Just Wine

599 21 4
                                    

Segerombolan murid berisi tiga pemuda dengan seragam quidditch Slytherin berjalan melewati koridor. Masing-masing tangan kanan mereka memegang broomstick. Murid-murid yang lain langsung menyingkirkan badan merapat ke pinggir sehingga memberi jalan leluasa pada mereka. Seolah mereka adalah anggota pejabat negara yang berjalan-jalan di kerumunan warga desa.

Bisik-bisik murid memenuhi gendang telinga mereka, terutama dari gadis-gadis. Dan hampir semua percakapannya berupa pujian di akhiri kikikan.

"Mereka sangat menganggu." Salah seorang dari mereka bersuara, berambut hitam berantakan dengan mata berwarna hijau. Ia berjalan lebih cepat dari kedua temannya.

"Tapi Damian menikmatinya kurasa" ujar Lucas, berambut coklat gelap menunjuk temannya yang asik menanggapi para gadis kurang belaian itu dengan ekor mata. Sedangkan gadis-gadis itu berteriak histeris.

"Aku hanya membalas kedipan mata" sahut yang di maksud. Kemudian kembali tersenyum manis.

"Tapi kau membuat mereka menjadi semakin berisik" Albus, si rambut berantakan memutar mata jengah. Damian memang tidak bisa menahan walau hanya sekedar menanggapi sesuatu yang tak penting seperti itu. Damian mengangkat bahu tak peduli.

Albus Severus Potter, Lucas Alderan Nott dan Damian Blaise Zabini. Tiga dari beberapa murid Hogwarts yang masuk di asrama Slytherin. Saat ini berada di tahun ke enam mereka. Putra dari Harry Potter sang pahlawan perang, dan dua temannya yang merupakan dua orang putra dari dua mantan pelahap maut, Theodore Nott dan Blaise Zabini. Orang tua mereka menjadi akrab setelah rezim dari pangeran kegelapan hilang. Tak ayal anak-anak mereka bersahabat terlebih di tempatkan di satu asrama yang sama.

"Biarkan saja Al," ujar suara dari belakang. Di ikuti teriakan dari gadis-gadis saat pemilik suara menyusul Albus dan yang lain. Seorang pemuda berambut pirang platina dengan seragam quidditch Slytherin ikut bergabung dengan tiga pemuda tersebut.

"Kau dari mana saja, Scorp?" tanya Lucas menguar rambut membersihkan sisa rumput yang menempel karena ia sempat jatuh saat pertandingan tadi.

Yang di tanya malah menyeringai. "Kalian pasti tidak akan percaya dengan apa yang aku lakukan"

Scorpius Hyperion Malfoy. Putra tunggal dari pasangan paling fenomenal pada masanya. Draco Malfoy, mantan pelahap maut adalah ayah dari lelaki berambut pirang bermata kelabu itu. Dan sang ibu, Hermione Granger si pahlawan perang. Wajah pucat tampan, mata kelabu dan rambut pirang platina adalah ciri fisik khas Malfoy miliknya. Scorpius memiliki seratus persen rupa sang ayah yang mana kadang orang-orang sering menganggapnya Draco Malfoy muda. Yang membedakan hanyalah rambutnya yang bergelombang dan berantakan yang di yakini di turuni dari sang ibu. Selain fisik, Scorpius juga menuruni hampir keseluruhan sifat sang ayah. Nakal, suka melanggar aturan, dan suka quidditch tentu saja. Namun ia juga mewarisi sifat ibunya yang berani, dan bossy. Dan yang paling utama ia cerdas serta ambisius seperti kedua orang tuanya.

Albus mengangkat alis tertarik "Katakan apa itu, mate"

"Aku mengajak Rose berkencan"

"What? Kau serius juga ternyata" Damian berhenti berjalan membuat yang lain juga berhenti karenanya.

"Tapi aneh juga Rose mau menerimamu. Biasanyakan dia selalu menolakmu" Lucas mengusap dagunya dengan telunjuk. "Apa kau memberinya ramuan cinta?"

"Ramuan cinta bukan tipeku. Malfoy tidak pernah gagal" bantah Scorpius dengan bangga.

"Yah tapi kau gagal berkali-kali sebelum itu" Albus mengerutkan dahi mengingat berapa banyak ucapan penolakan yang sepupunya itu berikan pada sahabatnya.

"Jangan mengingatkanku. Kau merusak moodku saja" Kata Scorpius malas, namun sedetik kemudian ia menyeringai lebar. "Bahkan kemarin aku menciumnya"

Albus, Lucas terlebih Damian ternganga.

Bring and read (Harry Potter and Another One-shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang