14.) Panas

3 1 0
                                    

Gimanapun sikap manisnya, kenyataan tetap pemenangnya

-Lilulu Alsava

***

"Nih, minum"

Boleh gak si Yudha kaget kalo misalkan tiba-tiba ada cewek rambut panjang, baju putih yang tiba-tiba kasih dia minum?

Mana tadi dia lagi bengong kecapean -lari keliling lapangan karena pelajaran olahraga- plus kepikirin tentang sekolah bekas kuburan yang Guntur ceritain pas ganti baju. Ini juga dia duduk sendirian di bangku koridor depan kelasnya.

"Kaget aku kak" kaget-kaget juga diambil tuh minumnya.

Siska tertawa melihat reaksi Yudha yang menurutnya lucu. Matanya menelisik keliling, mencari barang kali ada teman Yudha atau siapapun yang lewat.

"Yud, jadi pacar gue mau ga?"

Boleh ga si Yudha kaget lagi? Kenapa tiba-tiba?

"Astagfirullah kak, dari tadi ngagetin mulu"

"CK, serius gue yud" kini Yudha berusaha ga salting.

Siska cantik. Cantik banget. Pinter lagi. Siapa yang ga mau coba? Tapi, Yudha merasa ada yang salah dengan dirinya. Ia merasa bukan seperti ini seharusnya. Hatinya menolak.

"Yaudah ayok" Yudha berucap, tanpa peduli keraguan hatinya.

"Beneran?" Yudha mengangguk malu, sedangkan Siska tersenyum sangat senang.

"Ya udah, sampai ketemu pulang sekolah ya" Siska beranjak berdiri, meninggalkan Yudha dengan timangan-timangan aneh dipikirannya.

Ini salah

Ucap batinnya

***

Sejak jam pelajaran olahraga sampai pulang sekolah, Lulu menekuk wajahnya seraya menatap Yudha yang terus menerus bersenandung.

Pelajaran ketiga kali ini diisi dengan tugas merangkum tanpa guru, sembari menunggu bel pulang, mereka semua mengobrol dan tidak ada keinginan untuk mengerjakan tugas merangkum tersebut.

"Kenapa? Seneng banget" sindir Lulu yang pura-pura sibuk menulis, berhasil memperlambat senandungan Yudha.

"Memang ga boleh?" Tanya Yudha menepuk bahu Lulu dengan bahunya.

"Ya aneh. Kayak abis dapet pacar aja" sindir Lulu tambah sinis.

Yudha menatap Lulu tidak percaya. Lulu nembak atau memang tahu? Perasaan aneh yang sedari tadi membisik dari hatinya kembali berdengung.

Ini salah.

"Kalo iya kenapa?"

Lulu menatap Yudha kesal. Kesal yang mati-matian tidak ingin diperlihatkan namun malah terlihat jelas.

"GA PAPA. LO MAU PUNYA PACAR SISKA, OLIN, DEA, AISYAH AULIA, 1, 2, 3, PUN GUE GA PEDULI!"

Boleh ga si, Yudha kaget sekaliiii lagi? Ini masalahnya semua orang nengok ke meja mereka. Lulu teriak tanpa rasa bersalah. Terus kabur gatau mau kemana.

Yudha ngejar Lulu dan ga peduliin teriakan teman-temannya. Didepan ruang guru, Yudha berhasil meraih tangan Lulu. Untung pintunya ketutup.

Lulu enggan berbalik. Air matanya terlalu memaksa untuk keluar.

"Lu, kenapa si?"

"Gue bilang gapapa" Lulu berusaha menghempas tangan Yudha namun tidak cukup kuat

"Ya kalo gitu kenapa lu teriak tadi? Kenapa Lo lari?"

"Suka-suka gue!"

"Sini dulu lu" Yudha menarik kasar tangan Lulu.

"Ntar dulu yud, gue mau berak"

Sekarang boleh ga si Yudha cengo? Lulu bergegas pergi ke toilet samping ruang guru. Memasuki salah satu biliknya. Menutup pintu dan melemaskan segala beban badannya.

"Udah lu, udah. Jangan dipikirin. Makanya jangan cepet baper jadi orang! Masih kecil juga. Biarin dia sama orang yang dia suka. Dia ga suka sama Lo lu"

Seraya menyadarkan diri, Lulu menunggu bel sekolah berbunyi, menunggu agar tiada orang lagi disekolah ini. Lulu sadar teriakannya tadi terlalu memalukan. Lulu sadar bahwa tidak seharusnya ia melakukan itu. Tanpa mengetahui bahwa Yudha menunggunya diluar.

"Lulu berak nya lama banget"

***

Huaaaa😭, gatau udah karatan kali ni cerita. Setaun men ga up. Maaf guys, gantung cerita sebelumnya dan makasih yang masi nyimpen cerita ini di perpustakaan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terlalu BerharapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang