"Dia baik-baik saja, kan?"
"Kau khawatir, Sean?"
"Diam. Jawab saja apa yang ku tanyakan!" ketus Sean beranjak dari samping Anna, ia berjalan maju ke depan dan berdiri di samping Leo.
"Dia baik. Tapi aku rasa wanita mu ini memiliki trauma yang begitu besar." kata Leo.
"Trauma?"
Leo menganggukkan kepalanya, "Ya, trauma terhadap gelap."
"Aku tidak tahu itu, yang aku tahu dia memang takut akan kegelapan."
Leo memicingkan matanya pada Sean. "Kau sudah sangat mengenalnya? Apa kau memiliki hubungan spesial dengan sekretaris mu ini?" tanya Leo mencurigai Sean dan Anna.
Sean menyilangkan tangannya di depan dada, berjalan mendekati sofa singel di apartemen miliknya, Sean mendudukkan dirinya.
Yah, Sean sengaja membawa Anna ke apartemen nya dan bukan Mansion yang mereka dua tempati. Ia tidak ingin Leo mengetahui hubungan yang terjalin antara dirinya dan Anna.
"Dia bukan sekretaris ku."
Menaikan satu alisnya, Leo mengikuti Sean dan duduk di depan pria itu. "Jadi dia siapa mu?"
"Ke-kekasih mu, Sean?" sambung Leo bertanya dengan asal menebak-nebak.
"..."
"Cih! Di saat seperti aku yakin kau akan membisukan dirimu." cicit Leo yang begitu mengenal kepribadian aneh Sean.
Kedua pria itu diam beberapa menit, sebelum Sean kembali membuka mulutnya untuk memulai pembicaraan.
"Tutup mulutmu, aku tidak ingin Jams mendengar kejadian ini dan wanita itu."
Leo menarik ujung bibirnya, tangannya tergerak membuka laci di meja samping nya dan mengeluarkan botol wine dari dalamnya. "Kau takut?" tanya Leo lebih terdengar mengejek Sean.
"Aku ingin kau menjaga rahasia ini dari Jams, itu saja. Selain itu tidak ada hal lain yang harus kau urusin."
"Ya-ya... aku akan menjaganya, jadi kau tenang saja. Lagi pula aku berada di pihak wanita cantik itu." ujar Leo meyakinkan Sean.
Leo bisa lihat dari mata Sean yang menunjukkan tanda-tanda jika pria itu belum mempercayai nya.
"Aku janji tidak akan memberitahu Jams. Karena aku dan kau sendiri juga tahu Jams adalah pahlawan nya Zea." ujar Leo setelah ingat betapa posesif nya Jams terhadap Zea.
"Jika itu yang ingin kau dengar, sekarang aku sudah mengatakannya. Jadi kau cobalah mempercayai ku, Sean."
Sean menghela nafas gusar, tangannya tergerak memijit pelipisnya. Zea. Sean kembali teringat akan wanita bernama Zea itu. Wanita yang merubah dirinya lima tahun lalu dan juga wanita yang merubahnya kembali seperti semula selamat lima tahun belakangan ini.
"Sean, jika kau dan wanita cantik itu menjalin hubungan yang dekat. Aku hanya bisa berharap kau tidak akan menyia-nyiakan dirinya. Aku bisa lihat jika dia adalah wanita yang baik, belum lagi dia sangat cantik, aku bahkan sampai terpesona hingga saat ini."
Sean menajamkan matanya menatap Leo yang berada tidak jauh di depan nya.
"Baiklah, aku tidak akan terpesona lagi." pasrah Leo mengalah lantaran takut melihat sorot mata Sean yang tajam.
"Sean," panggil Leo.
"Hm." dehem Sean.
"biar ku ingatkan, kau dan Zea tidak memiliki hubungan sedikitpun selain hubungan persahabatan. Dan kau bersama wanita cantik itu sudah pasti memiliki hubungan spesial, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Perfect
Romansa"Sean, ayo bercerai." ajak Anna tepat di hadapan Sean. "Kamu bilang apa tadi?" Sean berdiri mendekati Anna. "Se-Sean aku ingin ber,-" Sean melumat bibir Anna cepat, ia tidak membiarkan kata cerai keluar untuk yang kedua kalinya dari mulut Anna. Anna...