They Know Nothing

396 22 3
                                    

Langit gelap, kelabu nyaris hitam. Tak ada setitik maupun secercah cahaya bintang. Sore itu hanya berbentangkan awan mendung serta gemuruh yang berkilat-kilat. Udara dingin dan angin kencang berhembus menusuk raga.

Malfoy Manor tak lebih dari seperti bangunan tua antik yang angker. Suasananya yang suram dan sebuah kisah terletak di dalamnya menafsirkan kengerian begitu dalam ketika menginjakkan kaki di lantainya yang dingin.

Draco Malfoy, pewaris tunggal bangunan sekaligus rumahnya itu berdiri sendirian di sana, dengan pakaian hitam aristokratiknya. Kulitnya masih pucat seperti dulu. Rambutnya tetap pirang platina, berantakan tak rapi seperti biasanya. Tubuhnya jakung semakin kurus. Cekungan hitam di bawah matanya. Garis tulang pipinya yang tinggi lebih jelas lagi terlihat. Ia kacau.

Draco berjalan gontai di rumahnya yang hampa, sepi, gelap nan mencekam. Kenyataan adalah bahwa bangunan megah itu pernah jadi markas pangeran kegelapan membuatnya semakin seperti di kutuk. Draco sendiri enggan berada di sana, tapi dia tak punya sesuatu yang lain lagi yang akan menerimanya tinggal. Tidak jika saja kekayaan keluarganya tidak di sita kementrian. Kecuali Hogwarts tentu saja. Dia di wajibkan melanjutkan tahun ketujuhnya yang tertunda karena perang.

Rezim dari Voldemort telah hilang. Perang telah berakhir. Dunia sihir terselamatkan. Kebahagiaan orang-orang telah kembali. Penderitaan telah hilang. Tapi tidak dengan Draco, hidupnya terselamatkan. Tapi penderitaannya tidak berakhir.

Siang tadi adalah sidangnya di kementrian. Dia duduk dengan dementor di kanan-kiri menahannya. Berharap belas kasih pada siapa saja yang mau membelanya. Sendirian di tengah kerumunan orang-orang. Ayahnya sudah jauh lebih dulu, berakhir dengan kecupan dementor dan mendekam seumur hidup di Azkaban. Ibunya mulai saat itu hidup di St. Mungo dengan gelang bertuliskan 'Gila'. Dia, satu-satunya yang lepas dari hukuman berat untuk para pelahap maut lainnya. Harry Potter, The Boy Who Lived, dan satu sahabatnya, Hermione Granger, The Brightest Witch Of Her Age, membelanya di persidangan. Draco tidak pernah bermimpi di beri kesempatan itu.

16 tahun, ia menjadi seorang pelahap maut termuda. Tanda kegelapan tercetak jelas di lengannya. Dan dia dianggap masih bisa di beri kesempatan hanya karna satu perbuatan kecil, dimana ia melemparkan tongkatnya pada sang terpilih. Draco tak pernah benar-benar senang dengan kesempatan yang di terimanya.

Setelah hari itu, dia memenuhi kewajibannya kembali ke Hogwarts, satu-satunya tempat lain yang bisa di injak setelah manornya. Meskipun tak ada yang benar-benar menerimanya. Draco tau, Draco sadar. Ini wajar. Hukuman yang benar-benar mestinya di dapatkan bagi siapa saja yang berani bergabung dalam kegelapan, meskipun sebagai alat tebus dari kegagalan sang ayah dalam menjalankan tugas kriminalnya.

The Boy Who Had No Choice. Begitu ia di kenal. Tapi tak ada yang sungguh-sungguh menganggap bahwa ia tak punya pilihan. Saat itu ia bisa saja berbelok di pihak kebenaran. Namun itu tak lebih dari sekedar bayangan.

Draco gagal menjalankan tugas yang di berikan Dark Lord padanya. Tugas itu beralih pada sang ayah baptis, Severus Snape. Dimana beliau juga meninggal, menyisakan kepahlawanan yang tak di sangka-sangka.

Draco tak banyak bicara, diam sepanjang waktu. Di cemoh, di hina, di kucilkan. Bahkan teman-teman seasramanya enggan beriringan dengannya. Dia tau, dia hanya sampah.

Draco berjalan di sepanjang koridor. Anak-anak di sekeliling berbisik-bisik keras membicarakan keburukannya, menjelek-jelekkan kedua orang tuanya. Tapi Draco tak peduli. Tak berkomentar, wajahnya datar tanpa ekspresi. Tak mengomeli siapa yang berbicara dengan nada angkuh serta wajah yang congkak seperti dulu.

Bisik-bisik itu berakhir saat Professor McGonagall memanggilnya ke ruang kepala sekolah. Kebisuan yang lama terjadi ketika bukan dia saja yang hadir di ruangan itu, melainkan bersama dengan seorang gadis berambut gelombang yang dulu sering dia katai semak. Hermione Granger, duduk di sampingnya.

Bring and read (Harry Potter and Another One-shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang