5. Three, Two, One

60 5 8
                                    

Sley menggeliat pelan ketika panas matahari mengenai wajahnya. Matanya terbuka perlahan kemudian menoleh ke arah jendela.

Kenapa langit sudah secerah ini saat jam 5 pagi?

Sley kembali menutup matanya, namun tak lama kemudian ia menyadari ada yang salah dengan pikirannya. Ia bangun dengan tergesa lalu dengan cepat melihat jam di dinding.

11 : 25

Wajahnya memanas tiba-tiba. Ia terlambat bangun, sangat terlambat.

"CHOI YEONJUN!!" Ia membuka pintu dengan kasar kemudian menuruni tangga dengan kecepatan maksimal.

"YA!! CHOI YEONJUN!"

Yeonjun yang merasa terpanggil kemudian menoleh. "Kenapa teriak-teriak?" tanyanya santai sembari memakan keripik jagung sisa kemarin.

"Kenapa kau tidak membangunkan ku?"

Yeonjun kembali menatap Televisi yang memperlihatkan acara kesukaannya. "Supaya kau tidak sekolah," ucapnya santai.

Baiklah, Sley kelewat kesal sekarang. Ia mengambil sapu kemudian mengarahkannya ke Yeonjun.

"Jangan salahkan aku jika kejadian tahun lalu terulang lagi, Choi Yeonjun!"

Yeonjun yang mendengar itu langsung bergidik ngeri. Ia meletakkan bungkus keripik jagungnya, berencana untuk lari.

"De-dengar Sley, k-kau basah kuyup semalam, aku ha-hanya takut kau demam!" jelas Yeonjun. Sialan, kenapa rasanya ia sangat takut. Seharusnya Sley yang takut padanya karena ia yang tertua di antara mereka berdua.

"A-aku hanya- argh!" Terlambat, penjelasan Yeonjun tak bisa membantu. Sapu itu dengan keras mengenai tubuhnya berkali-kali.

Yeonjun berusaha menghindar tapi Sley selalu bisa mengejarnya dan kembali memukulnya dengan kejam. Seharusnya ia tidak meminta seorang adik kepada orang tuanya dulu. Kini, ia menyesal.

Yeonjun terus berlari, namun Sley juga terus mengejar dan memukulinya. Para Bodyguard di luar rumah ikut masuk ke dalam karena khawatir dengan keadaan anak dari bos mereka. Namun, melihat apa yang terjadi sekarang mereka justru mundur dengan perlahan karena mereka pernah merasakan pukulan sapu yang dipegang nona kecil itu.

"Ya Tuhan Ainsley!" teriak Seokjin dari arah pintu.

Sepertinya keberuntungan berpihak pada Yeonjun walau sedikit terlambat. Seokjin dengan cepat merebut sapu dari tangan Ainsley kemudian membantu Yeonjun berdiri.

"Apa-apaan kamu memukuli kakakmu seperti itu?!" tanya Seokjin berteriak.

Sley mengatur napasnya sejenak kemudian menatap Seokjin. "Dia dengan sengaja tidak membangunkan Sley!"

"Lalu apa yang menjadi masalah?" tanya Seokjin, tanpa sengaja ia kembali berteriak.

Sley menatap Seokjin tak percaya. "Apa yang jadi masalah? Karena itu Sley tidak bisa sekolah!" jawabnya tak kalah keras dengan suara Seokjin.

"Ainsley jangan berteriak kepada Papa!" Yeonjun memperingatkan.

"Kalau begitu Papa boleh berteriak kepadaku? Apa begitu hukumnya? Seorang anak tidak boleh berteriak pada orang tua sedangkan orang tua bebas berteriak kepada anak?" ucap Sley kelewat emosi, bahkan air sudah menggenangi matanya.

"AINSLEY!" teriak Yeonjun.

"Sudah berhenti! Sley kakakmu hanya tidak ingin kau sakit, lagi pula hanya satu hari kenapa kau membuat keributan?!"

Sley tertawa pelan, tangannya terkepal kuat. "Iya benar hanya satu hari, tapi apa Papa tahu hari ini ada ulangan dan praktek di kelasku? Apa aku akan dapat nilai hanya dengan berdiam diri di rumah? Aku sudah terlambat setahun, apa Papa ingin aku mengulang lagi tahun depan?"

A Ghost : My Fear Is Not For You | TXT TAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang