Sama

181 29 0
                                    

"LARI 5 PUTARAN LAGI!"

"KUNIMI! LARINYA JANGAN KAYAK ORANG TIPES!"

"YAHABA BERHENTI MELOROTIN CELANANYA WATARI! KALO MAU MESUM DI HOTEL AJA SANA"

Sudah berlalu 2 jam sejak kejadian zoom bareng Pawang Squad. Seperti pamit kami pada mereka, sekarang kami berada di sekolah untuk gladi resik. Rencananya setiba di sekolah kami akan langsung menuju kelas masing-masing, tapi entah kenapa kami malah berakhir mampir untuk mengecek latihan sore anak-anak voli di gedung olahraga. Ini pertama kalinya kami ke gedung olahraga setelah kecelakaan itu. Harusnya kami hanya menengok aja tapi aku gak tahan kalo gak marahin mereka atas kecelakaan itu.

Huft.
Aku capek banget. Sekeras apapun aku memarahi mereka tapi aku gak melihat ada perasaan kapok pada diri mereka. Biasanya kalau aku bentak dikit mereka langsung introspeksi diri. Mungkin karena aku marahnya pake badannya Oikawa kali ya? Peran sebagai "malaikat" dan "ketua yang sayang anggota" sudah terlalu melekat pada Oikawa. Jadi gak kaget sih kalau aku yang "sekarang" gak didenger.

Memang seharusnya Oikawa-lah yang marahin mereka. Yah walaupun aku gak yakin dengan kemampuannya marahin orang (karena dulu dia pernah kalah adu bacot sama bocil gang sebelah dan berakhir dia yang nangis), tapi selama ini bagian marah-marah dan peran jahat selalu diserahin ke aku jadi seenggaknya dengan badanku, anak-anak pasti bakalan segan.

Tapi orangnya lagi gak bisa diajak kerja sama. Sekarang dia lagi mojok di pinggir lapangan, memeluk kakinya yang ditekuk sambil selimutan. Mirip korban yang baru aja disamperin polisi. Sejak nganterin Sunny ke kamar ibu, dia ketakutan dan membual soal hantu melayang. Dia ngotot banget ngejelasin kalau dia benar-benar melihat hantu melongos di depannya, tidak, lebih tepatnya melongos di balik jendela yang ada di depannya. Dia sangat yakin itu hantu karena jendela yang dimaksud ada di lantai dua.

"Mana ada orang yang bisa lewat depan jendela lantai dua kalo dia gak terbang!"

Aku mengingat perkataannya tadi sore. Omong kosong terkosong tahun ini.

Gak sampai di situ aja. Dia juga bilang rumahku harus didoain lalu hipotesanya mengenai adanya orang yang lagi guna-gunain rumahku dan berujung dengan statement "mungkin rumahmu berhantu". Gimana aku gak esmosi tingkat dewa coba? Udah tau keadaan sekarang cukup membingungkan dan sekarang dia membual masalah baru.

"PUSH UP 30 KALI!" perintahku.

Aku bisa mendengar desahan malas mereka tapi aku tak peduli. Ini hukuman untuk mereka karena hanya nonton dan nyorakin perkelahian Kyotani dan Kunimi saat di Jogja kapan hari. Andai aja ada yang ngelerai pasti ragaku dan Oikawa gak akan tertukar. Lagipula 2 bulan lagi ada pertandingan, anggep aja latihan ekstra.
Untuk hukuman si pemeran utama, Kyotani dan Kunimi, aku tambah dengan membersihkan lapangan dan jadi pasangan servis-passing selama 1 bulan. Itung-itung mereka jadi bisa lebih akrab gitu.

"CARI PASANGAN! KITA LATIHA--"

"HEH MAKSUDKU PASANGAN BUAT LATIHAN SERVING-PASSING! BUKAN PASANGAN HIDUP."

"YAHABA BERHENTI GENITIN ANAK ORANG."

Aoba Johsai ngapa isinya pada gak bener sih?

"AMBIL POSISI MASING-MASING! KITA LATIHAN SERVING-PASSING 40 KALI!" perintahku lagi.

"Iwa-chan, jangan terlalu kejem dong," Oikawa sekarang berdiri di sebelahku dengan keadaan masih selimutan.

"Ini latihan fisik."

"Maksudmu marah-marah setengah jam, lari lapangan 9 kali, squad jump 20 kali, push up 30 kali, dan serving-passing 40 kali itu latihan fisik? Lebih mirip pembunuhan secara perlahan."

Arka lan Chandra || OIIWA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang