♕Chap.6♕

621 43 0
                                    


Sorry for typo
Jan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca~~
↑ Anak orang cantik banget ya Allah ih:(
_________________________________

Tap

Tap

Tap

Tap

2 orang pria berwajah cantik berjalan dengan beberapa buku di tangan salah satu, senyuman mereka yang tak pernah luntur di wajah mereka membuat berbagai tatapan mata tertuju pada keduanya.

2 orang pria berwajah cantik berjalan dengan beberapa buku di tangan salah satu, senyuman mereka yang tak pernah luntur di wajah mereka membuat berbagai tatapan mata tertuju pada keduanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tawa merdu mereka mengalun dengan indah nya, banyak yang mengagumi dan iri kecantikan mereka. Mulai dari wanita dan pria submisif, tapi tak sedikit dari mereka sangat membenci kedua nya karena kecantikan itu. Iri berlebihan tuh gak baik.

Kali ini, Renjun dan Jaemin baru saja menyelesaikan kelas kedua dan terakhir mereka. Jadi mereka bebas sekarang.

Berbeda dengan hati-hati sebelum nya, jika biasanya mereka akan langsung pulang setelah kelas. Kali ini mereka duduk di bangku kantin kampus menunggu se.....seorang.

"Kemana mereka? Lama sekali" gerutu Jaemin, seraya menyesap americano 8 shot nya. Sedangkan Renjun, dia hanya diam tak menanggapi. Matanya masih terfokus pada data-data pemberian Guanlin semalam.

Data itu berisi identitas orang-orang yang telah menggelapkan dana bantuan untuk panti asuhan. Total nya ada 5 orang, 3 pria dan 2 wanita. Mereka semua adalah orang-orang berkecukupan, bahkan terbilang kaya raya. Tapi karena keserakahan, mereka mengelapkan dana bantuan itu. Yang seharusnya 2 miliar won, sekarang hanya 8 juta won saja.

"Owh~ penggelapan nya tinggi sekali" gumam Jaemin yang ikut memperhatikan data itu. Sedangkan Renjun tersenyum miring, lalu kembali menyimpan data itu ke dalam tas nya.

Tak lama, Jeno dan Guanlin datang.
"Maaf lama, tadi dosen meminta kami membantu nya" sesal Jeno, yang langsung duduk di sebelah Jaemin.

"It's ok... Kami juga sambil mengobrol disini, oh ya... Soal misi itu. Kapan?" Pertanyaan Jaemin di akhir ucapan nya membuat Guanlin dan Renjun sama-sama tersenyum miring.

"Malam ini"










.
.
.

Di dalam hati yang sunyi, tepat nya di sebuah gedung tinggi mewah. 5 orang petinggi perusahaan, duduk di mobil limosin dengan raut wajah bahagia. Mereka membicarakan keberhasilan mereka yang telah menggelapkan dana, tanpa ketahuan sama sekali.

"Kali ini, main kita sangat bersih. Aku yakin tidak akan ada yang bisa menyadari nya" Ucap pria termuda disana, Jo In-sung. Di sebelah wanita yang seumuran dengan nya menyahut.

"Benar, kita tak perlu khawatir soal itu. Kita aman" Son Ye-jin.

Mereka berlima tertawa, hingga tak menyadari tatapan pria yang menjadi supir mereka. Supir itu menyeringai tipis, tak ingin membuat curiga. Dia hanya bersikap santai.

Kelima orang di belakang telah tertidur, setelah meminum wine yang tersedia disana. Sang supir mengambil HT di saku baju nya, lalu di sambungkan ke seberang sana.

"Wolf disini... Lapor, aku dan target menuju lokasi"

"Tiger disini... Laporan di terima, kami menunggu di lokasi. Usahakan jangan sampai mereka bangun, atau ketahuan orang lain"

"Di mengerti..." Final nya, lalu kembali mengantongi HT tersebut. Ia menginjak pedal gas, menambah kecepatan. Mobil nya berjalan menuju daerah terpencil, tak ada manusia disana. Hanya ada pepohonan rindang mengelilingi jalan, penerangan yang hanya dari mobil membuat keadaan semakin seram.

