Please drop your vote and comment...
***
Begitu kendaraan beroda empat itu berhenti di halaman rumah. Sley langsung beranjak, tak menghiraukan teriakan Yeonjun yang memintanya untuk menggunakan payung.
Ia berlari ke dalam rumah dengan cepat, tak memperdulikan sepatu yang masih ada di kakinya, membuat tangga yang ia lewati kotor dengan noda warna coklat.
Pintu kamarnya ia buka dengan kasar. Bunga yang tadi ia beli terlempar ke sisi ranjang. Ia mengambil ponselnya yang masih menancap dengan kabel pengisi daya. Ponselnya mati.
Dengan tangan gemetar, ia menekan lama tombol di sisi ponsel. Begitu ponselnya menyala ia membuka aplikasi bertukar pesan. Membacanya satu persatu dengan seksama.
Prakk!
Ponselnya jatuh dari genggaman, tangannya terkulai lemas. Semua pesan itu, pukul dua dini hari. Sunghoon mengirimkan pesan padanya.
Sley menangis, kenapa ia biarkan ponselnya mati begitu saja. Jika saja ia tidak membiarkan ponselnya mati, jika saja ia membaca pesan Sunghoon. Pasti Sunghoon masih ada di sini. Ini semua salahnya.
"ARGHHHHH!" Ia menjambak rambutnya, berteriak frustasi.
Yeonjun masuk ke dalam kamar dengan khawatir. "Ada apa?" tanyanya.
Sley masih terus menangis. Membuat Yeonjun kebingungan. Bahkan Seokjin kini ikut menghampiri, berdiri di depan pintu kamar.
Sley menatap Yeonjun nanar, "Sunghoon, dia tidak bunuh diri, d-dia dibunuh," ucapnya.
Jujur saja, Yeonjun benar-benar terkejut mendengar itu. "A-apa maksudmu?"
"Mereka membunuh Sunghoon, m-mereka menjebaknya, k-karena aku, karena aku..."
"Tenanglah, katakan dengan jelas!"
Sley semakin menangis keras. "M-mereka menjebak Sunghoon, M-mereka bilang akan menyakitiku j-jika Sunghoon tidak datang. M-mereka, mereka—" ia kembali menangis, tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Yeonjun tak bisa mengatakan apapun. Syaraf-syaraf ditubuhnya terasa kaku. Setelah sekian lama, ia kembali mendengar kalimat itu.
Seokjin yang mendengar semua itu dari pintu lantas beranjak masuk. Mendekati kedua anaknya. Kemudian mengambil ponsel yang tergeletak.
"Apa yang Papa lakukan?" Sley langsung menahan tangan besar itu.
Seokjin justru menghempaskan tangan putrinya, melangkah keluar dengan ponsel di genggamannya.
"Yeonjun, keluar!" perintahnya.
"Pa, t-tapi—"
"PAPA BILANG KELUAR!"
Dengan sekali teriakan itu, Yeonjun beranjak cepat. Sley yang sama terkejut ikut berdiri menyusul Yeonjun.
"Sley tetap diam!" perintah Seokjin lagi.
Mendengar itu, langkah Sley terhenti. Yeonjun juga sama, berpikir keras apa yang Papanya akan lakukan.
"CHOI YEONJUN!"
Yeonjun dengan cepat kembali melangkah, meninggalkan adiknya yang terlihat sangat ketakutan. Sampai di luar kamar, Yeonjun dibuat lebih terkejut karena Soekjin menutup pintu kamar serta menguncinya.
"Pa, A-apa yang Papa lakukan?!"
Sley yang ada di dalam, langsung berlari, berniat menahan pintu. Namun terlambat, tenaga Seokjin lebih besar. Pintu itu tertutup dengan keras. Kemudian, Sley mendengar kunci yang diputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ghost : My Fear Is Not For You | TXT TAEHYUN
FanfictionKetika ketakutan terbesarmu menjadi teman terdekatmu. Ketika ketakutan akan pertemuan berubah menjadi ketakutan akan perpisahan. Begitulah yang Ainsley rasakan ketika takdir mempertemukannya dengan Taehyun.