Bazar

559 43 2
                                    

Malam ini Citra ingin makan diluar sambil melihat lihat bazar yang sedang diadakan di depan balai desa. Citra ingin jalan jalan kesana. Sudah lama ia tidak pergi ke bazar. Terakhir ke bazar waktu masih sekolah SMA kelas 3. Itu juga sama teman temannya.

"Lo.. mau kemana Cit...?" Tanya Mega yang kini sedang duduk di meja makan sambil makan mie.

Perlu diketahui bahwa Citra dan Mega sudah berbaikan. Karena sifat Citra yang tak bisa mendiamkan orang lama lama. Ia akhirnya memaafkan Mega setalah adegan menguras air mata tadi sore.

"Cit... lo masih marah yah sama gue..??" Tanya Mega saat Citra baru pulang dari Toko. Citra lebih memilih diam dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang lengket karna keringet.

"Cit... maafin gue... gue beneran nggak ada niat buat nelantarin lo. Gue juga nggak tahu kalau mas Anta mau ngajak gue jalan jalan.." jujur Mega.

"Cit..." Mega mengikuti Citra.

"Cit... jawab dong. Jangan diemin gue kaya gini... lo pagi tadi juga gue lihat udah nggak ada. Toko lo kan buka jam 8. Biasanya juga lo berangkat jam 7. Sarapan dulu sama gue. Lo ngehindarin gue ya Cit...?? Maaf ya Cit.. lo pasti kecewa banget kan sama gue..??" Rengek Mega pada Citra.

Citra memilih diam dan fokus membaca novelnya. Mega mengambil novel yang lagi dibaca Citra dengan kasar.

"Lo dengerin gue nggak sih Cit...??" Tanya Mega lagi.

"Cit... maafin gue... gue tahu kalau gue salah. Tapi kenapa lo sikapnya kaya gini banget ke gue..??" Nada suara Mega sedikit agak marah.

"Lo masih tanya kenapa sikap gue gini sama lo..??" Tanya Citra. Ia mulai tidak terima dengan kata kata terakhir Mega yang seolah olah ia salah kalau marah sama Mega.

"Ya nggak gini juga kan..?? Kita bisa bicarain ini baik baik kan..??" Kata Mega dengan nada meninggi sedikit.

"Lo pernah nggak sih ngrasain diusir sama sahabat sendiri..???" Citra mulai tak terima

"Gue nggak ngusir lo..!!" Jawab Mega

"Iya. Lo emang nggak ngusir gue. Tapi lo udah dengan seenak hati manfaatin gue. Ketika lo butuh. Lo baikin gue. Pas lo nggak butuh. Lo buang gue gitu aja... sakit Meg.." mata Citra berkaca kaca.

"Lo nggak tahu kan.?? Gue capek banget kemaren pulang dari toko, belum istirahat gue dipaksa buat nemenin lo kekondangan. Iya lo emang bilang nggak bakal ninggalin gue dan katanya lo juga mau pulang bareng gue juga. Tapi apa kenyataannya setelah lo ketemu pacar lo..?? Lo lupa sama gue, Gue rela nungguin lo cuma buat pulang bareng sama lo. Dan ternyata... fakta lebih kejam dari rencana. Lo malah milih pacar lo dan rela ngebiarin gue pulang sendirian..!!"

Citra dan Mega sama sama menangis. Mega tak bisa menjawabnya, karna memang semua yang dikatakan Citra itu adalah kenyataan. Ia memang salah. Sangat salah malah. Ia yang memaksa Citra untuk menemaninya tapi ketika Antariksa datang, ia malah lebih memilih pergi dengan Anta dan membiarkan Citra pulang sendirian.

"Apa susah kalau lo nganter gue pulang dulu dan habis itu lo bisa jalan jalan sepuasnya sama pacar lo..?? Oh.. atau gue emang ganggu lo sama pacar lo..??"

Mega menggeleng. Bukan itu maksudnya.

"Bingung kan lo..?? Lo bayangin dech. Gimana rasanya lo kalau jadi gue waktu itu..??? Sakit Meg..!!"

Mega memeluk Citra erat. Ia tidak bisa berkata kata lagi. Semua yang dikatakan Citra memang benar. Ia memang sudah salah kemaren sudah membiarkan Citra pulang sendiri.

"Maaf... maaf ... maafin gue Cit..."

Citra tak kuasa menahan amarahnya. Ia sudah mengeluarkan uneg unegnya yang kemaren pada Mega. Sedikit merasa lega, Citra balas memeluk Mega.

Mr. Mulut Pedas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang