Sudah akhir pekan, tapi teror dhanu tidak selesai-selesai bahkan di akhir pekan pun. Laki-laki itu tiba-tiba saja mengirim pesan bahwa dirinya sudah berada didepan rumah khana. Khana tidak langsung keluar dan menemui dhanu, dia memilih mengintip dari jendela kamarnya terlebih dulu, memastikan jika laki-laki itu tidak berbohong.
Dan benar saja, khana mendapatkan sosok dhanuarta dengan kaos putih yang dilapisi kemeja flanel berwarna hitam keabuan. Laki-laki itu tampak hanya diam, meskipun sesekali celingak-celinguk kearah rumah yang berada disamping rumah khana.
Tiba-tiba saja ponsel khana berkedip, menandakan jika ada sebuah pesan masuk.
Dhanuarta
Na, aku ada didepan rumahmu
02.15
Kamu sedang apa, na, kakiku rasanya mau copot karena dari tadi terus berdiri.
02.30Khana berdecak, apa laki-laki itu tidak melihat kursi didepan rumahnya, dia hanya menyiksa dirinya sendiri.
Mau tidak mau khana menyambar hijab instan miliknya yang tergantung rapi dibalik pintu kamar. Setelah pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok khana dengan balutan gamis berwarna hitam, barulah dhanu berjalan ke teras rumah khana.
Raut wajah khana mendadak berubah menjadi masam. "Belum cukup menggangguku saat di kampus?"
"Belum" katanya dengan wajah tanpa dosa.
"Ayo kita jalan-jalan ke pekan raya, na" katanya lagi.
Khana mengangkat satu alisnya, jadi laki-laki didepannya datang jauh-jauh hanya untuk mengajaknya ke acara pekan raya yang sudah beberapa hari ini kembali dibuka.
"Aku nggak mau, nu" tolak khana.
"Ayo, na, nanti aku traktir latte dengan ukuran besar" tawarnya.
"Sebentar, aku ganti hijab dulu" ucapnya seraya kembali menutup pintu rumah tanpa menawarkan dhanu untuk duduk.
Dhanu terkekeh melihat khana yang tiba-tiba bersemangat hanya karena latte dengan ukuran besar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
serenity
Teen Fiction"Na, bagaimana jika aku menyukaimu?" "Kamu sudah melakukannya, Nu."