Khana tidak mengerti kenapa dirinya tiba-tiba saja menyukai kopi, padahal dulu khana sangat menjauhi minuman itu. Setelah kelasnya selesai, khana berniat untuk duduk sebentar disebuah cafetaria yang letaknya tak jauh dari kampus.
Setelah memesan, khana mencari tempat yang letaknya jauh dari banyak kerumunan. Khana tidak menyukai manusia, padahal sendirinya juga manusia. Khana menyukai suasana sepi, tapi dia justru datang ditempat yang ramai. Khana tidak bisa berberkomunikasi dengan baik, tapi memilih jurusan ilmu komunikasi. Aneh, memang, itulah khana.
"Pesanan latte atas nama khana" suara barista disana membuyarkan lamunan khana. Khana beranjak dari duduknya hendak mengambil pesanannya, tapi seseorang yang sangat khana kenal karena selalu mengganggunya sudah lebih dulu mengambil pesanan latte milik khana.
"Kenapa nggak ngajak?" Tanyanya seraya menyerahkan pesanan khana.
Khana tidak menjawab dan memilih untuk berbalik ke tempat duduknya pun disusul oleh dhanu dari belakang.
"Kamu itu tidak mencerminkan anak komunikasi, na" katanya, khana tidak terusik meskipun dhanu sudah sering kali mengatakan itu.
"Kamu lebih pantes jadi anak hukum, na, pasti para penjahat takut sama tatapan kamu" katanya, kemudian menarik kursi didepan khana.
"Kapan" khana membuka suaranya.
Dhanu menatap khana sumringah, jarang sekali wanita didepannya ini mendadak membuka suara. "Kapan apanya, na?"
"Kapan kamu pergi dari hadapanku"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
serenity
Teen Fiction"Na, bagaimana jika aku menyukaimu?" "Kamu sudah melakukannya, Nu."