"menurutmu kenapa Sley memilih ke rumah Sunghoon menemui mereka, sedangkan dia tahu ponselnya ada di panti asuhan?"
Yeonjun melamun sembari menatap bekas goresan di lengannya, apa yang dikatakan Beomgyu semalam benar-benar sukses membuatnya kalut.
Lamunan Yeonjun hilang begitu mendengar lenguhan dari seseorang yang tertidur sejak semalam, Ainsley.
"Kau baik-baik saja? Butuh sesuatu?"
Sley mengucek matanya, silau sekali melihat cahaya lampu yang berpadu dengan cahaya matahari dari jendela sampingnya.
"Sley-ya kau bisa dengar?" tanya Yeonjun khawatir.
Sley menatap Yeonjun cukup lama kemudian tersenyum. "Oppa..."
Mendengar itu, air mata Yeonjun berlomba-lomba untuk keluar. Jarang sekali Sley memanggilnya seperti itu. Maka Yeonjun memeluk adiknya dengan erat.
"Oppa menangis?" tanya Sley heran. Ia lantas mengusap-usap punggung Yeonjun. "Maaf, aku menyusahkan."
Mendengar kalimat itu Yeonjun semakin terisak. Apa yang diucapkan Sley terdengar sangat aneh. Ini seperti bukan Ainsley. Yeonjun lebih suka Sley yang marah-marah ataupun Sley yang memanggilnya dengan nama langsung.
"Oppa sudah jangan menangis, aku baik-baik saja," ucap Sley menenangkan.
Yeonjun melepas pelukannya kemudian mengusap air matanya. Sley pun berusaha duduk meskipun tulangnya terasa akan patah. Sley memandang wajah Yeonjun yang penuh jejak air mata kemudian baru menyadari ada luka lebam.
"Oppa, wajahmu ke—" Tangan Sley terangkat hendak menyentuh wajah Yeonjun. Namun dering ponsel Yeonjun menghentikannya.
"Sebentar, aku angkat telfon dulu," pamit Yeonjun kemudian beranjak keluar. Ia bersyukur, ponselnya berdering disaat yang tepat.
Sley menghela napas, ia tahu penyebab lebam itu. Rasa bersalah memenuhi dadanya, Yeonjun harus menanggung semua itu karenanya. Namun disisi lain ia juga marah kepada Papanya, kenapa harus meluapkan semuanya pada Yeonjun tapi tak pernah padanya?
"Annyeong!"
"Haaaa!" Sley berteriak keras begitu lamunannya buyar karena kalimat yang sebenarnya pelan itu. "Ah! Kau ini mengagetkan saja!"
Sang pelaku, Taehyun hanya tersenyum. "Kau sudah bangun?" tanyanya.
"Belum! Kau lihat 'kan mataku masih tertutup rapat! Kau menyebalkan!" jawab Sley sembari menutup matanya kemudian menendang selimutnya karena begitu kesal. Entah kenapa pertanyaan sederhana seperti itu membuatnya naik darah.
"Ada apa denganmu? Padahal aku sangat khawatir," ucap Taehyun dengan nada memelas.
Mendengar kata 'khawatir' Sley membuka matanya dan menoleh pada Taehyun yang ada di sampingnya. Ia terlalu fokus hingga tak menyadari mata Taehyun kini juga menatapnya. Wajah itu, seolah membuatnya terhipnotis. Mata, hidung, bibir, segalanya tentang wajah Taehyun benar-benar sempurna.
"Aku tahu aku tampan, terima kasih!" ucap Taehyun sembari menyisir rambut dengan tangannya, membuat fokus Sley menjadi blur seketika. Saat menjadi hantu saja se-narsis ini apalagi saat jadi manusia.
"Wah, kepercayaan dirimu sangat tinggi," Sley bertepuk tangan sembari memasang wajah meledek.
Bukannya tersinggung, Taehyun justru tersenyum lebih lebar. "Terima kasih, itu juga salah satu hal yang aku banggakan."
Sley berhenti bertepuk tangan. Hantu satu ini benar-benar luar biasa, pikirnya.
"Ahh."
Taehyun segera berdiri mendengar rintihan itu, "kenapa? Ada yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Ghost : My Fear Is Not For You | TXT TAEHYUN
FanfictionKetika ketakutan terbesarmu menjadi teman terdekatmu. Ketika ketakutan akan pertemuan berubah menjadi ketakutan akan perpisahan. Begitulah yang Ainsley rasakan ketika takdir mempertemukannya dengan Taehyun.