Dhanu melirik khana dari kaca spion. Meskipun wajahnya tertutup masker berwarna hitam seperti warna hijabnya sekarang, tidak menutup raut wajah bahagia khana saat mendekap tiga cup latte dengan ukuran besar, sesuai dengan janji dhanu.
Butuh waktu 15 menit untuk sampai di tempat yang dhanu maksud. Khana sempat ingin protes pada laki-laki disampingnya karena membawanya ke tempat yang jauh lebih ramai melebihi yang khana pikirkan.
"Kita pulang saja, aku mendadak sakit perut" kata khana yang membuat dahi laki-laki itu berkerut.
Setelah mengatakan itu, dhanu izin untuk mencari sesuatu pada khana. Tidak sampai lima menit laki-laki itu sudah kembali dengan tangan yang terkepal.
"Nih" katanya saat membuka telapak tangannya didepan khana. Khana tidak melihat apapun selain dua batu kecil berada di atas telapak tangan dhanu.
Butuh beberapa detik sampai khana tahu maksud laki-laki di depannya. Sampai akhirnya khana memukul lengan dhanu tiga kali.
"Aku sakit perut, bukan kebelet pup, nu" kata khana dengan kesal.
Dhanu tidak menghiraukan khana yang sedang marah-marah. Laki-laki itu memilih mengeluarkan sebuah kain putih di saku kemejanya, lalu ia lingkarkan dan kaitkan sampai ikatan itu tak terlepas pada tangan khana tanpa menyentuh kulit wanita itu. Sejenak khana memperhatikan apa yang sedang laki-laki itu perbuat padanya.
Setelah selesai, dhanu melingkarkan kain itu pada tangannya seperti yang ia lakukan pada tangan khana. Jadilah sebuah ikatan antara khana dan dhanu.
"Biar nggak hilang, na" katanya seolah menjawab pertanyaan yang ada di kepala khana.
***
"Na, ayo naik bianglala" katanya.
"Nggak"
"Kamu takut, na?"
"Sedikit"
"Jangan takut, na, kan aku ada disampingmu"
***
(Gambaran ikatan antara khana dan dhanu)
KAMU SEDANG MEMBACA
serenity
Novela Juvenil"Na, bagaimana jika aku menyukaimu?" "Kamu sudah melakukannya, Nu."