"Royalhallow."
"Gue rangkum bentar, lo mau kita masuk kampus, tapi berdasarkan mimpi lo? Lo gila?"
"Lo lupa gue siapa?" Ah, bener juga. Gue lupa ini orang keturunan siapa.
Ya, mau tidak mau gue dan teman gue satu lagi yang melalang buana entah kemana, mengikuti usulannya untuk masuk ke kampus yang, hm, gimana gue, mau jelasinnya ya. Kampus dimana semua jenis 'manusia' berkumpul dengan keahlian di luar nalar.
Sekarang gue berdiri di tengah-tengah lautan 'manusia' itu. Pengumuman tiap mahasiswa akan di tempatkan di house yang mana, sebentar lagi akan diumumkan, dan lagi hal yang biasa terjadi, salah satu teman gue hilang entah kemana. Emang faktor gen ga bisa bohong. Let's say goodluck for all of us.
JEROLD WU's POV : END
"This place is gigantic for all these beings to gather here." Komentar dari Raiden ada benarnya. Tempat mereka berkumpul seperti kastil dengan nuansa putih dan ornamen yang dilapisi emas.
"Feels like in Olympians. But, this place is full of protection spells." Celotehan Dion membautnya menjadi pusat perhatian ke enam lainnya.
"Maksud lo?"
"He just speak non-sense." Sergah Ashane menjawab pertanyaan Javin.
"But what's with that animal logo? Brio, you know it?" Tentunya secara otomatis Hunter menanyakan hal itu pada salah satu temannya yang selalu mengetahui segalanya, Brio Dorian.
"Hm, I'm gonna explain this once. So listen. Do you guys see the green flag, with the snake-wrapped hands? That's Gorgonsiren House. I'm not sure how to describe them. But they are weird. Wizards, witches, and mutants. That's all I know, and I'm sure the one who goes there can sense the spell. Don't you think so, Ashane Odite?" Bagi Ashane pertanyaan itu terdengar sarkas. Wajah belagak tidak mengetahui apa-apa itu membuat Ashane berdegus kasar.
"I guess so. Not sure, cause I'm not a cheeky smart-ass like you." Respon yang sudah terduga dari mulut tajam Ashane. Brio yang memulai, Brio pula lah yang terlihat kesal.
"And the dark blue one? Wolves? Don't tell me they are bunches of werewolves." Javin tertawa seakan geli dengan tebakannya sendiri. Tetapi yang lain menatapnya prihatin.
"WHAT? SERIOUSLY?!"
"Yeah, Noxviltarin House. Only the pure-blood werewolves can go there." Brio melirik Hunter yang meresponnya dnegan tatapan malas.
"Untuk tau mereka werewolf cukup jelas. Mereka suka berkumpul disatu titik dan memisahkan diri dari yang bukan sejenis atau pack mereka. Kaya itu dan itu. I'm sure they are from different pack." Brio menunjuk kumpulan mahasiswa disalah satu sisi aula membentuk lingkarannya sendiri.
"Wow. They are big, like Hunter."
"Of course, Raiden, Don't you get the idea yet?" Pikir Brio kenapa selalu saja ia harus menjelaskan satu per satu secara detail? Tidak bisakah Raiden mulai peka terhadap setiap berkatannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
PHENOMENON
FanfictionDo you wanna know something Haides? From the start, you and i, just a 'happening'.