8. Aroma Lain

76 21 7
                                    

Selingkuh Bab 8. Aroma Lain

Mobil hitam yang dikemudikan Danu sampai di rumah ketika jarum jam hampir merapat ke angka dua belas. Hujan tinggal menyisakan rintik-rintik kecil meskipun belum reda sepenuhnya.

Anaya terjaga dari tidurnya di kursi tamu, menggigil memeluk dirinya sendiri. Deru mesin mobil yang sudah sangat familiar di indera pendengaran penyebabnya. Mobil suaminya.

Memaksa mata beratnya membuka, Anaya bergegas bangun dan cepat-cepat membuka pintu. Menuju teras untuk menyambut. Rasa bersalah makin menggunung ketika melihat rambut Danu yang basah, wajah suaminya juga kuyu serta lelah. 

“Maaf ya, Mas. Gara-gara aku minta anterin pulang teman-temanku, Mas jadi harus dorong mobil sambil hujan-hujanan. Jadi basah begini kan?” Anaya mengusap rambut Danu, raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran. 

“Enggak apa-apa, Nay. Santai aja. Namanya juga kendaraan lagi dipakai. Tiba-tiba mogok atau bannya bocor di perjalanan itu sudah biasa,” jawab Danu begitu bijak.

Di pikiran Anaya, Danu pasti kelelahan mendorong mobil sambil mencari tukang tambal ban. Sayang, faktanya tidak demikian.

Penyebab lelahnya Danu merupakan efek beronde-ronde sebelum pulang sampai tenaganya habis, hingga wajahnya kuyu karena terlalu banyak menyembur di wadah lain. 

“Tapi, baju Mas kok enggak ikut basah?” Anaya kini meraba baju Danu, merasa sedikit keheranan. Menyusuri permukaan jaket Danu mulai dari bahu hingga ujung lengan. 

Bola mata Danu berlarian. Dia melupakan satu hal ini. Penyebab rambut basahnya tentu saja bukan karena kehujanan, melainkan sisa-sisa jejak mandi bersama di hotel tadi guna membersihkan keringat juga hal-hal lainnya, agar tidak tercium aroma-aroma mencurigakan. 

Otaknya diperas kuat seumpama cucian demi mencari alasan. Menyusun kebohongan lain yang sudah begitu banyak bertumpuk. 

Pantas saja bohong dikategorikan sebagai kebiasaan buruk yang amat berbahaya karena setelah mencoba satu kali, maka akan kecanduan untuk melakukannya lagi. Tak jauh berbeda dengan perselingkuhan. Seolah mereka merupakan satu paket tak terpisahkan. Kebohongan lain akan menyusul lagi dan lagi, sulit untuk berhenti. Menumpuk noda hingga menghitam dalam hati. 

“Ah, i-itu. Kebetulan ada mantel hujan di bagasi. Hari kemarin kutaruh di mobil sewaktu mencuci motor lama kita. Jadinya badanku tetap kering. Cuma rambutku masih terkena cipratan air karena hujannya deras, jadinya basah begini,” ujar Danu berkilah sambil meraba rambutnya sendiri. 

Anaya mengembuskan napas lega. “Syukurlah. Dari tadi aku cemas. Mas baru sembuh dari flu tadi pagi, aku takut kambuh lagi.” 

“Nah, sekarang kamu sudah lihat aku baik-baik saja ‘kan? Sebaiknya kita masuk, anginnya dingin.”

Danu merangkul Anaya juga mengunci pintu. Menghela istrinya itu menuju kamar mereka. Pinggang Danu pegal bukan main setelah mengayuh terus-menerus, ingin segera meluruskan punggung di empuknya kasur. 

Anaya mengernyit begitu Danu berganti pakaian. Tubuh suaminya menguarkan wangi sabun yang aromanya asing. Anaya yakin, sabun di kamar mandinya selalu menggunakan merek yang sama sejak lama dan ia sudah sangat hafal dengan wanginya. Hanya saja, yang mampir di hidungnya kali ini sungguh tak dikenalnya. 

Selingkuh ( Setia Dibalas Dusta )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang