Fighting Step || Chapter 9

470 77 20
                                    

Fatih berjalan memutari setiap rumah. Netra matanya berusaha mencari seseorang. Sudah dua hari ini, dia tidak bertemu dengan Bella. Bagaimanapun juga, dia tidak mau mengingkari janjinya kepada Salma.

Teringat dengan wanita itu, membuat hati Fatih sedikit panas kalau mengingat kejadian dua hari yang lalu. Untuk Salsa, wanita itu lebih memilih tinggal di penginapan dekat dengan asramanya. Sepertinya, wanita itu tidak akan menyerah begitu saja.

Seorang pria dengan beberapa bulu halus di dagunya berjalan melewatinya. Tunggu, bukankah pria itu yang bersama dengan Salma waktu itu? Siapa namanya..

Ah ya! Adam.

“Attendre!! (tunggu!!) ” teriak Fatih sambil berjalan mendekati pria itu.

“Tu es Adam, n'est-ce pas? Savez-vous où est Salma? (anda Adam, bukan? Apa anda tahu dimana Salma? )

Pria itu tertawa keras. “Kenapa kau bertanya tentangnya? Bukankah kau telah memiliki kekasih? ” tanya Adam dengan nada mengejek.

“Dimana Salma? ”

Dia menatap Adam yang berdesis kecil. Pria itu bahkan tersenyum miring kepadanya. “Lebih baik jangan cari Salma lagi! Kau tahu, dia akan menjadi kekasih saya! ”

Seketika, Fatih tertawa seraya menggeleng pelan. “Salma mengatakan, jika kalian hanyalah sepasang teman. Apakah anda lupa, tuan? ”

Adam menggeram kesal. Pria itu menarik kerah bajunya ke atas. Fatih mengangkat salah satu alisnya. “Karena kau, Salma menangis! ”

Deg. Apa maksudnya?

“Karena kau, Salma tidak pergi mengajar dua hari ini! Aku telah membujuknya karena dia teman kecilku, tapi dia tidak peduli ucapanku! Dia mengurung dirinya di rumah dan tidak ingin keluar! Dan Bella, gadis itu kesepian. Aku yang menemaninya dua hari ini! ”

Fatih terdiam. Lalu, melepaskan tangan Adam dari tubuhnya. “Cepat katakan dimana rumahnya?! ”

Pria itu tertawa begitu hambar. “Selama ini, aku mencintainya dengan tulus. Tapi justru Salma hanya mengangap itu sebagai gurauan seorang teman. Bagaimana perasaanmu jika kau yang mengalaminya? ” tanya Adam sambil tersenyum tipis.

“Aku yang selama ini menemaninya. Aku yang selama ini menjaganya. Tapi, dia menganggap itu semua sebagai bukti pertemanan kami”

Fatih hanya diam. Tangannya menepuk pundak Adam dengan pelan. Namun, pria itu menangkisnya dengan kasar.

“Aku tidak akan memberimu alamat rumahnya! ” tolak Adam sambil berjalan pergi meninggalkannya.

Dia berlari mengejar pria itu. Terus memohon agar Adam memberitahukan alamat rumah Salma. Namun, pria itu diam seakan tidak melihat kehadirannya.

Fatih terus mengejar Adam dan berusaha membujuk pria itu. Dan akhirnya, Adam berhenti. Pria itu menatapnya dengan tajam.

“Ikut aku! Aku akan menunjukkannya! ” ajak Adam sambil kembali melangkah. Dia tersenyum ceria. Kedua kakinya mengikuti langkah Adam dari belakang.

Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya mereka tiba di depan rumah bercat putih. Rumah itu begitu sederhana dan sejuk untuk dipandang. “Tunggulah disini! Aku akan memanggilnya! ”. Setelah itu, Adam berjalan memasuki rumah tersebut.

Fatih berjalan melihat beberapa bunga-bunga yang bermekaran indah di halaman rumah begitu tertata dengan rapi. Sangat cantik.

Dia menatap ke depan. Seorang wanita berhijab hitam datang bersama Adam. Pria itu menepuk bahunya dengan pelan. “Selesaikan masalah kalian! Aku akan menemani Bella” ucap Adam sambil berjalan kembali memasuki rumah.

Mereka berdua sama-sama diam. Fatih menggaruk tengkuk belakang. “Salma, apa kabar? ”

Wanita itu menatapnya dengan datar. Tidak seperti biasanya yang selalu memberikan senyuman. “Ada apa? ”

“Saya ingin bertemu dengan Bella. Dua hari ini, saya tidak melihat kalian berdua di sekolah. Kebetulan, saya bertemu Adam. Dia mengantar saya ke rumahmu”

Salma berjalan melewatinya. Wanita itu duduk di atas kursi panjang. “Lebih baik, lupakan janjimu dan jangan pernah menemuiku ataupun Bella! Aku tidak mau, jika kekasihmu itu marah dan memakiku ataupun Bella”

Fatih tersenyum. Kedua kakinya melangkah menuju Salma. “Dia Salsa, cinta pertama saya. Tiga tahun yang lalu, saya melamarnya. Tapi, dia menolaknya. Saya berusaha melupakannya. Namun, ketika saya telah berhasil, dia justru kembali hadir dan dengan lancang berkata jika dia bersedia.. ”

Dia tetap memberikan senyumnya kepada Salma. Lalu, netra matanya menatap langit yang cerah. “Dia menyusul saya kemari dan dengan lancang dia berbicara, jika saya pasti akan menerimanya lagi. Dia sangat yakin, jika dia akan menjadi istri saya. Saya sudah melupakannya jauh sebelum saya bertugas disini. Dan tidak saya sangka, cinta itu kembali tumbuh. Bukan untuk dia, tapi kamu”

Tiba-tiba, Salma berdiri dan berjalan ke arahnya. Wanita itu berhenti di depannya dengan ekspresi terkejut. Fatih tersenyum. “Memang, kita belum lama berjumpa. Tapi, hati saya tidak bisa berdusta jika saya kembali jatuh cinta. Saya tidak ingin basa-basi dengan mengajak anda berpacaran seperti kebanyakan orang. Tapi, izinkan saya untuk meminang anda di depan orang tua. Dengan niat yang baik, izinkan saya meminang anda untuk menjadi istri saya.. ”

Salma hanya diam. Iris mata wanita itu menatapnya dengan sendu. Dengan cepat, Salma memalingkan wajahnya.

“Saya memang bukan pria yang akan selalu di samping anda. Ataupun menemani anda baik suka maupun duka. Tapi, izinkan saya untuk menjagamu dan menyayangimu di setiap hembusan nafas saya, Salma” lanjutnya seraya tersenyum kepada wanita di depannya.

“Aku-- ”

Belum sempat wanita itu menjawab, Fatih berteriak memanggil nama Bella. Kedua kakinya berlari ke arah gadis itu yang berdiri kaku di tengah jalan. Tampak, sebuah truk datang menuju ke arah gadis berkucir kuda itu dengan kecepatan tinggi.

Tin.. tin

Gadis itu hanya diam. Namun, tubuhnya bergetar dengan sangat hebat. Salma yang melihatnya langsung menyusul Fatih yang berlari, berusaha menyelamatkan gadis itu.

“Bella!! ”

Tin.. tin

Dengan cepat, Fatih mendorong gadis itu di pinggir jalan. Namun, dia tidak bisa menyelamatkan diri. Tubuhnya terpental dan terbentur sebuah batu berukuran sedang.

Braaakkk

“Mahes!!! ” teriak Salma sambil berlari ke arahnya.

Fatih melihat Bella yang berlari menyusul Salma ke arahnya. Dia tersenyum samar. Lalu, meringis pelan. Tangannya menyentuh pelipisnya, darah. Kepalanya begitu pusing. Kedua matanya mulai buram. Dan dia mulai memejamkan mata.

Fighting Step

________________________________

Satu emot untuk menggambarkan perasaan kalian 😌

Fighting Step [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang