Citra dan Mega masih menunggu di acara pesta, pasalnya Antariksa sedang OTW ke acara. Jadi Mega diminta menunggunya. Jadilah Citra yang juga masih terjebak diacara pesta.
"Mega..!!" Sapa salah seorang cowok pada Mega. Siempunya nama langsung saja menengok keasal suara.
"Hei..." sapa balik Mega pada pria yang memanggilnya tadi.
"Pak Anta mana..??" Hubungan Mega dan Antariksa sudah terpampang jelas. Semua karyawan dikantor sudah mengetahui semuanya.
"Masih OTW dia..." jawab Mega sambil tersenyum.
"Lo... sama siapa..??" Tanya pria tadi sambil melihat kearah Citra. Mega juga melirik Citra sebentar kemudian tersenyum.
"Oh... ini temen kos gue. Namanya Citra. Cit.. kenalin nich, ini Dion temen kantor gue, 1 ruangan sama gue juga. Masih satu staffnya si pengantin."
Citra menyambut tangan Dion sebentar hanya untuk salaman kemudian menariknya lagi dalam hitungan detik saja.
"Lo bawa dia kesini sama lo. Tapi nanti kalau pak Anta dateng. Dia sama siapa..??" Tanya Dion pada Mega kepo.
"Sama gue lah..." jawab Mega sambil nyengir pada Citra "dia kesini sama gue, ya pulangnya sama gue juga. (HP Mega bergetar) eh.. bentar ya... pak Anta telpon" kata Mega sambil sedikit menjauh dari Citra dan Dion.
"Lo... kerja di perusahaan ini kaya kita juga...??" Tanya Dion pada Citra yang dari tadi sibuk memainkan HP nya. Entah untuk apa. Ia hanya BT saja Mega meninggalkannya sendirian.
"Eh.. nggak kok. Gue cuma temen kos Mega yang kebetulan diajakin kesini sama Mega karna pacarnya Mega lagi sibuk." Jawab Citra jujur. Kemudian ia memainkam HP nya lagi. Ia tidak suka tipe cowok seperti Dion yang sepertinya playboy.
"Ouh... kerja dimana memangnya..??" Tanya Dion lagi pada Citra. Citra menaikkan satu alisnya tanda tidak terlalu suka dengan rasa kepo Dion.
"Lo.. udah punya pacar belum...??" Tanya Dion lagi karna dari tadi Citra hanya diam seperti enggan untuk menjawab pertanyaan Dion yang tadi. Lagi lagi Citra hanya diam menatap aneh pada Dion.
"Yaa... maksudnya barang kali aja ada yang cemburu kalau lo ngobrol berdua gini sama gue.." kata Dion lagi yang mengerti ekspresi Citra.
"Gue kesini sama Mega. Bukan sama pacar. Jadi nggak bakal ada yang cemburu." Jawab Citra agak judes. Ia hanya BT saja. Menunggu Mega yang belum juga datang. Katanya tadi nggak boleh jauh jauh... batin Citra sewot.
"Cit... kita kesana yuk..." ajak Dion pada Citra sambil mnunjuk pada segerombolan orang orang yang lagi bercanda. Tentu saja Citra menolaknya. Dia kan lagi nunggu Mega. Jadi nggak mau kemana mana lah.
"Nggak deh. Gue mau nunggu Mega disini.." jawab Citra yang sedikit lega karna melihat Mega sudah berjalan mendekat kearahnya.
"Sorry Cit.. gue lama. (Melihat kearah Dion) btw... makasih ya Di lo udah nemenin Citra. (Menarik tangan Citra) gue duluan ya Di. Babay.." pamit Mega sambil mengajak Citra ikut bersamanya. Terlihat Dion mengangguk dan tersenyum kearah mereka.
"Lo telpon apa tidur..??" Sewot Citra. Soalnya Mega pergi telponan itu hampir mau setengah jam.
"Ya maaf. Tadi mas Anta udah sampe katanya. Terus dia nunggu gue didepan." Jawab Mega sambil masih menggandeng tangan Citra.
"Lo mau mauan aja disuruh kedepan sama dia. Kenapa nggak lo suruh aja dia kesini nyamperin lo. Kan jadinya kita nggak repot bolak balik.." dumel Citra. Namun Mega menanggapinya hanya biasa saja.
"Ya kali dia gue suruh nyari gue diantara ratusan orang digedung ini. Pusing pasti dia. Jadi kita ketemu di depan aja." Jawab Mega santai.
Citra hanya mencebikkan bibirnya. Tapi tetap saja pasrah ditarik oleh Mega.
"Mega..!!" Suara seorang pria yang Mega dan Citra mengenalinya membuat mereka menengok kearah suara dan segera mendekat kearah 2 pria yang sedang berdiri menanti mereka. Citra mengenali 1 pria sebagai pacar sahabatnya. Tapi yang satunya lagi ia tidak pernah melihatnya.
"Mas.. Anta... udah lama nunggunya...??" Tanya Mega pada Antariksa pacarnya. Kemudian mereka saling berpelukan.
Krik krik krik... Citra hanya diam melihat adegan keuwuwan mereka.
"Mereka yang berpacaran selalu merasa dunia hanya milik mereka berdua saja. Tapi lihat saja kalau sudah putus. Mereka akan menangisinya seolah tidak ada penderitaan yang paling mengenaskan dibanding dengan apa yang mereka alami. Ck... dassar..!!" Seketika Citra Mega dan Anta menengok kearah sumber suara.
Dia pria yang bersama dengan Anta. Mega kini menunduk malu. Sedangkan Citra dia hanya melihat ekspresi datar dari sipemilik suara sebentar kemudian memilih memainkan HP nya...
"Bumi...!! Lo ya... kalau ngomong suka bener..!!" Kata Anta sedikit bersuara tinggi.
"Maapin sepupu mas ya sayang.." ucap Anta lembut pada Mega. Dan tersenyum kearahnya. Mega hanya mengangguk saja.
"Sayang... kalau sudah berakhir jadi setan" kata pria tadi lagi yang bernama Bumi.
Citra hanya geleng geleng kepala saja mendengarnya. Ia tak pernah bertemu cowok yang dingin dan bermulut pedas sepertinya. Memang kata kata itu bukan untuknya. Tapi ia hanya tak habis pikir apa yang dirasakan pria itu sampai bicara pedes level gila itu...???
"Bumi..!! sekali lagi lo ngomong gitu. Gue tonjok lo..!!" Anta kembali semakin sewot. Ia merasa tidak enak pada Mega yang makin merengut mendengar kata kata Bumi tadi.
"Yaudah sayang. Kita salaman dulu sama Bu Santi trus kita pulang." Kata Anta lembut pada Mega. Kali ini tidak ada jawaban dari Bumi. Anta beralih melihat kearah Citra.
"Cit.. lo ikut kita ya... dari pada lo sendiri disini.." ajak Anta pada Citra. Citra yang merasa tidak diundang ia hanya menggeleng saja.
"Gue tunggu disini aja dech. Gue nggak enak. Gak diundang juga." Tolak Citra lirih.
"Tapi ntar lo disini sendirian.." kini Mega mulai bersuara kembali.
"Nggak apa apa. Udah sana masuk.." kata Citra sambil mendorong Mega dan Anta untuk segera masuk kedalam acara.
"Dassar sok KUAT...!!!" Suara Bumi kembali menggema diantara mereka. Citra hanya memutar bola matanya malas. Ia tahu kata kata bumi tadi itu sindiran untuknya. Tapi ia malas untuk menanggapinya. Lagian bukannya sok KUAT dong. Tapi emang Citra kan nggak kenal sama pengantinnya. Bisa dikira salah alamat nanti.
"Bumi..!! Lama lama gue gibeng lo..." sewot Anta sambil mengangkat 1 tangannya seperti akan memukul.
"Udah dech... masuk sana. Atau gue balik aja nich..." kata Citra lagi sambil mendorong tubuh mereka berdua.
"Yaudah... gue cuma bentaran doang ya Cit. Lo tunggu ya... awas...!! Jangan kemana mana. Kalo lo ilang nanti gue susah cari yang kaya lo lagi.." kata Mega sambil nyengir. Kebiasaan Mega selalu saja membulinya seperti itu.
"Iya iya... dasar BUCIN. udah sana..." usir Citra sambil melambai lambaikan tangannya untuk menyuruh mereka segera pergi. Bumi sudah lebih dulu berjalan mendahului Mega dan Anta.
"Haahh..!! Gini nich.. kalau pergi sama orang pacaran. Pasti jadi kambing congek. Yaaah... nggak apa apa lah dari pada jadi orang ke - 3. " guman Citra sambil ia mencari tempat untuk duduk. Kakinya mulai terasa pegal karena dari pagi ia berdiri terus. Ya kan namanya toko lagi rame pasti nggak sempet duduk leyeh leyeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Mulut Pedas (END)
RomanceHidup Citra berubah derastis sejak bertemu dengan Bumi. ia merasa tidak tenang bahkan ia tak bisa hidup nyaman sekarang. Bumi bagaikan malaikat maut yang kapan saja bisa mencabut nyawa Citra. ia merasa dimanapun ia berada hidupnya tak pernah jauh da...