Perbedaan Taran

5 1 0
                                    

Senin, 10 Januari 2022

Selamat membaca dan semoga menikmati...

***
Fiera menatap Taran dengan sorot aneh bercampur haru, dengan mata kepala sendiri dia menyaksikan seorang ratu kutub tersenyum kepada sosok yang berada di dalam mobil yang entah siapa, dan terus mengikuti arah gerak mobilnya yang sudah menghilang.

Taran mendengus, mengubah seketika ekspresinya kembali datar. "Mengganggu banget," ucapnya sinis.

"Lo senyum sama siapa?" Mengabaikan ucapan Taran, Fiera bertanya yang sudah tahu tidak akan dijawab oleh Taran.

Gadis dingin itu melangkah, mengacuhkan Fiera yang sekarang tengah menggodanya.

"Kalau satu kelas, eh satu kampus tahu Taran tersenyum, mereka pasti semakin memuja lo," ujar Fiera hiperbola.

"Alay," balas Taran sarkas.

Fiera ikut berjalan di samping Taran, mensejajarkan langkah kakinya yang lagi-lagi membuat Taran berdecak sebal. Namun, gadis itu hanya diam saja, enggan untuk mengeluarkan kalimat yang akan merusak perasaan senangnya di pagi ini.

Seperti biasa, setelah sampai kelas, Taran akan langsung duduk di kursinya dengan tenang. Tanpa memperdulikan keadaan sekitar, dia hanya terfokus pada dirinya sendiri beserta gawai yang dimainkan.

Fiera ikut duduk di sampingnya, menatap wajah Taran yang berekspresi datar. Dia berpikir heran, mengapa gadis secantik Taran tidak ingin membuka diri untuk bergaul bersama? Apa dia pernah trauma dengan pertemanan?

Taran merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh Fiera, ditatap dan diperhatikan secara terang-terangan oleh Fiera yang pasti sambil berpikir tentang dirinya.

"Aduh!" Fiera meringis saat dahinya dengan sadis disentil oleh Taran dengan tiba-tiba, tanpa dia sadari pergerakannya.

"Belok ya lo," ujar Taran datar.

Fiera membulatkan mata, sama sekali tuduhan yang dilontarkan oleh Taran tidak terpikirkan olehnya. Dia masih gadis normal yang menyukai cowok. Hanya saja, Taran baginya adalah seorang gadis yang unik, dengan sifat dinginnya dan keras kepalanya yang belum mampu seorangpun bisa meluluhkan. Padahal biasanya, dalam cerita ada sosok pemuda yang berkarakter friendly yang mampu meluluhkan gadis dingin seperti Taran. Dan pemuda tersebut, Fiera rasa sudah ada, sang ketua BEM. Namun sayang, Taran bukan sosok yang biasa dilukiskan dalam cerita fiksi.

"Sana, ke tempat lo!" usir Taran yang semakin risih saat Fiera malah diam sambil menatapnya dalam.

Fiera mengerjapkan mata, dia tersadar dari lamunannya. "Gue duduk sini aja, deh," putusnya tiba-tiba sambil memposisikan diri dengan nyaman.

Taran berdecak, dia melirik kursi di jejeran kirinya yang masih kosong. Namun, dia merasa enggan untuk berpindah, dan dia bukan tipe mahasiswi yang suka berpindah tempat duduk. Dan pada akhirnya, Taran hanya diam saja tanpa membalas ucapan Fiera.

***

"Kita akhiri perjumpaan hari ini, selamat siang semuanya!"

"Siang, Bu. Terimakasih!"

Taran menghela napas lega, setelah dosen tersebut keluar dari kelasnya. Dia melirik Fiera yang masih nyenyak dalam mengarungi mimpinya. Padahal, mereka tidak lagi duduk di barisan paling belakang, namun gadis bawel tersebut dengan berani menjadikan penjelasan dari dosen menjadi dongeng pengantar tidur siangnya.

Taran membereskan peralatan tulisnya bersiap meninggalkan kelas menuju kantin.

"Gue ikut." Kepala Taran menoleh, melihat Fiera yang tengah mengucek matanya.

My Lovely NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang