Yeonjun semakin dibuat khawatir setelah melihat jam yang ada di dinding menunjukkan pukul setengah 8 malam.
"Sley, tolong bangun..." Yeonjun ingin menangis saja rasanya ketika tak mendapat respon apapun dari tubuh sang adik.
Jujur saja, Yeonjun takut. Takut jika adiknya kenapa-napa juga takut akan amukan Sang Papa nanti jika tahu. Awalnya ia ingin segera menghubungi dokter ketika menemukan Sley pingsan saat ia pulang, namun Yeonjun berubah pikiran karena dokter itu bisa saja memberitahu Papanya apa yang terjadi. Yeonjun takut dimarahi.
Jantung Yeonjun rasanya akan meledak saat mendengar suara mobil yang tak asing. Ia mengintip dari jendela dan benar, mobil Papanya memasuki area rumah.
"Sley, tolong bangun, aku akan mengabulkan semua permintaanmu jika kau bangun!" Yeonjun menggoyang-goyangkan tubuh Sley. Sudahlah, ia benar-benar menangis sekarang.
"Daniel! Sley!"
Yeonjun semakin panik. Ia segera berlari keluar, berencana untuk menghadang Papanya agar tak naik ke lantai atas. Walaupun, ia harus merelakan lututnya berdenyut ngilu karena terpeleset, beruntung dirinya tidak terguling ke bawah.
"Papa!"
"Daniel kenapa? Seperti habis dikejar hantu saja!" Tanya sang Papa, Seokjin.
Bagi Yeonjun, ini lebih buruk dari dikejar hantu atau zombie sekalipun. "Papa, tidak lembur?" tanya Yeonjun asal.
"Hmm, jadi Daniel ingin Papa lembur begitu?"
Yeonjun bodoh. Bisa-bisanya ia menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu. Bagaimana jika Papanya merajuk?
"Kamu ini kenapa?!"
Gawat sudah, jika Seokjin menggunakan kata 'kamu' dan bukan nama, itu berarti kemarahan akan segera tercipta.
"Mana adikmu?!" tanya Seokjin sembari meletakkan makanan yang baru ia beli ke meja makan. Jarang sekali ia makan malam bersama kedua anaknya.
"Itu, a-anu, emmm, Sley sedang mandi iya sedang mandi!"
"Mandi?! Ini sudah malam dan kau biarkan adikmu mandi?! Di mana letak otakmu?!" ucap Seokjin dengan lantang. Membuat mata Yeonjun terpejam erat. Tidak, ia tidak boleh menangis.
"Papa!" panggil Sley dari lantai atas dengan rambut lepek. Ia dengan cepat berlari ke bawah.
"Sley, kenapa mandi malam-malam begini?" tanya Seokjin mencoba tenang.
Sley tersenyum sesaat kemudian menatap Yeonjun yang masih menunduk. Ia merasa sangat bersalah.
"Sley mandi pakai air hangat jadi jangan khawatir, dan juga jangan terus menyalahkan Yeonjun jika ada apa-apa dengan Sley. Karena Sley yang salah bukan Yeonjun. Sley harap Papa mengerti," ucapnya panjang lebar.
Yeonjun sampai tertegun mendengar rentetan kalimat yang diutarakan Sley. Seperti mewakili perasaan yang ia pendam selama ini.
Seokjin enggan menjawab ataupun membantah. Ia justru melangkah pergi ke meja makan dan duduk di sana.
"Sley..."
"Maaf karena aku, Kau selalu dimarahi," ucap Sley lalu menyusul sang Papa.
Keadaan makan malam ini terasa canggung. Walaupun kemungkinan besar hanya Yeonjun yang merasa begitu karena Sley maupun sang Papa hanya menikmati makanan seperti biasa. Bahkan, terkadang Sley tersenyum kearahnya.
Sayangnya, Yeonjun tak tahu jika senyum itu bukan untuknya.
|•••|
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ghost : My Fear Is Not For You | TXT TAEHYUN
FanfictionKetika ketakutan terbesarmu menjadi teman terdekatmu. Ketika ketakutan akan pertemuan berubah menjadi ketakutan akan perpisahan. Begitulah yang Ainsley rasakan ketika takdir mempertemukannya dengan Taehyun.