Kenyataan

7 1 0
                                    

Selasa, 21 Desember 2021

Selamat membaca dan semoga menikmati...

***

Malam telah menyapa, taburan bintang di langit dengan rembulan di antaranya menjadi pemandangan yang indah. Menikmati waktu dengan minuman hangat, terasa nyaman untuk sekadar melepas penat sebelum esok kembali kepada rutinitas.

Seperti biasa, sebelum tidur, Taran selalu berdiri menatap langit sebentar di balkon kamarnya. Sedikit melirik ke arah kamar tetangga yang sekarang lampunya tengah menyala, membuat Taran tersenyum.

Secangkir susu di tangannya, membuat tubuh Taran hangat, berjalan semakin ke depan balkon agar lebih luas menatap pemandangan malam.

Dari arah berlawanan, sosok pria dewasa juga bersiap dengan segelas kopi di tangannya. Berjalan mendekat ke balkon, pria dewasa sedikit tertegun saat menatap Taran berdiri berhadapan dengan kamarnya tengah menatap ke langit dengan mata bulatnya.

"Taran!" Taran membola saat mendengar siapa yang memanggil, dadanya berdegup menatap Karan yang tengah tersenyum manis.

"Om," balas Taran gugup.

Karan mengangkat kedua alisnya, terlihat keren di mata Taran. Sepertinya, dirinya  harus membiasakan panggilan baru dari gadis muda di hadapannya.

"Kamu belum tidur?" tanya Karan sedikit basa-basi.

Taran menggeleng, perasaannya menghangat, keadaan ini seperti apa yang selalu dia bayangkan. Tidak menyangka, khayalannya secepat ini menjadi kenyataan.

Mereka sama-sama terdiam, berdiri berjejer saling mendongak menikmati pemandangan malam dengan sapuan lembut sang angin yang berlalu.

"Kamu selalu seperti ini sebelum tidur?" Taran menoleh, kemudian tersenyum manis yang sedikit membuat Karan hampir terlena.

"Iya, Om," jawab Taran.

"Kenapa?" tanya Karan, dia hanya ingin menghilangkan rasa canggung saat bersama tetangga kecil sebelahnya ini.

"Gak tau, Om. Suka aja," balas Taran yang tidak memudarkan senyumannya.

Senyuman Taran yang mampu menggetarkan hati pria, senyum yang jarang dia perlihatkan. Tapi, senyum itu sekarang selalu menghiasi wajah cantiknya, hanya karena berhadapan dengan sosok pria dewasa yang masih asing untuknya.

Karan ikut tersenyum, jujur saja kalau dirinya masih seumuran dengan gadis manis itu, pasti sekarang dia akan berdegup kencang dan terpikir akan sosok Taran yang memesona.

"Bagus, kan?" Taran mengangguk, membenarkan ucapan Karan dan ikut kembali mendongak menatap langit malam.

"Om juga suka menikmati langit malam?" tanya Taran tanpa mengindahkan pandangan dari langit.

"Iya, menenangkan," balas Karan sambil memejamkan mata.

Angin lewat membelai wajah keduanya, meninggalkan rasa dingin di wajah masing-masing.

"Udah malam, tidur gih!" Karan meminta Taran saat melihat sang rembulan mulai terlihat kecil dan jauh dari pandangannya.

Taran menoleh, "iya, Om. Taran pamit masuk dulu."

"Selamat malam, Taran!"

Taran tersenyum dengan jantung yang berdegup kencang, dengan cepat berlalu dari hadapan Karan yang setia tersenyum de arahnya.

"Hua! Jantung gue!" teriak Taran begitu pintu kamar tertutup.

"Sudah selesai kencannya?"

Taran terlonjak, dia tidak menyadari keberadaan sosok yang tengah santai tiduran di atas kasurnya.

My Lovely NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang