SECTION #2 : Kai Oshean

938 135 12
                                        

To tell a story from my perspective?

Kalau ga dipaksa untuk kuliah mungkin aku lebih milih untuk kerja. Belajar rasanya bukan keahlian seorang Kai. I'm not gonna lie when I said i'm all-rounder, tapi satu yang tidak bisa ku proses, belajar. Iya, belajar yang kalian lakukan di sekolah. Aku sama sekali tidak bisa memproses satupun materi yang disampaikan. Can you guys relate? Pastinya. Karena itu, aku memutuskan untuk keluar dan tidak melanjutkan jenjang pendidikan formal itu. Toh sampai sekarang kehidupanku masih berfungsi dengan baik? Hehe. Jangan ditiru ya! I'm different from you all.

Namun, secara tiba-tiba Dion memaksaku untuk menemaninya mendaftar disalah satu universitas. Heran? Tentu, gimana ga? Seorang Dion yang kerjanya pergi pagi pulang pagi lagi cuma buat party, ingin masuk universitas? Bukankah aku dan dia sama-sama malas belajar? Kurasa dia sudah gila.

Permasalahannya sekarang, kami sudah berada di universitas yang ia inginkan tetapi dia malah hilang entah kemana. Oh Lord, Dion kapan ga nyusahin sih?

Ugh, see? bener aja, sekarang dia sudah bersama dengan entahlah. Akupun tidak mengenalinya. Semoga hari ini berlalu dengan cepat, energi seorang Kai Oshean ada limitnya.

KAI OSHEAN's POV : END

"Heh, bocah lo gue cariin kemana-mana! Malah keluyuran!" Dion mendapat pukulan yang cukup keras dari salah satu temannya yang baru saja dia panggil.

"Sakit! Astaga, kekerasan dalam pertemanan ini mah!"

"Shan, udah jangan berantem."

"Lu jangan manjain ni bocah dong."

"Gue ga manjain, gue cuma mau bilang, tiga orang di depan lu ketakutan sekarang." Benar. Javin, Hunter, Haides bergedik ngeri melihat Dion yang secara tiba-tiba dipukul dengan cukup kencang.

"Maafin temen gue ya. Namanya Ashane."

"Ashane doang?" tanya Javin pernasaran.

"Odite." Kali ini langsung dijawab oleh Ashane. Mendengar itu, Haides tersenyum tipis.

Always, Odite, you always become his protector, huh?

"Kalau lu siapa? Di antara mereka berdua kayanya cuma lu yang ga barbar." Hunter, kamu terlalu frontal.

"Ah, salam kenal, gue Kai Oshean."

"Gue Hala." Ujar Haides sambil mengulurkan tangan, yang tentunya dibalas oleh Kai. Lho?

"Lah? Milih-milih. Katanya ga suka skinship!" Yak, itu dia pertanyaan yang juga mau kami tanyakan, Javin.

"Hi, Hala, panggil gue Kai aja."

"Nope, Shean is better." Walau sedikit bingung, Kai tetap tersenyum dan mengangguk pertanda setuju dengan ucapan Haides.

Genggaman yang masih menyatu itu tiba-tiba terasa panas, Kai menatap Haides dalam diam. Bingung dengan apa yang ia rasakan pada tangannya. Namun, Haides masih mempertahankan posisi itu.

Please, Shean. Like before. You can do it, Babe.

Awkward? Bisa dibilang iya. Namun tidak ada yang berani menginterupsi Haides dan Kai. Namun tidak dengan satu orang yang tiba-tiba menyambar tangan yang masih bertautan itu.

"Gua mau ikutan! Hehe. Seru banget kayanya. Lagi kenal-kenalan ya? Okay. Kenalin gua Raiden Shu."

So Shean still can summon the Shu? Interesting.

So Shean still can summon the Shu? Interesting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PHENOMENONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang