"Setia sekali menunggu teman yang berpacaran. Padahal cuma diacuhkan saja sama sipemilik dunia hanya berdua." Suara bariton itu kembali menguar ditelinga Citra. Ia sendiri tidak tahu kenapa pria itu pedas sekali saat berbicara. Sadar diri saja, pasti kata kata itu mengarah untuknya. Jelas saja kan..?? Diparkiran sepi hanya ada Citra dan Pria bernama Bumi tadi. Siapa lagi coba yang diajaknya bicara dan posisinya juga tepat sedang menemani Mega pacaran. Ah.. sudahlah.. nggak usah dihiraukan.
"Apa anda tidak punya kerjaan lain selain menunggui orang pacaran..??" Kembali lagi Bumi bersuara. Apa tidak kepedesan dari tadi makan cabe mulu tuh mulut..??
"Kalau saya jadi anda. Saya sudah pergi meninggalkan mereka dari tadi."
Ok cukup. Kali ini Citra sudah tidak sanggup lagi untuk hanya duduk diam tanpa merespon ucapan Bumi ini.
"Anda sendiri kenapa masih disini..?? Bukankah berarti anda sama dengan saya..?? Apa bedanya anda yang menunggu mas Anta dan saya menunggu teman saya. Hah..??!!" Geram Citra sambil menatap tajam Bumi.
"Saya kesini untuk menyalami pengantin. Bukan seperti anda yang menunggui orang pacaran.."
Brengsek... ngeselin banget sih..!!!
"Kalau jomblo, tidak usah mengikuti orang pacaran. Nanti kalau perasaan anda tidak kuat tidak ada yang bisa menolong anda..!"
"TERSERAH...!!" kata Citra sambil pergi meninggalkan Bumi entah kemana. Citra terus berjalan tanpa arah dan tujuan karna masih kesel sama omongan Bumi tadi.
Citra sampai di sebuah taman. Mungkin milik gedung tempat acara ini. Ia duduk di kursi yang tersedia disana. Menatap langit dan memandangi bintang yang bersinar terang disana.
Semilir angin malam menemani jiwa Citra yang sendiri menatap malam. Rasa lelah yang tadi menggerogoti tubuhnya kini perlahan mulai surut. Hanya menyisakan senyum indah yang terukir di bibir mungil miliknya.
Angannya terbawa pada memori saat bos nya Adyaksa Pratama memintanya untuk menjadi pacarnya.
"Cit... kamu mau nggak jadi pacar saya..??" Saat itu Citra sedang duduk dikantin sambil menunggu jemputan dari Mega. Karna Mega memintanya untuk menemaninya ke Gramed. Tentu saja Citra menyetujuinya. Ia juga berniat membeli buku Mimpi dan Impian kesukaannya itu. Mumpung ia baru saja gajian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Mulut Pedas (END)
RomanceHidup Citra berubah derastis sejak bertemu dengan Bumi. ia merasa tidak tenang bahkan ia tak bisa hidup nyaman sekarang. Bumi bagaikan malaikat maut yang kapan saja bisa mencabut nyawa Citra. ia merasa dimanapun ia berada hidupnya tak pernah jauh da...