Mobil itu berhenti di sebuah gedung yang telah lama tidak dihuni, dengan bantuan 2 rekan serta 2 orang pengawal. Mereka membawa kelima petinggi tadi memasuki gedung. Di ikat nya mereka di kursi dengan posisi terpisah.

"Wolf... Aman?"

"Aman tuan, aku sudah memastikan berkali-kali. Jadi Anda tak perlu khawatir" jawab pria itu, lalu melepas kacamata hitam yang ia pakai sejak tadi.

"Good job Jeno... Sekarang pergi lah keluar, tunggu bersama Bunny dan Fox"

"Baik tuan, berikan saya tanda jika anda memerlukan nya" Jeno yang menyamar menjadi supir itu tersenyum tipis ke arah Guanlin, tuan nya. Ia pun mendekati kekasih serta kekasih bos nya di luar ruangan.

"Bagaimana?"

"Let's play the game..."















"Erghh" suara erangan dari salah satu lima korban penculikan terdengar, kedua manik hitamnya mulai mengedar.

"Sudah bangun?" Interupsi seseorang yang duduk tak jauh dari mereka.

"T-tuan muda Guanlin" mereka berlima terkejut melihat sosok pria muda disana, yang duduk dengan sebuah pistol di tangan nya.

Guanlin meraih sebuah map di meja sebelah nya.
"Lee Byung-Hun... So Ji-sub... Kim Hyun-Joo... Jo In-sung... Son Ye-jin... Ternyata selama aku tidak memantau kalian, begini ya cara kerja kalian" ucap Guanlin sambil menyebutkan nama-nama mereka semua.

"T-tidak tuan muda" elak mereka ketakutan, Guanlin menatap mereka datar. Perlahan ia mendekati Byung-Hun, dalang dari semua ini.

"Kalian bermain sangat bersih ya, sayangnya permainan kalian sudah sampai ke telinga ku"

"Tuan muda- maafkan kami, kami--"

Ucapan Byung-Hun terpotong karena sebuah pisau mendarat tepat di kepala nya. Keempat orang lain nya memekik ketakutan, karena Byung-Hun baru saja terbunuh tepat di hadapan mereka.

"Tidak sabar hm?" Tanya Guanlin entah pada siapa.

Tapi, perlahan sosok pria berbaju serba hitam dan rambut yang agak panjang berwarna hitam. Melompat turun dari atap-atap ruangan yang berlubang.

"Sangat tidak sabar" Kekeh pria itu.

"Sesuai kemauan mu, kau dan Jaemin bebas bermain... Aku tunggu di luar bersama Jeno" pamit Guanlin, seraya mengecup bibir kekasih baru nya.

Renjun, pria yang di maksud. Menari-nari kecil sambil bersenandung lembut, mengelilingi mayat Lee Byung-Hun. Jaemin yang baru datang sudah tidak heran dengan kelakuan sahabat nya.
Renjun berjalan ke tengah ruangan, berputar-putar dengan riang. Tangan nya bergerak seakan sedang mencekik lehernya, lalu tertawa pelan

"Hahh~ koleksi ku semakin bertambahh~ Bola mata, jantung, paru-paru, usus, kulit, hah~ Jaemin~ bukan kah ini menyenangkan~??"

Jaemin terkekeh geli mendengar ucapan Renjun, berbeda dengan Ji-sub Hyun-Joo In-sung dan Ye-jin mereka bergedik takut.

Jari-jari lentik kedua pemuda manis itu mengambil pisau bedah, di meja yang tersedia. Lalu berbalik menatap korban-korban nya.

"Mari bermain~"





TBC

Hai
Udah lama aku gak mampir di Book ini
Pada kangen gak:'>
Berapa lama aku gak kesini

♕||Cute but... PSYCHO|•| GuanRen+Nomin♕HiatusWhere stories live. Discover now