"Tuan, nyonya berada di club anda bersama seorang pria."
Tutt!
Sean mematikan panggilan nya, menyalahkan mesin mobil dan langsung melaju dengan kecepatan di atas rata-rata meninggalkan kawasan perusahaan. Mata hazelnya menyorot tajam, rahang nya mengeras sesekali ia juga menggertakan giginya.
Tidak butuh waktu lama Sean sampai di depan club, memarkirkan mobilnya sembarangan, Sean keluar dengan tergesa-gesa memasuki club malam itu.
Mengedarkan matanya ke seluruh ruangan club, akhirnya mata Sean menemukan mangsanya di ujung club berduaan dengan seorang pria.
"Anna" panggil Sean saat berada di samping Anna.
Menyipitkan matanya, Anna meneliti Sean dari atas sampai bawah. "Siapa?" tanya nya dalam keadaan mabuk.
Sean semakin mengeraskan rahangnya saat mencium bau alkohol dari nafas Anna. Belum lagi gadis itu bertanya siapa pada dirinya yang menambah kemarahan Sean. Mencengkram lengan Anna, Sean menarik Anna menjauhi pria itu dan membawa gadis itu kedalam dekapannya.
Pria yang awalnya bersama Anna lari karena takut melihat sosok kejam dari Sean dengan mata hazel yang memerah dan sangat tajam menatap nya.
"Hei, kamu siapa berani-beraninya peluk aku?" cibir Anna dengan tangan memukuli dada Sean. Sean hanya diam menerima pukulan bertubi-tubi dari Anna.
Dirasa puas Anna mengehentikan aksi nya, kini gadis itu memilih diam didalam dekapan Sean. Mengambil ponselnya dari dalam saku, Sean menelpon anak buahnya.
"Bawa pria cabul itu ke markas sekarang." titah Sean memerintah dengan seulas senyum diujung bibirnya.
"Baik tuan."
Tutt!
Mematikan panggilan nya, Sean memasukkan kembali benda pipih itu kedalam saku celana. Mengendong Anna, Sean membawa Anna keluar dari club memasuki mobil nya yang masih berada ditempat semula tanpa ada yang berani memindahkan benda itu.
Tidak banyak waktu yang terbuang untuk sampai di depan sebuah hotel yang terlihat kecil dan sangat tidak cocok untuk kedua manusia itu. Tapi entah kenapa Sean ingin membawa Anna ke sini.
"Pesan satu kamar yang belum pernah di pakai oleh orang lain." ujar Sean pada resepsionis hotel dengan Anna di gendongan nya.
"Lantai 5 dengan kamar nomor 10, tuan." Resepsionis menyerahkan id card pada Sean yang langsung di terima oleh pria itu. Tidak bisa mengelak jika wanita itu terbuai dengan ketampanan seorang Sean. Ia merasa jika ini hari keberuntungan nya bertemu dengan pria berparas dewa seperti Sean.
Mengambil dompet nya dengan susah payah, Sean mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna asing dan meletakkan di meja resepsionis. "Apa segini cukup?" tanya Sean.
Resepsionis menganggukkan kepala nya berulang kali. "Cu-cukup, sangat cukup tuan."
Menyelesaikan pembayaran nya, Sean membawa Anna memasuki lift, tidak sampai semenit lift kembali terbuka di lantai lima. Berjalan beberapa langkah Sean dengan mudah menemukan kamar bernomorkan 10. Menempelkan id card, pintu kamar terbuka dengan penampakan ruangan yang tak kalah bagus dari hotel berbintang lima. Yang spesial dari kamar ini adalah kemurnian ruangan dan menjadi orang pertama yang memasuki kamar bernomor 10 ini.
Inilah alasan Sean lebih memilih hotel kecil yang murni ketimbang hotel berbintang, namun tidak lagi murni.
Meletakkan Anna di atas kasur, Sean menatap wajah gadis itu sebentar dari jarak dekat.
Anna terbangun saat jari Sean menekan kuat bibir ranum Anna.
"Kamu sudah bangun?" tanya Sean tersenyum miring menjauhi Anna dan duduk di sofa singel yang tersedia di kamar hotel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect
Romance"Sean, ayo bercerai." ajak Anna tepat di hadapan Sean. "Kamu bilang apa tadi?" Sean berdiri mendekati Anna. "Se-Sean aku ingin ber,-" Sean melumat bibir Anna cepat, ia tidak membiarkan kata cerai keluar untuk yang kedua kalinya dari mulut Anna. Anna...