They Know Nothing (II)

285 27 19
                                    

Agaknya, mungkin dia hanya kelelahan. Tapi Scorpius tidak pernah merasa demikian.

Setiap petang, di Grimauld Place ketika ia masih belum kembali ke Hogwarts, lelaki itu duduk di ayunan, tempat itu berubah drastis sejak keluarganya tinggal di sana. Sesekali ia menemani Lily bermain atau juga mengacaukan kejahilan James. Atau ketika dia berbaik hati, ia membantu Cassy mengerjakan pr.

Hari-hari itu sungguh menoton baginya. Kadang dia merasa dia sekarang sering mengabaikan Albus. Atau saat Ron dan Pansy berkunjung, dia juga tidak memperhatikan Rose.

Belakangan semuanya terasa hampa.

"Scorpius"

Scorpius menoleh dan mendapati Ginny tengah tersenyum padanya. Tangannya memegang keranjang besar. Ia bangkit dan menatap sejenak ke lapangan. James, Lily dan juga Cassy masih bermain sepak bola. Yah olahraga muggle. Mereka berdampingan dengan itu semua. Scorpius berbalik, pemuda itu menghampiri Ginny.

"Yah, Mom"

Ginny tersenyum kembali. Ia meletakkan keranjang pakaiannya di rerumputan. Wanita itu menarik Scorpius ke pelukannya. Scorpius mengulum senyum kecil. Mata biru keperakannya memejam ketika tangan Ginny mengusap-usap rambutnya yang pirang putih.

Ia menarik diri dan kembali menjulang tinggi. Dia sudah 17 tahun, dan dia adalah laki-laki tulen tentu saja. Tubuhnya tegap, tinggi dan begitu bagus.

"Kau sudah makan?" tanya Ginny. Dia mengambil keranjangnya kembali.

Scorpius memandang ke seberang lapangan. Di bawah pohon cemara. Dia tersenyum melihat Harry dan Albus yang sedang bertanding catur.

"Dad dan Al.."

"Mom menanyakanmu"

Scorpius tertawa sedikit. Kepalanya lalu menunduk kemudian ia menggeleng sekali.

Ginny menghela nafas. Menorehkan lagi senyumannya yang menenangkan.

Scorpius lalu pergi begitu saja ke dalam rumah. Dan bergegas pergi ke kamarnya sendiri. Di menghempaskan tubuhnya ke kasur. Matanya menilik pada benda pipih berwarna hitam di atas nakas, yang sudah sekitar dua tahun dia beli. Ponselnya.

Mungkin lucu, tapi seluruh orang di rumah ini memiliki benda itu. Alasannya untuk mempermudah berkomunikasi meski dalam hal ini burung hantu tetap tidak terlupakan.

Dia membuka ponsel dan mengecek-ngecek akun sosial teman-temannya. Dia menemukan Dominic dan juga Lucas. Dua anak laki-laki itu sepertinya tengah memberikan sesuatu pada kedua orang tuanya. Di lihat dari status Lucas dua jam yang lalu. Foto Theo dengan Luna yang memegang perut buncitnya. Scorpius tau jika sebentar lagi keluarga itu akan punya anggota baru. Bahkan sebelum Harry dan Ginny mengetahuinya, Scorpius dan Cassiopeia sudah tahu hal itu terlebih dulu. Bagaimana tidak, Dom terus memarahi Lucas sepanjang jalan karena berteriak jika ibunya tengah hamil dan dia akan punya adik. Scorpius terkekeh kecil ketika mengingat momen itu.

Beralih dia pindah melihat cerita dari kembarannya. Hanya foto Cassy dan Harry yang wajahnya berlumuran mentega. Rambut cokelat Cassy putih penuh dengan tepung. Dan jangan tanyakan Harry, kacamatanya miring dan wajahnya yang kotor cemberut. Scorpius ingat, itu terjadi kemarin. Ginny memarahi Harry dan Albus serta Lily tertawa menyaksikan itu. Sedangkan James ikut merusuh.

Singkatnya, tak ada yang terlalu menarik untuk di lihat dalam benda muggle yang super ajaib itu. Kecuali... satu hal. Hanya ada satu.

Scorpius menyalakan kembali ponselnya. Mungkin rasa rindunya yang sudah sangat besar telah membuatnya terbesit melakukan hal itu. Membuka sandi, lalu dengan cepat menekan menu galeri. Dan bergulir panjang di setiap foto-foto. Dan yah, satu foto ada di sana. Foto yang tidak dia ambil langsung dengan ponsel itu. Itu hanya lukisan Luna yang ia foto saat berkunjung ke rumahnya. Ada banyak foto. Terutama angkatan dari Harry Potter dan kawan-kawan. Entahlah tapi menurutnya memang sudah seharusnya begitu.

Bring and read (Harry Potter and Another One-shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang