Selina turun dari angkutan umum, dan langsung masuk ke dalam sekolah setelah membayar ongkos. Orang-orang yang melihat Selina turun dari angkutan umum, seketika langsung memandang aneh ke arah Selina. Pasalnya, diantara mereka tidak pernah ada yang pernah naik angkutan umum ke sekolah karena mereka berasal dari keluarga kaya.
"Lihat bukan? Murid baru yang datang dari pedesaan itu, benar-benar miskin. Mengapa juga dia datang ke sekolah ini menggunakan angkutan umum?"
"Benar, aku sudah mendengar banyak hal tentang dia, dia adalah seorang siswi yang sombong karena berani melawan Darell dan melakukan taruhan dengan siswi-siswi pintar di sekolah ini. Hah, padahal dia berasal dari keluarga miskin, tapi kenapa dia begitu banyak tingkah?"
"Kau tau? Yang kudengar dia adalah kerabat jauh keluarga Gillbert maka dari itu dia bisa sekolah di sini."
"Keluarga Jesslyn begitu baik, untuk apa mereka mau menghambur-hamburkan uang hanya untuk menyekolahkan sampah seperti dia. Yang ku dengar juga dia masuk ke kelas buangan, selain itu dia memiliki wajah yang sangat cantik. Apa jangan-jangan dia menjual tubuhnya untuk bisa bersekolah di sini?"
Selina menghentikan langkahnya, saat mendengar gunjingan tersebut. Ia berbalik, dan menatap tajam orang yang sudah merendahkan dirinya dan mengatakan bahwa ia masuk ke sekolah ini karena menjual tubuhnya.
Orang yang baru saja berkata demikian adalah seorang gadis yang cukup terlihat cantik, tubuhnya mungil dan dia sedikit lebih pendek dibanding Selina.
"Apa yang kau katakan barusan?" tanya Selina menantang, ia menatap gadis tersebut dari atas sampai bawah pertanda menilai.
"Mengapa? Apakah kau mau marah? Jangan-jangan perkataanku barusan benar. Bahwa kau masuk ke sekolah ini karena menjual tubuhmu," jawab si gadis tak kalah takut.
Mendengar itu, Selina hanya terkekeh sinis. Sebenarnya ia terlalu malas meladeni orang-orang tidak berguna semacam ini. Akan tetapi, kata-kata yang dikeluarkan oleh gadis itu sangatlah keterlaluan dan mencoreng harga dirinya. Ayolah, Tuhan tau seberapa cerdas otaknya. Dan dengan kecerdasan otak yang ia miliki perlukah ia menjual tubuhnya hanya untuk sekolah?
"Kau baru saja mengatakan aku menjual tubuhku? Bukankah itu kau sendiri?" tanya Selina tenang.
"Apa maksudmu?"
"Aku bilang, kau menjual tubuhmu untuk masuk ke sekolah ini dan untuk gaya hidupmu." Selina berkata sedikit keras. Ia pernah tidak sengaja melihat gadis itu masuk ke dalam hotel bersama pria yang sudah berumur. Dari segi pakaian yang gadis itu kenakan dan bagaimana cara si pria memperlakukan gadis tersebut, Selina sangat yakin bahwa mereka tidak berada di dalam keluarga yang sama.
Karena tidak ada keluarga yang akan bertindak seperti 'itu' di tempat umum.
"Kau." Gadis itu menunjuk ke arah Selina. "Kau jangan pernah berbicara sembarangan, jika tidak memiliki bukti!" katanya dengan nada yang cukup tinggi, sehingga beberapa orang yang ada di sekitar mulai melirik ke arah mereka.
"Kau pun, tidak memiliki bukti jadi, mengapa kau berbicara sembarangan? Memangnya kau pernah melihat aku melayani pria tua mana sampai kau berbicara seperti itu?" Selina melangkahkan kakinya, sehingga kini lebih dekat dengan gadis tersebut. Ia mencodongkan tubuhnya, sehingga kini bibirnya tepat di samping telinga milik gadis itu. "Seperti aku yang pernah melihatmu memesan kamar bersama pria paruh baya di hotel Philips hari itu."
Tepat setelah Selina menyelesaikan perkataannya, ekspresi wajah si gadis langsung berubah menjadi pucat. Ia tidak tahu bahwa Selina akan memergokinya di hotel waktu itu.
Sementara Selina yang melihat wajah pucat gadis itu, hanya berdecih sinis.
