5. Alibi

303 33 5
                                    

BAB 5. Alibi

Danu sengaja memarkirkan mobilnya di parkiran kantor. Memesan ojek daring dari sana dengan tak lupa membawa tas bekal berisi makanan hasil masakan Anaya.

Danu melakukan hal itu guna membuat alibi. Merepotkan diri sendiri demi menyembunyikan fakta bahwa dirinya memiliki wanita lain. Mengantisipasi andai sewaktu-waktu busuknya terendus Anaya, dia bisa berkelit dengan mudah. Belum rela jika Anaya lepas dari genggaman meski telah memiliki satu lagi.

Lima belas menit kemudian, ojek daring yang ditumpangi Danu memasuki sebuah tower apartemen yang bangunannya tampak masih baru.

Security apartemen terlihat akrab dengan Danu, beramah tamah menyapa pria perlente yang bermain gila di belakang istrinya itu. Danu tampak menyelipkan selembar uang berwarna merah sebelum masuk ke area dalam apartemen.

Elevator membawa Danu ke lantai 9. Pintu unit paling ujung diserbunya dengan langkah tergesa.

“Kenapa lama banget?” ketus si wanita yang kelopak matanya disambung eyelash super lentik itu. Membuka pintu dengan muka cemberut, mempersilakan Danu masuk sebelum kembali menutup pintu rapat-rapat.

“Semalam kamu nekat menelepon, aku maklumi itu karena kamu sakit. Tapi kenapa mengirim pesan juga? Pagi-pagi pula! Sudah kuingatkan, saat aku sedang di rumah sebisa mungkin jangan menelepon ataupun mengirim pesan terutama pagi. Untung saja kontakmu kusimpan memakai nama mantan manajerku di kantor sehingga Anaya tidak sampai curiga!” Danu mendengus kesal, berseloroh terbungkus emosi membuat si wanita itu langsung panik.

“Aku … aku cuma takut Mas nggak jadi datang,” lirihnya memelas.

“Lain kali jangan diulangi. Dulu kamu penurut, kenapa sekarang jadi nggak sabaran?” Danu mengembuskan napas panjang guna membuang kemarahan tertahan. "Bukannya setahun lalu kamu sendiri yang menyanggupi risikonya akan hubungan kita yang kembali bersemi di waktu yang tidak tepat?"

Wanita itu tertunduk. Meremas jemarinya sendiri dan mulai terisak. “Maaf. Aku cuma mulai bosan kita harus terus bersembunyi begini. Aku janji bakal lebih bersabar lagi.”

“Sudah, jangan nangis.” Danu merangkul dan mencium pucuk kepala si wanita yang masih mengenakan baju tidur kurang bahan lagi menerawang, membuat mata Danu jelalatan seketika.

"Tapi, kenapa rambut Mas kusut?” Si wanita itu balas merangkul, merapatkan tubuh hangatnya manja, mendongak lantas merapikan rambut Danu yang agak acak-acakan.

“Seperti biasa, aku naik ojek ke sini biar cepet dan biar Anaya nggak curiga. Jadi kusut akibat pakai helm juga kena angin. Kalau pakai mobil dan ada yang lihat mobilku masuk ke sini, khawatir ada yang lihat dan memberitahu Anaya. Makanya mobil kutinggalkan diparkiran di kantor.”

“Makasih, Mas. Diperjuangkan begini aku makin cinta,” cicitnya merayu membujuk.

“Oh iya. Mending sekarang kita makan dulu. Aku bawa masakan Anaya. Atau mau kamu yang aku makan?” desis Danu penuh minat, meremas sensual pinggang si wanita yang dirangkulnya.

"Ih, aku mau makan saja. Lagian perutku masih sakit," imbuhnya tersipu.

"Ya sudah, kita makan sekarang. Aku suapin."

Danu membuka bekal yang dibuat Anaya untuknya. Makanan yang dimasak sepenuh hati oleh istri lugunya itu malah dibawa untuk memberi makan wanita idaman lain. Mereka bersantap lahap tanpa teringat akan Anaya. Menelan nikmat tanpa merasa berdosa.

"Pulang nanti jemput ya, Mas. Antar aku ke klinik di Batu. Aku ingin diperiksa, akhir-akhir ini perutku sering keram tiap kita abis bercinta."

"Oke. Aku tinggal bilang sama Anaya ada lembur," sahut Danu dengan entengnya sembari menyuapi si wanita seksi yang duduk di pangkuannya.

Selingkuh ( Setia Dibalas Dusta )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang