"Mereka juga punya musuh disini dad. Sepertinya terlalu bermasalah" ucap Ara yang saat ini berada di ruangan khusus rumah Sean.
"Kamu ketemu anak buahnya dimana?"
"Mereka bertindak bodoh. Identitas yang ada di bajunya bisa Ara baca" jawab Ara. Ara akan banyak bicara jika dengan orang-orang terekatnya, tetapi itu jika memang dibutuhkan saja.
Sean tersenyum miring "Gadis yang kamu bicarakan, apakah dia juga terlihat seperti bukan orang biasa?"
"Ara belum yakin apa yang membuat dia bisa dikejar oleh orang-orang itu"
"Jaga dia, mungkin dia bisa menjadi perantara daddy menemukan orang itu" ucap Sean.
"Ara jaga dia?"
Sean mengangguk "Bukankah kamu juga beberapa kali menolongnya? bukan suatu masalah kan?"
Ara menghela nafasnya, ia mendapatkan telfon dari Brielle.
"Araaa" panggil Brielle dari sebrang sana.
"Apa?"
"Cepetan sini ke rumah. Nyokap gue cariin lo mau ketemu"
"Bentar" jawab Ara
"Awas lo sampe gak kesini!" ucap Brielle lalu mematikan sambungan telfon itu.
Ah, untuk saat ini memang hanya Brielle yang berani menyuruhnya.
Ara lalu menatap Sean.
"Brielle?" tanya Sean.
Ara mengangguk "Aunty Hanna mau ketemu sama Ara"
"Just go. Hati-hati" ucap Sean.
"Bye dad" Ara lalu meninggalkan ruangan Sean dan berjalan menuju ke mobilnya. Jarak rumah Sean ke rumah Brielle tidak terlalu jauh. Ara sampai di rumah Brielle dan masuk ke rumahnya.
Hanna yang sudah menunggu kedatangan Ara sedari tadi pun langsung berjalan mendekati keponakannya "Ow Seara, kamu tumbuh dengan sangat baik. Cantik banget keponakan aunty"
Ara tersenyum tipis lalu membalas pelukan Hanna yang menyambutnya. "Kabar aunty baik?"
"Tentu. Aunty belum bisa ketemu Sean dan Rebecca, mereka tidak bisa keluar rumah. Maka dari itu aunty minta Brielle agar kamu kesini. I miss you so much"
Ara melepaskan pelukan itu "Miss you too, aunty"
Hanna teringat sesuatu "Aunty kasih kamu di kelas yang sama dengan Brielle, udah kenal dengan teman-temannya?"
"Sedikit aunty"
Hanna tersenyum "Mereka lagi ada di kamar Brielle, kamu masuk aja kesana"
Ara hanya tersenyum tipis "Ara mau ke halaman belakang dulu"
"Okay, aunty mau pergi. Kalau butuh apa-apa, tinggal minta tolong sama pelayan" ucap Hanna yang diangguki oleh Ara.
Ara lalu berjalan menuju halaman belakang rumah Hanna yang luas. Ada lapangan basket, lapangan tennis, kolam renang dan lainnya. Ara melepaskan jaket jeansnya dan ia taruh ke gazebo di sebelah lapangan basket.
Ara melakukan pemanasan dan mengambil bola basket. Ia beberapa kali mendribble bola itu dan melemparkannya ke ring. Selalu tepat sasaran.
"Shit, she's too hot" ucap Ashel yang saat ini melihat Ara yang bermain basket melalui balkon kamar Brielle di lantai dua.
Brielle yang mendengar itu pun kini berdiri di sebelah Ashel, ia tersenyum penuh arti melihat saudaranya itu.
Dey pun juga ikut bergabung dengan Ashel dan Brielle, kecuali Zee yang langsung turun dan menghampiri Ara di lapangan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
NYCTOPHILE [ON HOLD]
FanfictionA girl who loves darkness. She is a cold person, will someone be a light for her? --- Ini fan fictions dan gxg. Tolong bijak dalam membaca. Rate 18+ Jangan serius-serius. Kalemin aja. Cuma karangan doang ini. Jangan sampe cerita ini kebawa ke rl guy...