Kepikiran

1 1 0
                                    

Minggu, 30 Januari 2022

Selamat membaca dan semoga menikmati 😊

***
"Bye!" ucap Taran saat akan turun dari mobil Zafran. Mereka baru saja pulang dari restoran setelah Zuni juga ikut pamit karena sang kekasihnya yang sudah pergi duluan.

"Lo gak nawarin gue masuk, gitu? Sekadar basa-basi doang."

Taran dengan cepat menggeleng, terlalu malas berlama-lama dengan Zafran yang selalu membuat tensi darahnya naik, meski remaja tampan itu hanya diam saja.

"Gak, pulang sana!" Zafran mendengus, kalau biasanya dia kukuh dengan apa yang diinginkan, tapi situasi ini berbeda. Kalau dia tetap mau ikut masuk, dan ternyata diacuhkan oleh Taran, mau ditaruh mana lagi mukanya.

"Makasih!" lanjut Taran sambil menutup pintu mobil.

Zafran menurunkan kaca mobilnya, dia menatap Taran yang masih berdiri di samping mobilnya. "Terimakasih, atas ucapan hati-hatinya," ujar Zafran tersenyum manis.

Hampir saja Taran akan menyemburkan tawanya, dan yang terlihat adalah gadis itu tersenyum menatap Zafran yang sekarang sedang melebarkan mata tak percaya, seorang Taran tersenyum kepadanya.

Sadar dengan ekspresinya, Taran dengan cepat menormalkan kembali. Dia menatap Zafran yang masih terdiam menatapnya. "Menyebalkan," gerutu Taran.

Taran mengetuk kaca mobil Zafran, membuat sang pemilik tersadar dan tersenyum. "Makasih ya, Ran, sudah mau senyum sama gue."

Taran terdiam, ucapan Zafran terdengar begitu tulus, padahal dia hanya tak sengaja tersenyum.

"Hati-hati!" ucap Taran kembali tersenyum. Dia segera berbalik badan dan berjalan menuju rumahnya.

"Taran, gue semakin susah buat berpaling dari lo!" teriak Zafran senang.

Taran mendengar teriakkan itu, dia merasa Zafran antara lucu dan memalukan. Tapi, lebih ke memalukan setelah dia melirik ke samping rumahnya ada tetangga yang memperhatikan.

"Pacarmu, Ran?" Taran meringis, dia menggeleng saat mendengar pertanyaan dari bapak tua yang tinggal di sebelah rumahnya.

Taran melangkah dengan ringan memasuki rumahnya, seperti biasa keadaan akan sunyi disaat siang hari. Karena, kedua orang tuanya yang sedang bekerja.

"Gue kira, lo suka sama Om Karan. Taunya, pacaran sama Tarzan."

Taran berjingkat kaget, seorang Raza memang bukan manusia sempurna, dia selalu muncul mendadak dengan suara yang menjadi pertanda sebelum wajahnya yang nampak, itulah yang dipikirkan Taran tentang sang adik.

"Ngagetin," balas Taran kesal.

Dia kemudian berjalan ke dapur dan mengambil air untuk menetralisir jantungnya yang masih berpacu dengan cepat.

"Dia bukan pacar gue," sanggahnya setelah meletakkan kembali gelas yang telah dipakai untuk minum.

Raza menggigit apel tidak peduli, dia tadi hanya kaget saja mendengar teriakkan orang dari luar, dan ternyata bersama sang kakak cueknya.

"Gue kira, gak ada yang suka sama lo," lirih Raza yang masih terdengar jelas.

Taran ikut mendudukkan diri di ruang keluarga bersama Raza. Dia ikut menikmati apel yang baru saja diambil dari kulkas, kemudian memakannya.

"Gue dingin aja banyak yang suka, apalagi gue ramah, satu kampus pada ngelamar gue bisa-bisa," balas Taran angkuh.

"Sok cantik lo!" sarkas Raza. Dia menatap kakaknya yang memang terlihat anggun dengan cara duduknya dan makannya yang begitu kalem. Terlihat seperti wanita dewasa yang bijaksana, meski wajahnya sudah jelas cuek dengan eskpresi yang ditampilkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lovely NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang