Kamis, 14 Oktober 2021Cerita yang kesekian kalinya aku tulis, semoga bisa selesai.
Masih belajar, harap maklum kalau ada kata atau kalimat yang kurang sesuai, mohon bantuannya dengan baik.
Selamat membaca dan semoga menikmati...
*****
Taran Tania sosok gadis remaja yang akan segara berakhir menjadi dewasa, mempunyai mata bulat nan cerah membuat siapapun yang menatap bola matanya, akan terpesona. Taran, begitulah orang-orang memanggil, si gadis yang segan untuk tersenyum, namun sekali senyum membuat meleleh para kaum adam.
Duduk di bangku kuliah, tidak lantas membuat Taran merubah sifat dinginnya, kata sendiri sudah melekat pada sosok Taran dari bangku sekolah menengah pertama. Tidak ada alasan yang mendasari dengan sifatnya yang seperti itu. Hanya saja, Taran nyaman dengan kondisi tersebut entah sampai kapan. Padahal, banyak gadis seusianya yang menginginkan menjadi teman dari Taran, apalagi kaum adam yang menginginkan hati Taran.
"Taran!" Gadis itu hanya melirik pada teman kelas yang memanggilnya, menunggu apa yang akan disampaikan kepadanya tanpa ingin berucap apapun.
"Lo ditunjuk jadi panitia ospek untuk maba tahun ini," ujar gadis tadi memberitahu. Taran menatap lekat pada gadis yang sedang gugup di depannya, dia sama sekali tidak berminat untuk melakukan hal-hal konyol yang menurutnya akan membuang-buang waktu. Dulu, saat akan jadi maba dia tidak ikut ospek dengan alasan sakit.
"Kalau gue gak mau, gimana?" tanya Taran dengan nada malas.
Fiera, gadis itu menatap harap pada Taran, kalau boleh jujur, Fiera juga sudah menebak jawaban Taran. Tapi, sang ketua BEM dengan garang memaksa Fiera sebagai sosok sekretaris dan penghuni kelas yang sama dengan Taran, membuat dia tidak punya pilihan.
"Gue juga bukan aktivis," imbuh Taran saat tidak ada balasan dari Fiera.
Fiera menggaruk kepalanya, dia juga tadi sempat protes kepada ketua BEM dengan alasan sama, yang dilontarkan Taran saat ini kepadanya. Namun, jawaban sang ketua membuat Fiera ingin menyuruh ketua yang menyampaikan langsung kepada Taran.
"Tadi, gue juga sudah bilang gitu," lirih Fiera putus asa. Taran kembali menatap Fiera, gadis itu dari dulu selalu mencoba untuk dekat dengannya. Walaupun, sering dia cuekin, Fiera tetap kukuh ingin dekat menjadi temannya.
"Siapa ketua BEMnya?" Pertanyaan Taran mampu membuat Fiera membola, sudah satu semester berjalan, namun seorang Taran tidak mengetahui sosok yang menjadi pemimpin mahasiswa di kampus mereka. Luar biasa cueknya Taran.
"Gak penting gue harus tahu ketua BEM." Seolah dapat membaca pikiran Fiera, Taran berucap santai menjawab keheranan dalam pikiran Fiera.
Fiera mengerjapkan mata. "Pokoknya lo harus ikut!" putus Fiera.
Taran mengangkat kedua alisnya. "Dih, siapa lo. Gue gak mau!" jawab Taran cepat, dan langsung meninggalkan parkiran kampus dengan motornya.
Fiera menatap tak percaya punggung Taran yang sudah menghilang, dia menghela napas. "Gue yakin, gadis seperti Taran akan sulit ditaklukkan."
***
Keluar dari gerbang kampus, Taran tidak langsung melaju menuju perjalanan ke rumahnya, dia memilih berbelok arah menuju tempat favoritnya, kafe romantis. Mengunjungi tempat tersebut seorang diri, tidak membuat Taran malu atau pun gengsi karena pengunjung sekeliling membawa pasangan.
Seperti nama kafenya, di dalam kafe menyajikan instrumen musik dan suasana yang romantis, cocok untuk menikmati indahnya kisah cinta.
Taran berjalan santai menuju ke kursi favoritnya, di pojok ruangan dan keberuntungan selalu menyertai saat Taran berkunjung, tempat duduk tersebut selalu kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Neighbor
RomansaCerita untuk yang kesekian kalinya, semoga bisa konsisten. Kedatangan seorang tetangga baru, membuat Taran terpesona dan tanpa sadar telah meruntuhkan sifat dinginnya. Melupakan usianya yang terpaut jauh, Taran dengan ceroboh memberikan seluruh hati...