0.9 akhir dari cerita kita

8 4 8
                                    

dhanu

Saya tidak pernah berpikir bahwa sebagian dari hidup akan saya habiskan bersama khana. Wanita yang saya temui di lorong fakultas komunikasi ketika saya tidak sengaja menumpahkan satu cup latte miliknya, wanita yang berbicara ketus saat saya ajak bicara, wanita yang berbeda namun tetap istimewa. Wanita yang selalu berkata 'pergi dariku' setiap kali kita bertemu tanpa sengaja Dan wanita yang pertama kali membuat saya percaya bahwa jatuh cinta tidak melulu tentang dua orang yang harus berpegangan tangan ataupun berpelukan.

Saya katakan, khana berbeda dari banyaknya wanita yang sudah saya temui sebelumnya. Dia tidak akan membiarkan matanya menatap saya dengan lama, meskipun iya dia akan melepas kacamata yang dengan setia bertengger dihidungnya agar pandangannya menjadi buram. Saya cukup tahu, bahwa khana tidak mudah untuk menaruh hati pada siapapun itu, termasuk saya.

Mungkin disela-sela pertemuan kami, khana akan bertanya hal random pada saya. Seperti; apa di bandung ada ceritamu?, apa di bandung ada dilan versi nyata?, apa bandung pernah menyakitimu?. Khana dengan pemikirannya selalu sukses membuat saya gemas sendiri. Saat itu saya menjawab pertanyaan terakhir yang khana sampaikan pada saya.

Waktu itu saya berkata. "Bandung tidak pernah menyakitiku, Na.". Saya masih ingat jawabannya waktu itu yang berkata. "Lalu kenapa kamu betah sekali di jakarta dibandingkan bandung."

"Karena di bandung aku tidak bisa menemukan yang sepertimu, Na."

Lalu saat saya tidak sengaja bertanya pada khana 'bagaimana jika nanti saya menyukainya', khana hanya menjawab bahwa saya sudah melakukannya.

Ya, memang. Saya sudah melakukannya jauh sebelum saya berani bertanya padanya perihal apa yang saya rasakan saat itu. mungkin saat saya menawarkan atau merayunya dengan tiga cup latte kesukaannya, atau saat saya membawanya di acara pekan raya.

Lalu puncak dari cerita kami adalah saat saya mengucap sebuah janji sakral yang tidak pernah saya bayangkan dalam ucapan janji sakral itu saya menyebut nama khanandhita di depan laki-laki paruh baya yang sangat khana hormati untuk meminta izin membawa putri satu-satunya untuk saya jadikan istri sekaligus teman dalam cerita saya. Dan saya tidak pernah berpikir bahwa khana adalah sosok yang akan saya bawa dalam cerita saya selanjutnya.

Setelah semua orang berteriak heboh saat saya telah menyelesaikan janji sakral, saya mengucapkan sesuatu yang padanya. "Merpati yang dulu kamu bilang lupa jalan pulang itu telah menepati janjinya untuk kembali pulang."

***

Serenity resmi selesai. Saya ucapkan banyak terimakasih untuk yanng sudah membaca dan memberi dukungan selama berjalannya cerita ini. Terimakasih juga untuk kak vivi yang selalu menyempatkan diri untuk mengoreksi setiap tulisan saya, tanpanya saya yakin cerita ini tidak akan sampai berada di titik ini. Terimakasih juga untuk teman-teman di belakang layar yang senantiasa mendengar keluhan saya.

Terimakasih sudah berada di titik ini.
With love, bindy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

serenity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang