💙 Happy Reading 💙
🌺🌺🌺
Semenjak hari itu Xiao Zhan jadi lebih dekat dengan Lee Zhi. Hampir setiap hari manager tampan itu mengantar Xiao Zhan pulang dan mengajaknya makan bersama. Xiao Zhan sendiri mulai sibuk mengisi toko bukunya. Dia mendapat tempat tidak jauh dari tempat tinggalnya. Sebuah tempat yang berada di ujung dari jajaran toko-toko di kawasan Jing An, hanya berjarak beberapa meter dari People Square.
Setiap hari libur dia isi untuk mulai mengurus tokonya. Dengan bantuan Yubin dia membuat toko buku itu menjadi bagus dan terlihat nyaman. Sebagian dinding dipasang wallpaper motif bunga. Selain menyediakan satu set sofa minimalis, kamar mandi dan ruangan pantry kecil, Xiao Zhan juga menyediakan beberapa bangku kayu di pojok dan di lorong stand buku.
Sedikit demi sedikit toko itu dipenuhi berbagai jenis buku. Dari novel, komik, biografi dan jenis lainnya. Dia juga menyediakan buku tulis, diary serta alat-alat tulis. Bahkan sampai pernak pernik dan sejenisnya.
Dengan diberi nama Sean Book Store, akhirnya Xiao Zhan resmi membuka toko bukunya setelah enam bulan bekerja di perusahaan distributor. Sementara masih kerja dia membuka toko di sore hari sepulang kerja. Kecuali di hari libur dirinya akan menghabiskan waktu seharian menunggui toko.
Di pihak lain Lee Zhi semakin gencar mendekati Xiao Zhan. Dia merasa mendapat angin karena sikap Xiao Zhan yang baik, seolah-olah menerima semua perlakuannya tanpa masalah.
Awalnya Xiao Zhan merasa nyaman dan menganggap Lee Zhi sebagai teman, tapi lama kelamaan sikap manager itu semakin posesif. Dia bahkan mulai berani menyentuh dan mengatur Xiao Zhan. Hanya pada saat libur Xiao Zhan merasa terbebas dari Lee Zhi.
Minggu pagi ia sudah stay di toko buku. Duduk di belakang meja kasir sambil sesekali membaca buku. Menjelang siang beberapa orang mulai memasuki toko, meskipun kadang tidak semua membeli buku hanya untuk sekadar melihat-lihat. Meskipun begitu, bagi Xiao Zhan semuanya sudah terasa mewarnai hidup yang selalu monoton dalam bekerja. Menerima dan menghitung penghasilan dari penjualan buku sangat melegakan hatinya.
Dengan sifatnya yang pandai memperhitungkan segala hal, ia menyimpan sebagian penghasilan. Berharap suatu saat nanti bisa membeli rumah idamannya sendiri, membuka toko di cabang lain. Semua impiannya sudah terencana bahkan ia menginginkan seseorang untuk bisa menjalani hidup bersama.
Seraya mengamati pengunjung yang sedang melihat-lihat di dalam toko, ia kembali meraih satu buku untuk mengisi waktu. Namun satu suara membuat wajahnya teralih dari menekuri buku bacaan.
“Hai, Zhan... Bagaimana tokonya? Sudah banyak kemajuan?” Yubin memasuki pintu toko seiring bunyi gemerincing dari gantungan angin yang terbuat dari tembaga. Menggantung di sisi ambang pintu, selalu berbunyi setiap pintu itu bergerak membuka atau menutup.
Pemuda berwajah polos itu tersenyum lebar, tangannya menenteng dua kotak makanan. Saat itu waktu sudah menunjukkan makan siang di hari Minggu yang damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ЄƬЄƦƝƛԼ ƧƲMMЄƦ [ÈñÐ]
RomancePerpindahan Xiao Zhan ke tempat baru mempertemukannya dengan seseorang yang menjadikan keduanya teman dekat. Tetapi perlahan perasaan pun muncul. Pemuda bernama Wang Yibo memberikan perhatian yang besar membuatnya yakin kalau dirinya mulai jatuh ci...