SECTION #5 : Brio Dorian

577 84 25
                                    

Tau apa yang ada dipikiran gue sekarang?There's something going on there. Seperti perkiraan gue sebelum memutuskan masuk ke kampus ini, Gue, Hunter dan Raiden pasti akan masuk ke house yang sama. Ketakutan Hunter tidak berarti apa-apan. Setelah lambang Phoinixdios terukir dipergelangan masing-masing dari kami, gue semakin yakin, perkiraan gue tentang kejadian di depan mata, akan lebih cepat terjadi. Ditambah lagi mereka berenam di luar sana. Mereka aneh. Haides Anala? Seems familiar. I'm not sure at this point.

Ah, maaf, apa gue terkesan tau segalanya? Tidak. Semua masih bias. Semua pikiran gue masih berupa potongan puzzle yang berantakan, walaupun gue tau ada yang aneh dengan diri gue dan bahkan dua sahabat gue yang lainnya. Ada yang hilang. Karen itu, gue, Hunter dan Raiden selama ini mencari segala informasi sebelum memasuki kampus ini — bahkan Hunter beberapa kali sudah menjelajahi setiap area kampus yang dapat ia masuki secara diam-diam. Tapi tetap aja, informasi yang ada tidak membantu sama sekali.

Ini membingungkan, tapi tidak sampai suatu malam, gue terbangun karena mimpi yang muncul. I must come to this university and need Hunter and Raiden's power to solve all of this. Raiden Shu, punya link dengan salah satu dari mereka, atau bahkan lebih? Entahlah, We are not sure about all of our ability. Hunter Artee, what can I say about this wild beast? The problem is, who we are exactly?

BRIO DORIAN's POV : END

Dinamika area ini cukup unik, tampak luar dari setiap bangunan yang ada identik dengan bangunan kastil abad pertengahan — arsitektur kastil gotik yang sangat anggun dan ringan dengan lengkungan runcing dan kubah bergaris, juga dekorasinya yang indah dan rumit, namun dibagian dalam selalu disesuaikan dengan kemajuan zaman. Jika kalian masuk ke bangunan milik Phoinixdios kesan elegan dan berwibawa akan menguar kencang. Mungkin memang membawaan mereka, karena siswa yang terpilihpun penuh dengan karisma yang tidak dapat kalian deskripsikan.

"So Everyone? Ada baiknya kita kenalan lagi bukan?" Ujar Javin yang kembali membuka percakapan. Apakah ini satu keahliannya? Entahlah, namun ia cukup ramah untuk hal ini.

Setelah pertemuan mereka sebelumnya, saat ini disalah satu recreation room Phoinixdios, dua belas manusia — manusia? well, i'm not sure either — berkumpul, duduk berkelompok. Jelas masing-masing dari mereka memiliki lingkaran pertemannya sendiri. Keadaan berbeda terlihat dari salah satu pemuda yang menyembunyikan wajahnya pada punggung seseorang dengan memeluk sebelah lengannya dengan erat.

"Kenapa temen lo?" Hunter yang dari tadi memperhatikan dari samping bertanya, karena sejak memasuki ruang ini, dekapan itu tidak pernah terlepas, sampai mereka duduk sekalipun.

"Ga usah lo pikirin." Jawab Haides ketus. Tidak ada yang berani bertanya lebih jauh, termasuk Hunter yang kembali menyadarkan badannya pada kepala sofa di belakang, melirik Brio dan mengangguk pelan.

"Mereka bukan sih?"

"I think so. Not sure."

Gerakan itu tidak luput dari pandangan Helios. Ia berbisik pada Ansel disebelahnya. Entah apa yang mereka bicarakan.

"Mulai dari gue dah ya, gue Javin Herma."

"Sebentar deh, Herma? That chatty blood?"

"Sorry? Chatty? Dude, Odyson has no right to speak to me. You drunk head."

"Stop. Mau lanjut apa engga? Gue ga mau buang-buang waktu. Gue Mazu Athene. Gue rasa semua dari lo udah tau gue siapa dari nama belakang gue kan? Ya, gue masih pakai nama asli dari keturunan gue. Kaya beberapa dari kalian juga gue rasa."

PHENOMENONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang