Selina duduk dengan tenang di tempat duduknya, saat ini tengah jam kosong jadi guru tidak ada di kelas.
"Siapa kau? Mengapa duduk di sini?" tanya seorang pemuda tepat dihadapan Selina.
Selina yang saat kini tengah membaca bukunya langsung menghentikan kegiatannya tersebut. Dia mendongkak, matanya yang beriris abu menatap langsung pada seorang pemuda tampan yang ada dihadapannya.
Saat melihat wajah cantik tersebut, sesaat pemuda yang belum diketahui namanya itu sedikit terpana, seumur hidupnya dia belum pernah melihat wanita cantik seperti gadis itu. Akan tetapi dia segera mengenyahkan pemikirannya, dia terus menatap gadis itu tajam.
Sementara semua orang yang ada di kelas mulai merasa takut, bagaimana tidak? Lelaki itu adalah Darel si pentolan sekolah ini. Tidak ada satu orang pun di sekolah ini yang mengganggu seorang Darel. Karena Darel, tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah menganggunya.
Selina hanya menatap lelaki itu sekilas, dia terlalu malas berurusan dengan hal-hal yang tidak penting.
Kedua tangan Darel bertumpu pada meja, dia menatap Selina semakin tajam. "Sekali lagi aku tanya, siapa kau dan berani sekali duduk di tempat ini."
Muak karena terus-menerus diganggu, akhirnya Selina memilih untuk menutup bukunya tersebut. "Aku manusia, dan alasan kenapa aku duduk di sini karena aku suka di sini," balas Selina dengan nada dingin.
Darel tersenyum miring. "Tapi aku tidak ingin, kau duduk di sini. Aku tidak suka ada yang menggangguku."
"Kalau aku tidak mau pindah?" tanya Selina menantang.
"Kalau kau tidak mau pindah, maka kau harus menerima akibatnya." Darel berkata tegas.
Selina tersenyum sinis, kemudian dia bangkit dari duduknya dan menatap Darel tak kalah tajam.
"Astaga ini gila, murid baru itu begitu berani melawan Darel."
"Benar, menurutmu siapa yang akan menang? Darel atau anak baru itu?"
"Aku sangat yakin bahwa yang menang adalah Darel."
"Ya memangnya di sekolah ini siapa yang bisa mengalahkan Darel? Terlebih murid baru itu adalah perempuan."
Semua orang yang ada di kelas berbisik-bisik. Menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, bahkan diantara mereka sudah ada yang memasang taruhan.
"Apakah menurutmu aku takut? Kita bisa duduk bersebelahan, tapi tidak saling menganggu," ucap Selina.
"Tapi aku tidak mau, lebih baik kau pindah sekarang! Karena aku sedang tidak ingin memukul perempuan." Darel berkata dengan penuh penekanan.
"Kau tidak memukul perempuan tapi aku berani memukul seorang laki-laki."
Bugh
Selina langsung memukul Darel begitu saja sehingga membuat lelaki itu mundur beberapa langkah.
Darel memegang pipi yang baru saja ditonjok oleh Selina, sudut bibirnya berdarah karena Selina memukulnya terlalu keras, dia sendiri tidak percaya bahwa gadis cantik yang terlihat lemah dan butuh perlindungan itu ternyata dapat memukul seseorang dengan begitu kuat.
Semua orang yang ada di kelas mulai menahan nafas mereka, para perempuan yang ada di sana menutup mulut mereka seakan tak percaya bahwa ada murid perempuan yang begitu berani melawan seorang Darel.
Seakan tak kenal takut, Selina kembali menendang pemuda itu sehingga membuat Darel jatuh.
Dia mendekati Darel dan menatap lelaki itu dengan pandangan merendahkan. "Bagaimana? Apakah menurutmu aku gampang kau tindas dan mengaturku sesukamu? Jangan harap, karena aku Selina Victoria tidak akan tunduk pada orang yang lebih lemah dariku." Selina berkata tajam, lalu kemudian gadis itu kembali duduk di bangkunya dan kembali membuka buku yang baru saja dia baca barusan.
Sedangkan Darel, yang baru saja dipukuli oleh Selina menatap gadis itu tidak percaya, seumur hidupnya dia baru diperlakukan begini oleh seorang gadis.
Biasanya para gadis akan mendekatinya dan menawarkan tubuh mereka padanya, atau para gadis akan selalu menunduk takut setiap melihatnya karena reputasinya sebagai pentolan sekolah ini. Maka dari itu, Darel selalu menganggap para gadis itu semua sama saja.
Akan tetapi gadis itu berbeda, dia memancarkan aura penuh karisma dan tidak takut ditindas.
Tanpa sadar Darel mulai memandang Selina berbeda dari gadis kebanyakan.
Teman-teman Darel yang melihat Darel terjatuh langsung membantu lelaki itu, agar bangun kembali.
"Gapapa, Bos?" tanya Auvan pada salah satu teman Darel.
Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya, dia terlalu fokus menatap Selina yang menurutnya berbeda.
•••
"Selina, astaga kau benar-benar keren bisa mengalahkan Darel seperti itu," ujar salah seorang gadis cantik yang duduk dihadapan Selina. Gadis itu diketahui bernama Azura, dia salah satu murid pintar di kelas ini.
"Benar Selina, kau tau di sekolah ini tidak ada yang berani melawan Darel karena dia adalah pentolan sekolah ini. Kau tau Selina? Biasanya siapa pun yang mengusik ketenangannya tidak akan hidup nyaman di sekolah ini," saut gadis yang satunya.
Selina menutup buku bacaannya, dia menatap tiga sosok gadis yang tidak ketahui namanya.
"Ah ... jadi namanya Darel?" tanya Selina pada mereka bertiga.
Ketiga gadis itu mengangguk dengan kompak, membenarkan pertanyaan Selina.
Sial, Selina baru mengingat nama Darel. Dalam buku aslinya di ceritakan bahwa Darel adalah pemeran lelaki kedua, dia begitu terobsesi dengan pahlawan wanita karena dia mengganggap pahlawan wanita memiliki sikap yang berbeda dari gadis kebanyakan.
Sejak saat itu, dia selalu mengejar pahlawan wanita dan sering bertarung dengan pemeran utama laki-laki, tidak hanya itu dia juga salah satu orang yang membuat pemilik asli memiliki akhir tragis dalam novel.
Dia membantu pemeran utama laki-laki menculik pemilik asli lalu membakarnya hidup-hidup.
Mengingat hal itu tanpa sadar membuat Selina bergidik ngeri, akan tetapi untuk saat ini Selina tidak akan pernah takut, karena Selina tidak ingin mengikuti plot aslinya, dia tidak mau terlibat dalam alur cerita novel yang ada.
Dia hanya ingin mengumpulkan banyak uang, dan menjadi orang terkaya di dunia novel ini. Dia tidak peduli dengan para manusia yang da di sini, karena baginya mereka hanyalah sebuah tokoh.
"Oh iya Selina, kita belum berkenalan. Perkenalkan namaku Azura." Gadis cantik itu mengulurkan tangannya, dengan cepat Selina membalas uluran tangan Azura dan memperkenalkan namanya.
"Hai Selina, aku Stephani," ucap gadis satunya seraya mengulurkan tangannya yang dibalas oleh Selina.
"Aku Xera," saut gadis manis satunya lagi, dia memiliki tahi lalat di pipi sehingga menambah kecantikan gadis tersebut.
Selina juga membalas uluran tangan Xera.
"Teman-teman sudah masuk jam istirahat, bagaimana kalau kita ke kantin bersama?" ajak Azura pada teman-temannya.
"Ayo Selina, mau ikut ke kantin?" tanya Stephani.
Selina berpikir sebentar, lalu kemudian dia mengangguk menyetujui ajakan ketiga teman barunya itu.
Akhirnya keempat gadis itu pergi ke kantin sekolah bersama.
Sementara Darel yang melihat Selina sudah pergi, hanya menyunggingkan senyum miringnya.
Hello guys, I'm back.
Gimana part ini?
See you next chapter guys ♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love Fairy Tale : Menjadi Penjahat Genius Sejati.
FantasySelina Victoria, merupakan seorang genius yang bisa melakukan segalanya dengan otaknya. Sebelum kematiannya, ia membaca sebuah novel yang berjudul 'Endless Love Fairy Tale' sebuah novel Romansa yang sangat laris dan banyak diminati oleh orang-orang...