"Prita Anastasia, aku harap kau bisa menjaga lisanmu selanjutnya," ucap Selina seraya melirik ke arah name tag, yang terpasang di sana.
Setelah itu, Selina melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Lihat saja, Selina tidak akan pernah membiarkan orang yang sudah mengusiknya merasakan ketenangan, tidak peduli apa, ia akan membalasnya cepat atau lambat.
Sementara gadis yang diketahui bernama Prita itu, masih termangu di tempatnya, dan menatap punggung Selina yang mulai menjauh dari pandangannya.
***
Selina masuk ke dalam ruangan khusus ujiannya, tidak ada teman-temannya, karena mereka berada di ruangan lain.
Gadis cantik itu, mulai membuka tebal yang selalu ia bawa kemana-mana. Tak lama, terdengar suara dering handphonenya, pertanda ada notifikasi chat masuk.
084345xxxxx
Semangat ujiannya, ini aku, Ernest.
Mata Selina membulat ketika membaca isi chat tersebut. Ia tidak pernah menyangka bahwa Ernest akan mengirimkannya chat begini. Darimana juga pria itu tahu bahwa hari ini dia akan ujian? Sungguh pria yang aneh.
Selina, mulanya akan membalas chat dari Ernest. Akan tetapi tak lama, pengawas ujian masuk ke dalam ruangan. Dan meminta semua murid yang ada untuk menyimpan handphonenya masing-masing.
Karena tidak ingin terkena masalah, tentu saja Selina mengikuti perintah. Tak lama, lembar ujian mulai dibagikan satu-persatu.
Selina membaca soal ujian dengan khusyuk, ujian pertama kali ini adalah fisika. Menurut Selina ini adalah soal-soal sederhana yang biasa ia kerjakan di kehidupan sebelumnya.
Gadis cantik itu mengerjakan soal-soal yang ada secara cepat, namun tepat. Hingga tak lama, dia berhasil menjawab semua soal yang ada.
Sementara pengawas yang memperhatikan Selina sedari tadi, sedikit heran karena dia merasa Selina bisa mengerjakan semua soal dengan cepat, padahal yang ia ketahui soal-soal fisika tersebut dibuat dengan cukup rumit. Akan tetapi murid yang satu itu, bisa dengan santai mengerjakan semuanya.
'mungkinkah, ia mengerjakannya secara asal?' pikirnya
"Permisi pak, apakah murid yang sudah mengerjakan ujian, boleh mengumpulkan lembar kertasnya di depan? Saya ingin belajar untuk pelajaran lainnya." Begitu Selina selesai berbicara. Semua orang yang ada di dalam ruangan cukup tercengang.
Ujian baru saja berlangsung selama 20 menit, dan soal-soal yang ada Sangatlah rumit. Dan, Selina baru saja mengatakan bahwa dia sudah selesai mengerjakan ujian? Apakah dia gila?
"Apakah kau sudah yakin dengan jawaban-jawabanmu? Apakah kau sudah mengeceknya lagi?" tanya pengawas yang masih cukup ragu.
"Yakin pak," jawab Selina tenang, tidak ada keraguan jejak keraguan sama sekali ketika ia berbicara.
"Baik, kalau begitu, kau bisa mengumpulkan lembar soal tersebut," ucap si pengawas pada akhirnya. Ia juga penasaran dan ingin melihat jawaban-jawaban murid tersebut. Apakah Selina mengerjakan soalnya dengan asal-asalan atau tidak.
Setelah mendengar persetujuan dari pengawas, Selina langsung membawa lembar soal ke depan, dan mengumpulkannya, setelah itu dia kembali ke tempat duduknya, dan membaca buku tebal yang selalu ia bawa.
Sementara si pengawas yang sudah melihat isi jawaban Selina merasa terkesan. Ternyata, Selina mengerjakan soal-soal ujian secara serius dan tidak asal-asalan seperti dugaannya.
Halo guysss, gimana part ini? Double up? Yes. Mumpung lagi mood nulis.
Semoga ke depannya, aku bisa konsisten nulis lagi. Makasih buat kalian semua yang selalu dukung aku dan udah nunggu lama cerita ini♥️♥️♥️ luv♥️
See you next chapter guys ❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love Fairy Tale : Menjadi Penjahat Genius Sejati.
FantasySelina Victoria, merupakan seorang genius yang bisa melakukan segalanya dengan otaknya. Sebelum kematiannya, ia membaca sebuah novel yang berjudul 'Endless Love Fairy Tale' sebuah novel Romansa yang sangat laris dan banyak diminati oleh orang-orang...