💙 Happy Reading 💙
🌺🌺🌺
Pria bertopi dan menutup mukanya menggunakan masker itu melangkahkan kaki memasuki pintu bus. Duduk di jok belakang dengan pandangan yang terus tertuju keluar jendela. Kedua tangan terlipat di dada sedangkan gerak matanya menunjukkan sikap waspada. Siang itu situasi cukup ramai meskipun cuaca terasa sangat panas. Merasa tidak mungkin bergerak bebas di tengah-tengah kerumunan, pria itu terus berdiam diri selama perjalanan tanpa terganggu oleh aktivitas orang yang naik turun bus tersebut.
Tidak lama kemudian, setelah bus itu berjalan lebih dari tiga puluh menit, pria itu turun di halte kawasan kuil Jing An. Berjalan lambat, kedua tangan di dalam saku jaket dan sedikit menundukkan kepala. Langkahnya menuju ke salah satu toko di barisan daerah pusat perdagangan. Dia tiba di toko paling ujung kemudian mendorong pintu kaca yang bertuliskan Sean Book Store.
Suara gemerincing gantungan angin membuat Peixin yang duduk di meja kasir berpaling ke arah pintu. Sosok bertopi itu terlihat masuk, kemudian melepas masker. Satu wajah tampan terpampang di depan Peixin, kedua matanya yang hitam menatap penuh selidik. Tatapannya menyapu seluruh bagian toko seolah mencari-cari sesuatu yang tidak ia temui disana. Sedikit mengernyit, pria itu akhirnya mendekati meja kasir.
“Apa Xiao Zhan sudah tidak bekerja disini?” ia mencoba bersikap ramah, memasang senyum bersahabat.
Anak muda itu menggeleng.
“Toko ini sekarang dijaga olehku."
"Dia tidak pernah datang?"
"Sesekali Xiao ge menengok kesini. Apa gege temannya Xiao ge?” Peixin balik bertanya.
Pria bertopi itu manggut dan tersenyum tipis.
“Aku teman dekatnya. Baiklah, kalau begitu aku permisi,” seraya memasangkan lagi maskernya, pria itu keluar dari toko buku.
Peixin sedikit mengerutkan kening, heran. "Siapa laki-laki itu? Aku lupa menanyakan namanya," telapaknya menepuk kening sendiri.
Pria itu kembali berjalan menuju halte bus. Menaiki bus seperti sebelumnya kemudian turun di halte tidak jauh dari daerah Xintiandi. Sedikit menunduk, berjalan santai memasuki satu gang kecil dengan penerangan yang tidak terlalu membantu jika di malam hari.
Di gedung perusahaan, Tn. Wang duduk termangu di kursi kerjanya yang tinggi. Menyandarkan kepala pada kursi kulit warna coklat tua yang terlihat mewah. Sepuluh jemari saling bertaut, bergerak-gerak pelan di depan dada. Warna mukanya menunjukkan kecemasan dan khawatir.
Hampir lima belas menit berlalu tuan besar itu terdiam membisu sampai ketukan singkat menyentuh pintunya, sedetik kemudian pintu tebal itu terbuka dari luar. Wang Yibo melangkah masuk diiringi Xiao Zhan.
“Ayah, ada apa memanggil kami?” pemuda itu menghempaskan diri pada sofa. Sedangkan Xiao Zhan menempati kursi seberang dirinya.
Sesaat Tn. Wang menarik nafas panjang, sedikit berat. Menegakkan punggung, kedua sikut bertumpuk ke atas meja tanpa melepaskan tautan jemarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ЄƬЄƦƝƛԼ ƧƲMMЄƦ [ÈñÐ]
RomancePerpindahan Xiao Zhan ke tempat baru mempertemukannya dengan seseorang yang menjadikan keduanya teman dekat. Tetapi perlahan perasaan pun muncul. Pemuda bernama Wang Yibo memberikan perhatian yang besar membuatnya yakin kalau dirinya mulai jatuh ci...